FOTO: Aksi Kamisan peringati 13 tahun kematian pejuang HAM Munir

Bernadinus Adi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

FOTO: Aksi Kamisan peringati 13 tahun kematian pejuang HAM Munir
Istri Munir, Suciwati membacakan surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Jokowi

JAKARTA, Indonesia – “Bapak Presiden yang terhormat, hari ini tanggal 7 September 2017, sudah 13 tahun suami saya Munir Said Thalib dibunuh. Semoga, Bapak Presiden masih ingat peristiwa pembunuhan yang menimpa suami saya,” ujar Suciwati membacakan surat terbuka kepada Presiden Joko “Jokowi” Widodo di depan Istana Negara pada acara Kamisan sore tadi.

Surat terbuka itu dibacakan Suciwati di depan Istana Negara saat menggelar acara Kamisan yang ke 505. Suciwati bersama para aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) lainnya tidak lelah menagih janji pemerintah saban Kamis agar mereka segera menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lampau. 

Sayang, saat Suciwati membacakan surat terbuka mengenai 13 tahun kematian suaminya, Jokowi sedang tidak berada di Jakarta. Ia tengah ada di Singapura untuk memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Negeri Singa tersebut. 

Suciwati mengaku tak heran mengetahui Jokowi tidak berada di Istana. Padahal, jika mau mantan Gubernur DKI Jakarta itu bisa saja hadir dan menyapa para aktivis pembela HAM yang setiap Kamis melakukan aksi serupa di depan Istana Negara.

“Masih kah Bapak ingat tanggal 22 September 2016, Anda mengundang 22 pakar hukum dan HAM. Di situ Anda berjanji akan menuntaskan kasus Munir?” katanya lagi.

Namun, itu semua hanya tinggal janji. Sebab, Mahkamah Agung (MA) justru menolak kasasi yang diajukan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) agar pemerintah mengumumkan hasil investigasi Tim Pencari Fakta (TPF).

“Kami menganggap putusan ini memupus harapan bahwa Mahkamah Agung dapat membuka kembali kesempatan untuk mengungkap kasus Munir,” kata Suciwati pada pertengahan Agustus lalu di kantor KontraS.

Pada perayaan hari Kemerdekaan ke-72, Suciwati menerima undangan dari Istana Negara. Namun, ia memilih untuk menolak hadir, lantaran yang ia butuhkan saat ini adalah niat dari Presiden Jokowi agar bersedia mengumumkan hasil temuan TPF yang salah satunya berisi dalang intelektual atas pembunuhan suaminya.

Kendati sering dikecewakan oleh pemerintah dalam penanganan HAM, namun Suciwati dan rekan-rekan lainnya tidak akan pernah lelah.

“Lewat aksi Kamisan ke-505 Kamis, kami tidak akan lelah untuk terus menunggu kabar penegakan hukum lewat janji nawacita Bapak,” kata Suciwati membacakan bagian akhir suratnya.

Rappler juga berhasil mengabadikan beberapa foto ketika aksi Kamisan dilakukan untuk memperingati 13 tahun kematian Munir:

PEJUANG HAM. Foto-foto korban akibat tindak kejahatan HAM yang belum terungkap kasusnya. Foto oleh Bernardinus Adi/Rappler

KASUS MUNIR. Foto oleh Bernardinus Adi/Rappler

RIO DEWANTO. Foto oleh Bernardinus Adi/Rappler

DANDHY. Foto oleh Bernardinus Adi/Rappler

PETANI KENDENG. Foto oleh Bernardinus Adi/Rappler

SUCIWATI. Foto oleh Bernardinus Adi/Rappler

– Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!