Kisah tragis bocah 8 tahun yang dipukuli teman sekolahnya hingga tewas

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah tragis bocah 8 tahun yang dipukuli teman sekolahnya hingga tewas
“Dia anak yang baik dan saleh.”

BANDUNG, Indonesia — Abdurohim tak kuasa menahan tangis saat mengenang adik tirinya, SR (8 tahun), yang diduga tewas setelah mengalami perudungan oleh teman sekelasnya.  

Dengan terisak, ia menceritakan ketaatan adiknya dalam menjalankan ibadah saalat lima waktu. “Dia anak yang baik dan saleh,” kata Abdurohim saat dihubungi Rappler, Rabu 9 Agustus 2017.

Abdurohim mengatakan, setiap waktu zuhur, adiknya akang langsung pulang, mandi, kemudian ke masjid.  Sorenya sekolah di madrasah, sampai Maghrib.  

“Kalau salat juga di jajaran paling depan.  Pulang ke rumah, lanjut ngaji sama anak saya,” kata Rohim seraya terisak.

Rohim tidak menyangka harus kehilangan SR begitu cepat.  Penyebabnya juga sangat tragis. Dari informasi yang dia dapat, adiknya mengalami tindak kekerasan oleh salah seorang teman sekelasnya.

Selasa pagi, 8 Agustus 2017, sekitar pukul 06:30 WIB, SR sedang duduk-duduk di halaman Sekolah SDN Longkewang Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi, menunggu kegiatan belajar mengajar di mulai.  

Tiba-tiba, seorang temannya datang menghampiri lalu memukulinya di bagian pelipisnya. SR terjatuh, namun pukulan demi pukulan terus diterimanya.  Teman sekelasnya itu bahkan memasukkan kerupuk ke telinga SR kemudian menyiram bocah malang itu dengan minuman sirup dingin dalam kemasan.

“Setelah disiram diinjak kepalanya.  Terdapat lecet memar di pelipisnya. Teman-temannya yang lain pada datang, terus nanya, SR kenapa? Tapi gak menjawab apapun, lalu (SR) tarik nafas, udah gitu gak sadarkan diri,” cerita Rohim.

Sekitar pukul 07:00 WIB Rohim dan keluarga diberi tahu oleh teman-teman SR, yang mengabarkan adik bungsunya itu pingsan setelah dipukuli.  Ia pun segera datang ke sekolah dan melihat SR sudah terbaring lemas di Unit Kesehatan Sekolah (UKS).  Guru sempat melakukan pertolongan pertama,  namun SR tak kunjung siuman.

“Saya sudah menduga, ketika saya pegang tangannya, detak nadinya sudah tidak ada, pegang dadanya, detak jantungnya juga tidak ada, nafasnya juga sudah tidak ada, tapi tubuhnya masih hangat,” kata Pria 37 tahun ini.

SR kemudian dibawa ke puskesmas setempat.  Di sana, bocah kelas 2 SD itu dinyatakan meninggal dunia.   

“Saya dan keluarga shock dan trauma.  Bayangkan, semua orang yang punya anak, apabila anaknya disakiti seseorang pasti orangtuanya ikut sakit.  Adk saya meninggal, saya juga ikut terpukul.  Kalau saya lihat fotonya, ada pakai baju SD waktu di rumah, saya gak kuat, gak tega lihatnya juga,  anak seusia dia mengalami hal kejadian seperti itu,” kata Rohim dengan suara bergetar. 

Menurut Rohim, bukan sekali ini saja, SR dirisak pelaku.  Dari mulai diambil pulpennya hingga dicakar mukanya.  Sampai akhirnya, aksi perudungan itu berujung pada kematian SR.

“Ternyata si pelaku sering melakukan kekerasan pada SR. Tapi kata temannya, dia tidak pernah melawan.  Dia lebih baik mengalah dan terakhir yang mengakibatkan sampai meninggal dunia,” ungkap Rohim.

Kasus itu kemudian ditangani oleh Polres Sukabumi.  Jenasah korban diotopsi untuk memastikan penyebab kematiannya.  Setelah proses otopsi selesai, korban langsung dimakamkan di pemakaman Kampung Citiris, Sukabumi pada Selasa malam.

“Saya harapkan polisi secepatnya menindaklanjuti masalah ini,  jangan sampai berlarut-larut.  Saya minta keadilan, seadil-adilnya,” kata Rohim.

Ayah pelaku, kata Rohim, telah mendatangi kediamannya.  Namun belum ada ucapan maaf atau bela sungkawa dari yang bersangkutan.  Rohim pun mengaku tidak bisa berkata apapun.  Mereka hanya terdiam dengan berbagai perasaan yang berkecamuk dalam pikiran masing-masing.

“Saat itu tidak berbicara apa-apa, baik saya maupun ayah pelaku.  Dikarenakan saya lagi capek, gak mau ngomong ini-itu.  Takutnya saya juga emosi.  Saya harus mengikuti proses penyelidikan polisi. Jangan sampai ada keributan-keributan yang tidak diharapkan,” ujar bapak satu anak ini.

Rohim dan keluarga hanya bisa menunggu proses penyelidikan yang dilakukan kepolisian.  Ia siap mengikuti proses hukum seperti yang diperintahkan polisi, bahkan menempuh jalur musyawarah mengingat pelaku masih di bawah umur.

“Ini kan jalur hukum, kita lakukan apa yang diperintahkan sama bapak polisi.  Tindakan selanjutnya diupayakan kita bermusyawarah sama pihak pelaku.  Yah mungkin nanti, setelah kepala dingin, hati adem.  Mudah-mudahan bisa tercapai jalan mufakat antara ibu saya dan pihak pelaku,” kata Rohim yang mengaku dekat dengan almarhum SR ini. 

Sementara itu, pihak kepolisian telah bergerak untuk mengungkap kasus ini.  Polisi menduga kasus meninggalnya SR ini akibat perkelahian yang terjadi antara korban dan pelaku.  Untuk memastikannya, polisi telah memeriksa sejumlah saksi.

“Polisi melakukan pemeriksaan awal terhadap pelaku dan saksi-saksi yang mengetahui terjadinya peristiwa perkelahian tersebut,” kata Kabidhumas Polda Jabar, Kombes Pol, Yusri Yunus dalam siaran pers yang diterima Rappler, Rabu.  (Yuli Saputra)

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!