Ormas FUIS tuding ada upaya kristenisasi di balik perayaan Natal di Semarang

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ormas FUIS tuding ada upaya kristenisasi di balik perayaan Natal di Semarang
FUIS memprotes aksi pemberian bingkisan Natal oleh jemaat Gereja JKI HTE

SEMARANG, Indonesia – Memasuki penghujung tahun 2017, hubungan umat Muslim dengan Kristiani di Semarang, Jawa Tengah, kembali meruncing. Hal ini bermula dari acara perayaan menyambut Natal yang digelar oleh pengurus Gereja JKI Higher Than Ever (JKI HTE) di Kampung Kaliasin, Kecamatan Semarang Utara.

Masyarakat setempat memprotes acara perayaan Natal karena jemaat gereja sempat memasuki musala yang ada di Kampung Kaliasin. Maka, muncul tudingan beberapa jemaat gereja Kristen tersebut telah melakukan kegiatan penyebaran agama. Salah satu pihak yang memunculkan tudingan adalah Forum Umat Islam Semarang (FUIS).

Untuk menengahi maka digelar audiensi antara FUIS dengan Gereja JKI HTE di kantor Kesbangpolinmas Kota Semarang pada Jumat, 29 Desember. Perwakilan FUIS, Agus Triyanto menyayangkan apa yang telah dilakukan oleh para jemaat gereja pada Senin, 18 Desember lalu. Ia menganggap para jemaat gereja melanggar norma-norma keagamaan lantaran tanpa izin masuk lalu membagi-bagikan bingkisan Natal kepada anak-anak dan beberapa perempuan yang sedang mengaji di Musala Kaliasin.

“Saya mempermasalahkan proses pengibadatan yang mereka lakukan karena telah mengganggu ibadah umat Muslim di Kampung Kaliasin,” ujar Agus.

Menurutnya, bingkisan Natal sengaja dibagikan untuk mengajak umat Muslim setempat agar bersedia bergabung dalam perkumpulan Gereja JKI HTE. Jemaat gereja dianggap melakukan penginjilan dengan mengajak umat Muslim berdoa bersama menyambut Natal.

Agus menilai hal itu telah mengoyak hubungan antar umat beragama yang terjalin antara umat Kristen dan Islam selama ini.

“Mereka tidak hanya menyebar bingkisan saja, tetapi kami mendapati ada undangan untuk merayakan Natal juga. Bahkan, acara yang mulai pukul 16:30 WIB itu berlangsung sampai pukul 18:30 WIB. Dengan kata lain, warga yang ikut Natalan tidak salat sama sekali,” kata dia.

Agus mengaku tidak mempermasalahkan acara kebaktian jemaat Kristiani. Tetapi, ia meminta agar umat Kristiani tidak ikut memasuki wilayah simbol-simbol Islam.

“Apalagi mereka ikut mempengaruhi agar warga ikut Natalan. Dengan acara full musik sampai malam hari, mereka tentu merusak aqidah umat,” tutur dia.

Kesalahan prosedur

Sementara, salah seorang pengurus Gereja JKI HTE berdalih apa yang ia lakukan di Kampung Kaliasin semata-mata untuk memperkuat kerukunan antar umat beragama. Ia mengakui ada kesalahan prosedur saat melakukan pembagian bingkisan Natal di Musala Kaliasin. Saat itu, penghuni musala sedang melakukan aktivitas ibadah.

“Saya masuk karena terdorong rasa ingin menolong seorang ibu yang sedang sakit di sana. Niatnya, untuk mencoba menyembuhkan penyakitnya,” ujar Ling.

Ia mengaku mencoba proses penyembuhan penyakit dengan merapalkan doa-doa kebangkitan Kristiani berulang kali di hadapan si ibu.

“Saya coba menyembuhkan dengan mengatakan, ‘berikan kesembuhan untuk dia, Tuhan’. Dan saya juga heran, kesehatan ibu itu perlahan mulai pulih. Saya juga katakan kepada dia bahwa berterima kasihlah pada Tuhan. Seketika dia bilang, ‘Terima kasih Tuhan,’ kata dua sambil menirukan ucapan perempuan Muslim yang ia temui di Musala Kaliasin.

Sementara, dari proses audiensi yang dipantau Rappler, acara itu mendapat pengawalan ketat dari aparat Kepolisian Sektor Semarang Tengah. Di sisi lain, personel polisi memperketat penjagaan dengan membatasi jumlah peserta audiensi dengan alasan keamanan.

Diminta menahan diri

Muhammad Sulton merupakan individu yang ditunjuk Kesbangpolinmas untuk menjadi mediator independen pertemuan tersebut. Ia melihat akar persoalan muncul ketika bingkisan Natal dibagikan kepada umat Muslim yang sedang mengaji di musala.

Tindakan itu, menurutnya, tidak bisa dibenarkan. Oleh sebab itu, ia berharap agar kasus tersebut tidak kembali terulang. Ia mengimbau pihak gereja maupun FUIS untuk membina umatnya masing-masing.

“Kami juga minta masing-masing kelompok agar membina umatnya untuk saling bersikap toleransi dan harus menjamin kerukunan umat. Dalam konteks kasus ini, gereja akan kami bina, supaya kesalahan yang sama tidak terjadi di masa mendatang,” ujar Sulton.

Ia juga menekankan kepada kedua belah pihak untuk sepakat saling melindungi dan menyayangi sesama umat manusia. Ketua Patriot Garuda Nusantara (PGN) Jawa Tengah, Mustofa Mahendra, yang ikut hadir dalam pertemuan hari Jumat kemarin justru mempertanyakan tindakan ormas FUIS yang menuding adanya pelanggaran norma agama saat pembagian bingkisan Natal berlangsung di Kaliasin. Ia juga mempermasalahkan asal-usul ormas FUIS yang ada saat ini.

Sebagai ormas yang getol menyuarakan hak-hak kerukunan umat beragama, pihaknya juga mendesak kepada para petugas Linmas di tiap kecamatan untuk ikut menjaga kerukunan umat beragama.

“Okelah kalau ada teman gereja masuk ke masjid, tegurlah mereka. Saya sendiri yang akan menegur mereka jika hal ini terulang lagi. Tapi ketika kita berkomitmen membantu keamanan negara, tolong harga hak hidup mereka. Kita harus sama-sama melindungi di bawah payung NKRI,” kata dia. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!