Philippine economy

Presiden Jokowi: Media sosial di Indonesia kejam banget

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Presiden Jokowi: Media sosial di Indonesia kejam banget
Jokowi mengatakan masyarakat Indonesia mudah tertipu oleh berita bohong

BANDUNG, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo memberi orasi ilmiah di Dies Natalis Universitas Padjajaran ke 60 pada Senin, 11 September. Dalam orasinya, Jokowi mengungkapkan sulitnya para pemimpin dunia mengendalikan informasi yang berkembang di media sosial. Kesimpulan itu ia dapat usai mendengar curhatan berbagai para pemimpin dunia mulai dari Perdana Menteri Singapura, Malaysia bahkan Presiden Iran.

“Ketemu presiden, raja, perdana menteri, semua (menanyakan) Presiden Jokowi, bagaimana media sosial di Indonesia kejam apa ndak? Wah, kalau di Indonesia kejam banget, saya jawab,” ujar Jokowi di Grha Sanusi Hardjadinata.

Apa yang dihadapi oleh Indonesia, kata mantan Gubernur DKI itu, juga dihadapi beberapa negara. Mereka mengeluhkan tidak dapat mengendalikan media sosial. Padahal, negara-negara tersebut bisa mengendalikan media arus utama.

“Media mainstream bisa dikendalikan, tapi media sosial tidak. Kalau dia punya platformnya sendiri, mungkin bisa. Tapi hampir semua negara tidak bisa mengendalikan ini, semua mengatakan pada saya,” kata dia.

Selain berdampak positif, Jokowi menyebut media sosial juga memberikan dampak negatif. Di satu sisi, teknologi informasi memberikan masyarakat banyak informasi. Namun, di sisi yang lain publik justru tidak sempat memikirkan secara mendalam kebenaran informasi yang muncul di berbagai media sosial.

Hal-hal buruk ini lah yang menurut Jokowi harus diantisipasi. Sebab, berita hoax dapat memecah belah publik. Contoh nyata terjadi pada hubungan diplomatik Saudi dengan Qatar. Saudi memutuskan hubungan diplomatik dan mengucilkan Qatar karena satu pemberitaan yang diklaim Qatar adalah berita hoax.

“Akibatnya pada sosial budaya. Masyarakat mudah emosional, teraduk-aduk. Masyarakat mudah tertipu oleh berita-berita bohong, berita-berita hoax. Oleh sebab itu, saya minta universitas sebagai penjaga paling depan bisa ikut bersama pemerintah mengantisipasi hal yang berkaitan dengan itu,” kata dia.

Menjawab tantangan tersebut, Rektor UNPAD, Tri Hanggono menyatakan, pihaknya siap turut serta dalam memberantas hoax. Strategi yang dilakukan, jelas Tri, dimulai dari hulu hingga hilir.

Di hulu, UNPAD telah membangun upaya literasi dan edukasi di tengah masyarakat. Ke depan, UNPAD juga akan membuka program studi di bidang media sosial.

“Berbicara tentang media sosial, bukan berbicara teknologinya saja, tapi juga substansinya. Fakultas Komunikasi lebih berkembang sekarang, bukan hanya subtansinya, tapi juga harus mengikuti perkembangan yang ada. Ini yang tahun akademik nanti akan dibuka, sedang digodok, kita mulai di sana,” kata Tri. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!