Dituding KPK pesan kamar rumah sakit, Fredrich: Itu mimpi di siang bolong

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dituding KPK pesan kamar rumah sakit, Fredrich: Itu mimpi di siang bolong
Fredrich mengaku memang memesan kamar perawatan tetapi dengan datang ke rumah sakit dan bukan melalui telepon

JAKARTA, Indonesia – Fredrich Yunadi membantah telah memesan satu lantai di RS Medika Permata Hijau sebelum terjadinya kecelakaan Setya Novanto pada 16 November 2017. Menurutnya, secara logika, tidak mungkin hal tersebut dilakukan, karena untuk memesan satu lantai di rumah sakit tersebut dibutuhkan keterangan dari dokter.

“Anda kalau pernah ke rumah sakit, apakah bisa membooking kamar tanpa ada surat keterangan dari dokter? Tidak mungkin. Kalian kalau pernah ke rumah sakit, ada rekaman (video CCTV),” kata Fredrich yang ditemui di kantornya pada Kamis sore, 11 Januari usai kantornya digeledah oleh penyidik KPK.

Ia tidak menampik memang memesan kamar rumah sakit. Tetapi, ia lakukan dengan datang ke rumah sakit dan bukan melalui telepon seperti penjelasan lembaga anti rasuah.

“Itu terjadi pukul 08:30 malem. Silakan saja, mulut kan di kepala orang, bukan di kepala saya,” katanya lagi.

Setya Novanto diketahui mengalami kecelakaan akibat kendaraan yang ditumpanginya menabrak tiang lampu pada pukul 18:30 WIB. Oleh sebab itu, ia mempertanyakan bukti yang dimiliki oleh KPK sehingga menuduhnya telah memesan satu lantai kamar perawatan.

“Mereka punya bukti dari mana? Bukti dari mimpi. Saya punya bukti rekaman. Rekaman yang diambil itu dari Metro TV, karena saya biasa meminta usai diliput. Itu bisa dijadikan dokumentasi untuk saya,” kata dia.

Lagipula, ia tidak mungkin melakukan pemesanan satu lantai, karena di lantai 4 terdapat 8 kamar VIP. Sayangnya, ada empat kamar yang sudah terisi.

“Pak SN itu menjadi pasien ke 5. Jadi bohong itu (tudingan) booking satu lantai,” katanya lagi.

Pernyataan Fredrich diperkuat dengan kalimat humas RS Medika Permata Hijau, Romi Sukardi. Ia menjelaskan di lantai tersebut sulit dilakukan pemesanan, karena sudah ada pasien lain di sana yang sudah lebih dulu dirawat.

“Kalau tidak salah dia (Setya Novanto) adalah pasien keempat yang masuk,” tutur Romi yang dihubungi Rappler melalui telepon. 

Harga tarif kamar VIP di rumah sakit, kata dia sekitar Rp 1 jutaan per malamnya. 

Sesuai kode etik

Sementara, kuasa hukum Fredrich, Sapriyanto Refa mengatakan kliennya hanya memberikan pembelaan bagi Ketua DPR non aktif itu. Fredrich mengklaim semua nasihat dan perbuatannya untuk membela Setya sesuai dengan kode etik seorang advokat.

Refa pun ragu kalau kliennya memiliki kemampuan dan akses untuk memanipulasi rekam medis Setya.

“Itu (rekam medis) kan rahasia pasien dan yang boleh membuka itu hanya pasien. Yang menyimpannya adalah rumah sakit dan yang boleh melihat-lihatnya adalah dokter,” kata Refa pada Kamis pagi di gedung KPK.

Ia dan beberapa rekan dari tim kuasa hukum PERADI kemarin mendatangi gedung KPK untuk dapat bertemu dengan Direktur Penyidikan dan penyidik yang menangani kasus kliennya. Namun, keduanya tidak ada di tempat. Kalau pun ada, maka tidak bisa ditemui seenaknya dan harus sudah membuat janji.

Refa menjelaskan, akhirnya ia meninggalkan surat berisi permintaan agar pemeriksaan terhadap Fredrich ditunda sementara waktu hingga ada putusan sidang kode etik advokat. Jadwal sidang kode etik sendiri, kata Refa, belum ditentukan hari dan tanggalnya.

“Ya, kalau bisa secepatnya lah ya (sidang kode etik digelar),” tutur dia.

Dua poin yang dibahas dalam sidang kode etik yakni mengenai rumor pemesanan kamar rumah sakit dan pemalsuan data rekam medis.

“Kami berikan masukan apa yang menjadi persoalan di KPK, apakah masuk dalam kategori pelanggaran etik atau tidak,” ujarnya.

Terkait kehadiran Fredrich di KPK, Refa mengaku masih belum tahu. Sebab, keputusan untuk hadir atau tidak, mutlak di tangan Fredrich. Rencananya, Fredrich dan Bimanesh dipanggil penyidik dengan status sebagai tersangka pada Jumat, 12 Januari. – dengan laporan Santi Dewi/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!