Petani Kendeng desak Pemkab larang penambangan Watuputih

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Petani Kendeng desak Pemkab larang penambangan Watuputih
Walau diprotes masyarakat, pegunungan Kendeng masih menjadi rebutan investor

REMBANG, Indonesia – Sejumlah petani di lereng Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang untuk melarang aktivitas penambangan di CAT Watuputih.

Mereka menganggap CAT Watuputih merupakan kawasan yang dilindungi karena menyimpan sumber mata air yang mampu mengairi sawah-sawah dan irigasi milik warga setempat.

Joko Prianto, seorang anggota Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) mengatakan selama ini pemkab mengabaikan aturan yang telah disusun pemerintah pusat dengan mengizinkan pabrik semen melakukan penambangan di CAT Watuputih.

“Kami sangat menyayangkan pemkab tidak tegas dalam menyikapi penambangan yang dilakukan Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng,” kata Joko kepada Rappler, pada Kamis, 21 September 2017.

“Seharusnya pejabat setempat jeli melihat dampak yang ditimbulkan akibat penambangan secara berkelanjutan yang ada di sana, termasuk mengancam sumber mata air di Watuputih,” kata Joko lagi.

Joko berpendapat dirinya sudah mendapati laporan jika pabrik semen diam-diam melakukan penambangan di bukit Kendeng.

Ia pun mengaku telah menemui perwakilan pejabat di Kantor Pemkab Rembang untuk mengadukan kasus penambangan ilegal tersebut. Namun sayangnya, kata Joko, pejabat terkait seakan mengelak dan abai terhadap permasalahan yang terjadi di Pegunungan Kendeng.

“Yang jadi pertanyaan mengapa pemkab malah membiarkan kegiatan ilegal yang dilakukan pabrik semen. Padahal jelas-jelas mereka melanggar aturan dan instruksi dari Presiden Jokowi yang menyetop penambangan Pegunungan Kendeng,” sambungnya.

Pegunungan Kendeng jadi rebutan investor asing

Di lain pihak, Rappler mencoba menyusuri kawasan lereng Pegunungan Kendeng yang sedang dipermasalahkan oleh para petani.

Di Desa Tegaldowo, sejumlah warga justru menjadi tidak tenang dengan adanya konflik yang berlarut-larut antara Semen Indonesia dengan petani lokal.

Dwi Joko Supriyanto, warga Desa Tegaldowo salah satunya. Ia mengakui jika di atas bukit pegunungan karst selain Semen Indonesia, lahannya juga sudah dikuasai perusahaan tambang asing lainnya.

Di sana, sejak lama telah beroperasi penambangan milik PT SAP, PT Wahyu Manunggal, dan PT Inaco.

“Itu perusahaan besar semua. Mereka sudah bercokol sejak 1996 silam. Selama ini tidak ada gegeran. Dan kenapa saat Semen Indonesia masuk malah diprotes,” katanya.

Disinggung soal aktivitas penambangan Semen Indonesia, ia menegaskan yang dilakukan hanya peledakan atau blasting untuk pelebaran jalan. Pabrik semen belum menambang sama sekali.

Pengelola pabrik hanya beroperasi kecil-kecilan bekerjasama dengan penambang rakyat untuk memakai bahan baku untuk memanaskan mesin pengolahan semen.

“Saya lihat sih pabriknya belum menambang sama sekali. Hanya ada pembuatan jalan menuju tambang,” tambahnya. Hal ini diperkuat dengan banyaknya bebatuan kapur yang ada di hampir semua lokasi desanya. “Karena di tempat kami banyak bebatuan kapur,” bebernya.

Ia menyampaikan sudah mendapat kabar jika Tim KLHS akan melapor pada Presiden Jokowi guna meminta penghentian operasional pabrik semen.

Sejauh ini, aktivitas masyarakat setempat tak terpengaruh pada upaya pro maupun kontra pabrik semen. Semuanya berjalan normal seperti biasanya.

“Kami bekerja seperti biasanya dan tidak peduli pada ontran-ontran pabrik semen selama ini,” sergah Triningsih, warga lainnya di Desa Tegaldowo. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!