Impian Rachel Ang dari dunia komik

Valerie Dante

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Impian Rachel Ang dari dunia komik
Rachel Ang merupakan salah satu pembicara dalam Ubud Writers and Readers Festival 2017

UBUD, Indonesia – Komik sering diartikan menjadi sumber hiburan bagi anak-anak semata dan tidak ditujukan bagi orang dewasa. Namun, Rachel Ang, komikus asal Melbourne telah membuktikan bahwa komik adalah media universal yang dapat memuat beragam konten bagi semua umur.

“Yang membuat komik sangat menarik perhatian adalah perpaduan antara teks dan visual yang membuat informasi yang disampaikan lebih menarik dibanding jika keduanya dipisah,” jelas Rachel saat mengisi acara Captivating Comics di Ubud Writers and Readers Festival 2017 yang bertempat di Taman Baca, Ubud, Bali,  Sabtu 28 Oktober 2017.

Menurut Rachel, komik merupakan media visual yang melakukan peranannya dengan baik: to show, not tell. Komik juga dapat menceritakan kisah dengan tema dewasa sebagai salah satu bentuk seni. Rachel sendiri sempat berhenti membaca komik saat memasuki usia remaja, baru sekitar 2015 ia kembali menekuni dunia komik dengan ketertarikan baru.

Komik-komik yang ia buat banyak yang bercerita mengenai menghadapi proses pendewasaan. Tema-tema yang kerap ia eksplorasi berupa hubungan antara sesama manusia atau hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya.

 Dimulai dari membaca

”Sesuatu menginspirasi saya usai membaca komik, saya berpikir kalau komik dapat menyampaikan pesan yang luar biasa, saya juga pasti bisa melakukannya,” ujarnya.

Rachel tidak pernah menyangka bahwa komiknya dapat digemari banyak orang, hal itu menjadi sumber kekuatan dan afirmasi bagi komikus muda ini untuk terus menyampaikan ceritanya melalui gambar. Komik-komiknya memiliki naratif yang kuat dan dapat direlasikan oleh banyak orang dengan permasalahan dan isu yang manusiawi dan relevan.

Bukan hanya berprofesi sebagai komikus, Rachel juga merupakan arsitek. Pekerjaan utamanya ini membuatnya menghadapi beberapa tantangan dalam mengerjakan komik. 

“Prosesnya jadi sangat memakan waktu, dan saya juga sedikit terhambat di bagian editing, mengetahui bagaimana cara menceritakan kisah saya dan menempatkan pembaca dalam cerita tersebut,” kata dia.

Meski kini membuat komik bukanlah pekerjaan utamanya, Rachel tetap berusaha menyediakan waktu untuk mengejar hobinya tersebut.

“Perlu menemukan keseimbangan di antara keduanya. Perlu diingat jika kita benar-benar menggemari sesuatu, akan selalu sepadan menghabiskan banyak waktu untuknya,” jelas Rachel.

Rachel berharap ke depannya seniman dan komikus dapat memiliki upah yang lebih layak. 

Baginya, ada dua jenis pekerjaan yang komikus dapat lakukan, yang pertama adalah pekerjaan personal yang ditujukan bagi kepuasan diri sendiri  dan yang kedua adalah pekerjaan komersial untuk ‘membayar tagihan.’ 

Mimpinya adalah untuk mengubah pekerjaan personal menjadi komersial sehingga pekerjaan yang memang disenangi dapat juga menghidupi.—Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!