Bincang Mantan: Sejauh mana posesif pada pasangan diperbolehkan?

Adelia Putri, Bisma Aditya

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bincang Mantan: Sejauh mana posesif pada pasangan diperbolehkan?
"Just because you hold tight on them, doesn’t mean they wouldn’t slip away"

JAKARTA, Indonesia —Kedua penulis kolom Bincang Mantan adalah antitesa pepatah yang mengatakan kalau sepasang bekas kekasih tidak bisa menjadi teman baik. Di kolom ini, Adelia dan Bisma akan berbagi pendapat mengenai hal-hal acak, mulai dari hubungan pria-wanita hingga (mungkin) masalah serius.

Adelia: Cek dulu alasannya!

Wah, mumpung lagi ramai film Posesif nih, yuk kita ngomongin urusan per-posesif-an dalam urusan hubungan!

Saya sih paham kalau seseorang mau melindungi miliknya, apalagi kalau hal tersebut didapat dengan susah payah dan benar-benar kamu sayang serta banggakan. Perempuan yang rela kehujanan demi melindungi tasnya agar tidak basah pasti mengerti perasaan itu.

Tapi, yah, manusia kan bukan barang. Just because you hold tight on them, doesn’t mean they wouldn’t slip away. Kalau kata tumblr, pasangan itu terkadang seperti pasir: semakin kencang dipegang, semakin cepat ia lepas dari sela-sela jari.

Lagian, posesif biasanya menunjukkan insecurity: dia merasa posisinya tidak aman dan gampang tergantikan dalam hubungan itu. Nah, artinya hubungannya enggak seimbang, dong? Atau, dia memang punya krisis kepercayaan diri yang akut dan enggak bisa diperbaiki.

Saya sih tidak mau ada di hubungan seperti itu. Capek, shay, terus-terusan usaha untuk membuat pasangan percaya kalau posisi dia aman di suatu hubungan. Sekali dua kali sih tidak apa-apa, tapi kalau terus-terusan? Mendingan kamu gantiin Mario Teguh jadi motivator saja sekalian!

Posesif berlebihan juga bisa jadi pertanda kalau hubunganmu akan seperti itu di depannya nanti. Gini deh, kalau baru jadi pacar saja sudah hobi melarang-larang dan 15 menit sekali minta dikabarin, gimana kalau nanti kalian menikah? Kamu mau jadi pasangan wajar atau mau jadi tahanan rumah? Bisa-bisa nanti kamu cuma boleh di rumah, menyapu, memasak, dan mengurus kebun kalau menikah nanti.

But cynicism aside, being possessive might also be a sign of something bigger happening to you (or your partner). Seperti di film Posesif, hubungan yang tidak sehat terkadang adalah proyeksi dari masalah-masalah lain yang sedang atau sudah dihadapi oleh seseorang di luar hubungan percintaannya. Mungkin seseorang jadi posesif karena ia terbiasa hidup di lingkungan yang mengekang semenjak kecil, sehingga ketika ia punya pacar, ia melakukan hal yang sama — simply because that’s the only thing he/she knows to do when it comes to relationship.

Mungkin keluarganya sedang terancam berpisah, sehingga ia berusaha setengah mati mengikat pasangannya agar tidak ke mana-mana karena ia merasa pasangannya tinggal satu-satunya hal konstan yang bisa ia pegang saat itu. Masih banyak contoh masalah lainnya yang sayangnya cuma kamu atau pasanganmu — sebagai orang paling dekat bagi satu sama lain — yang bisa melihat itu semua.

Kalau begini, I think you need to help each other or seek for counseling. There’s nothing shameful about seeking help if you need it. Dan mungkin, kalau kalian bisa mengatasi masalah-masalah itu, hubungan kalian bisa makin kuat. Kalaupun tidak, you’ll thank that person for being there when you needed them the most for the rest of your life.

Bisma : Posesif boleh jika maksudnya benar

Kalau boleh berteori, menurut pengalaman saya yang sering banget jadi tempat curhat orang, posesif dapat dibagi jadi dua menurut output si pelaku. Posesif untuk menjaga dan posesif untuk melarang, dan hukum posesif dilihat dari ini.

Saya akui bahwa saya adalah orang yang sangat amat posesif sehingga saya jadi sangat protektif ke hal hal yang saya anggap milik saya.

Pernah ada teman perempuan saya yang cerita “Bim, ini ada nomor enggak dikenal chat aku terus dan mengganggu banget”.

Saya langsung tuh cari tahu soal si peneror itu dan chat dia baik-baik untuk tidak ganggu teman saya lagi. Habis itu saya larang deh teman saya untuk tidak lagi menjawab chat semacam itu. Padahal ini teman saja lho, tidak lebih. Tapi kalau teman saya dibuat tidak nyaman, saya juga terganggu.

Kemudian dulu ke pacar saya, selama dia jelas pulangnya sama siapa apalagi kalau malam, mau diantar sama teman cowoknya pun saya enggak masalah karena yang penting dia aman diantar sampai rumahnya.

Tapi kalau sudah malam dan dia enggak tahu pulang sama siapa, meski saya lagi tidak ada kendaraan pun saya akan larang dia pulang sendiri dan saya samperin dia dimanapun untuk nemenin dia pulang. Saya cuma mau make sure dia selamat utuh sampai rumahnya.

Saya selalu merasa bahwa keselamatan teman, keluarga, pacar, atau apapun yang memang “milik” saya adalah tanggung jawab saya juga. Maka dari itu, kadang saya larang ini itu bahkan ke teman karena saya mau mereka aman selamat sentosa no matter what. Jadi sedikit larang larang tidak apa lah ya.

Menurut saya posesif yang alasannya untuk menjaga seperti itu masih wajar ya, toh larangannya pun akan masuk akal dan demi kebaikan yang dilarang juga. Ancamannya real, dan solusinya logis tidak merugikan siapapun, dan alasannya pure karena sayang dan mau melindungi. Ini posesif yang menurut saya diperbolehkan

Lain halnya posesif yang larang-larang tapi tidak jelas arah dan tujuannya. Intinya cuma suka aja melarang pasangan dan membatasi gerak geriknya. Yang ini sih big no.

Ada lho yang cerita dimana ada seorang perempuan yang bahkan untuk foto sama cowok lain aja tidak dibolehin sama pacarnya. Dan peraturan ini saklek tanpa bisa didebat apapun alasannya. Bahkan di acara yang rame pun dia kalau foto pasti ajak teman perempuannya. Ini tidak logis sama sekali menurut saya.

Dengan ngelakuin ini, kamu tuh dzalim sama pacar kamu. Kamu membatasi pergaulan dan kebebasannya sebagai manusia merdeka. Susah lho dulu founding fathers kita memperjuangkan kemerdekaan Indonesia termasuk kebebasan warga negaranya dari belenggu penjajahan. Eh tiba-tiba kamu, dengan status “pacar” sebagai justifikasi, seenaknya merampas kemerdekaan itu lagi. Tidak logis.

Ada juga cowok yang setiap ketemu pacarnya, minta cek HP nya untuk buka semua messenger yang pacarnya punya karena takut ada chat sama orang lain. Jelas lah yang dilakuin itu sudah melanggar privasi seseorang. Bahkan setahu saya pihak berwajib saja tidak bisa semaunya buka isi chat seseorang.

Menurut pasal 12 Universal Declaration of Human Rights,“ No one shall be subjected to arbitrary interference with his privacy, family, home or correspondence, nor to attacks upon his honour and reputation. Everyone has the right to the protection of the law against such interference or attacks

Tuh, menurut UDHR privasi itu termasuk dari Hak Asasi Manusia Seseorang, dan kalau kamu maksa buka HP pacar kamu dan melanggar privasinya, berarti kamu sudah melakukan pelanggaran atas hak asasi manusia pacar kamu.

Yang kamu lakukan itu, jahat!

Kesimpulannya, posesif sampai melarang itu boleh jika berdasarkan kasih sayang dan tujuannya melindungi, kalo tujuannya cuma karena cemburu, pikir pikir lagi deh.

A man is only insecure about a female when he knows she deserves better. Pede aja bro!! —Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!