Siswa SD di Makassar belajar dalam kepungan bau busuk limbah

Syarifah Fitriani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Siswa SD di Makassar belajar dalam kepungan bau busuk limbah
Polda Sulsel siap mengusut adanya dugaan unsur pidana di balik bau busuk limbah pabrik

MAKASSAR, Indonesia — Jarum jam sudah menunjukkan pukul 07:30 WITA ketika aktivitas belajar mengajar di SD Pertiwi Nusantara Makassar dimulai pada Senin, 21 Agustus 2017.

Sekilas sekolah swasta yang berdiri di Kelurahan Kapasa Raya, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar Sulawesi Selatan itu sama halnya dengan sekolah pada umumnya. 

Namun saat Rappler memantau proses pembelajaran guru dan murid di sana, ternyata ada yang berbeda, yakni para murid kerap menutup hidung mereka. Sikap tak biasa para murid ini lantaran bau busuk yang sangat menyengat yang memenuhi seluruh lokasi sekolah dan sekitarnya.

“Ini sudah pemandangan sehari-hari bagi kami kalau ada murid yang menutup hidung selama proses pembelajaran karena tak tahan dengan bau busuk dari kanal pembuangan limbah industri di sebelah sekolah,” kata seorang guru SD Pertiwi Andi Hermawati, Senin 21 Agustus 2017.

SD Pertiwi Nusantara memang berdiri dalam kawasan tempat pembuangan limbah industri PT Kawasan Industri Makassar (Kima) Persero. Hermawati melanjutkan, bau busuk mirip bau bangkai hewan itu semakin menyengat saat pagi dan siang hari, apalagi jika angin berhembus kencang.

Selain murid SD, di sekolah swasta yang dikelola oleh YPPI-IIPI Pusat Makassar itu juga terdapat siswa setingkat KB, TK, SMP dan SMK. Meski dikepung bau busuk limbah ratusan perusahaan industri, mereka tetap setia menimba ilmu.

Ketua Yayasan Harian YPPI-IIPI Pusat Makassar, Sitti Maryati Rasjid, mengatakan meskipun kadang mengeluh, namun siswa tetap tekun saat menjalani proses blajar mengajar. “Ini kan Yayasan, jadi tidak hanya ada SD saja, tapi ada juga Kelompok Bermain (KB), TK, SMP dan SMK. Untuk SD siswanya kurang lebih ada 218 siswa,” katanya.

Tak hanya murid SD Pertiwi yang merasakan sesaknya udara di lokasi ini, tapi juga masyarakat yang bermukim di sekitar kanal pembuangan milik PT Kima. “Bau sih iya, tapi sudah biasa karena tiap kita cium baunya, mau protes juga sama siapa?” tutur Zainuddin, salah seorang warga yang bermukim di sekitar kanal pembuangan limbah.

Berasal dari limbah cair organik

Bau busuk diduga berasal dari limbah dari kanal milik PT Kima Persero. PT Kima mengklaim limbah tersebut merupakan limbah cair organik yang tidak membahayakan kesehatan. Foto oleh Syarifah Fitriani/Rappler

Pusat pembuangan limbah yang berada di samping SD Pertiwi Nusantara menampung limbah pabrik dari ratusan perusahaan industri di PT Kima Persero. 

Pihak PT Kima Persero pun mengklaim bahwa limbah tersebut merupakan limbah cair organik yang tidak membahayakan kesehatan, meski baunya sangat menyengat.

“Itu merupakan limbah cair organik buangan dari perusahaan udang dan ikan segar yang ada di Kawasan Industri Makassar,” kata Kepala Divisi Pengelolaan Limbah PT Kima Persero, Jumriani, yang dikonfirmasi di PT Kima Persero.

Meski sempat membantah bahwa limbah tersebut itu berbau busuk, namun akhirnya dia tak dapat berkilah saat dibeberkan beberapa bukti saat siswa SD Pertiwi Nusantara tetap belajar dalam kepungan bau busuk. 

Jumriani menambahkan pihaknya telah mengelola limbah itu sesuai standard dari Kementerian Kesehatan, bahkan setiap bulannya dilakukan uji laboratorium.

Dulunya kanal ini hanya dipakai untuk membuang limbah industri, namun saat ini warga sekitar pun membuang limbah ke kanal tersebut

“Kanal itu memang benar milik PT Kima, jadi seharusnya hanya menyalurkan limbah PT Kima, tapi faktanya sekarang limbah masyarakat, pasar, terminal juga dibuang ke situ. Jadi tidak adil rasanya jika kami yang disalahkan,” tegasnya.

Ia menambahkan jika ada warga yang tinggal di sekitar kanal mengeluh, pihaknya meminta kejelasan berapa jarak rumah warga itu dari PT Kima. Menurut Jumriani, tanah di kanan dan kiri kanal pembuangan itu adalah milik PT Kima.

“Warga mana yang mengeluh. Jangan-jangan mereka yang tinggal di pinggir kanal. Jadi perlu diketahui tanah di samping kanal itu minimal 8 meter dari kanal adalah milik PT Kima,” tukasnya.

Polda siap mengusut

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulsel mendesak pemerintah setempat untuk mencabut izin perusahaan yang menjadi sumber penyebar bau busuk.

Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye Walhi Sulsel Muhammad Al Amin  mengatakan bau busuk dari saluran limbah PT Kawasan Industri Makassar (KIMA) telah lama terjadi.

Masyarakat pun, kata Al Amin, sudah banyak yangg mengeluh akibat limbah tersebut. Namun hingga saat ini, masalah itu ternyata belum mereka atasi. 

“Selama ini, pemerintah cuek dengan masalah tersebut. Di situ kami sayangkan sikap pemerintah, baik Pemkot maupun Pemprov ,” katanya, Senin 21 Agustus 2017.

Amin mengatakan, dalam UUD RI 1945 tepatnya pasal 28 H ayat satu, disebutkan setiap warga negara berhak memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sehingga pemerintah wajib melindungi masyarakat dari gangguan lingkungan hidup. 

“Nah, Limbah itu termasuk gangguan lingkungan hidup. Dengan demikian, perusahaan juga telah mengabaikan UUD. PT Kima harus bertanggungjawab atas bau busuk yang dihirup oleh masyarakat sekitar setiap harinya,” tegas Amin.

Sementara itu Polda Sulsel menyatakan siap mengusut adanya dugaan unsur pidana di balik bau busuk yang mengusik masyarakat terutama aktivitas belajar ratusan murid SD Pertiwi Nusantara. 

Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky Sondani, saat dikonfirmasi juga mengungkapkan tidak menutup kemungkinan bau busuk itu ditimbulkan karena adanya aktivitas pencemaran lingkungan. 

Maka Polda Sulsel siap mengerahkan bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Sumdaling) Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) untuk mengusutnya.

“Jika memang ada aktivitas pencemaran lingkungan kami siap turun langsung ke lokasi. Semua orang berhak merasakan lingkungan yang bersih dan nyaman, kasihan pelajar harus tetap konsentrasi belajar meskipun dikelilingi bau busuk,” kata Dicky. —Rappler.com 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!