Rappler Jelajah Indonesia 2018: Bermain air di enam telaga alami Kedung Pedut

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Rappler Jelajah Indonesia 2018: Bermain air di enam telaga alami Kedung Pedut
Enam telaga yang dihubungkan dengan air terjun berantai

Tahun ini, Rappler Indonesia memulai travel project yang akan menyuguhkan rekomendasi tepat wisata yang tak biasa dan belum banyak dikenal khalayak ramai di seluruh penjuru Nusantara. Kami akan menyuguhkan satu lokasi berbeda setiap bulannya

KULON PROGO, Indonesia — Wisata air Kedung Pedut di Dukuh Kembang Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tujuan wisata baru di Yogyakarta sejak dua tahun terakhir.

Kedung Pedut yang berarti kolam berkabut menawarkan enam telaga dengan mata air alami yang dikelilingi air terjun. Segarnya telaga kedung pedut tersembunyi diantara rimbunnya pohon beringin, gayam dan bambu.

Di sini, pengunjung bisa bermain air bersama ikan dengan memilih kedalaman telaga yang bervariasi antara 0,5 meter hingga 4 meter. Wisata ini buka sepanjang tahun mengingat mata air alam yang tak pernah kering hingga saat ini. Soal spot foto, wisata alam ini menawarkan keindahan berupa pepohonan, bebatuan cadas, telaga jernih serta beragam fasilitas buatan seperti jembatan atau gazebo yang unik dan terbuat dari kayu dan bambu.

“Kedung Pedut itu karena pada musim hujan air terjun yang jatuh menghentak ke telaga menghasilkan percikan air yang menyerupai pedut atau kabut,” jelas Sarija, perintis wisata Kedung Pedut Minggu 24 Januari 2018.

Nama Kedung Pedut itu disematkan pada telaga yang paling luas dan paling dalam yang terletak di bagian paling bawah wisata alam Kedung Pedut. Lima telaga lain akan menjadi pemandangan sekaligus penggoda bagi pengunjung untuk segera bermain air sebelum tiba di Kedung Pedut.

How to get there 

Wisata Kedung Pedut mudah dicapai dengan jalan darat. Jika berangkat dari kota, rute terdekat menuju Kulon Progo melewati Jalan Godean, Jalan Kiskendo, Grojogan Mudal, Air Terjun Kembang Soka hingga tiba di Kedung Pedut. Gerojogan Mudal dan Air Terjun Kembang Soka adalah wahana wisata baru yang muncul tak lama setelah Kedung Pedut dibuka.

KEDUNG PENDUT. Panorama lokasi Kedung Pendut dilihat dari atas. Foto dari Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

 

Setidaknya terdapat 16 titik wisata air, sungai dan goa di sekitar Kedung Pedut. Rute ini memiliki kondisi jalan yang terbilang sangat mulus dan lebar dengan kontur turunan, tanjakan dan tikungan tajam.

Selain rute ini, pengunjung juga bisa menjajal rute yang lebih menantang dengan berkendara melalui Sentolo-Girimulyo hingga tiba di Kedung Pedut. Rute ini memiliki kontur jalan yang lebih ekstrim dengan kelokan, turunan dan tanjakan yang tajam serta kondisi aspal yang tak mulus di beberapa titik dan jalan yang terhitung sempit. Pemandangan hutan jati menjadi nilai plus untuk rute alternatif yang lumayan menguji nyali serta kemampuan berkendara ini.

Dua rute bisa dilalui kendaraan roda dua hingga roda empat. Bahkan truk besar pun sering terlihat di rute ini, terutama rure yang pertama dengan kondisi jalan yang lebih mulus dan lebar. Rata rata waktu yang dibutuhkan mencapai 90 menit jika berkendara dari wilayah kota dan dengan kondisi arus lancar tanpa macet.

Jika ingin menggunakan jasa angkutan umum, pengunjung bisa menumpang bis dari Yogyakarta tujuan Wates berhenti di Sentolo, atau rute Yogyakarta turun Kenteng lewat Jalan Godean. Dari sini pengunjung bisa melanjutkan perjalanan yang masih cukup panjang menggunakan jasa ojek atau jeep wisata yang disediakan pengelola.

Itinerary

Berkendara ke Kedung Pedut membutuhkan kondisi kendaraan dan ban yang prima. Rem yang pakem, klakson dan lampu jauh penting digunakan pada kontur jalan yang berupa tanjakan, turunan dan kelokan tajam. Rute pertama tergolong bagus dengan fasilitas jalan raya yang lenfkap diantaranya garis marka jalan serta lampu penerangan jalan.

Pada rute kedua jalannya lebih menantang dengan luasa yang lebih sempit, aspal yang rusak di beberapa titik.  Pastikan berkendara sebelum petang jika melalui rute ini karena minimnya lampu penerangan jalan.

Berangkat dengan perut kenyang akan memudahkan untuk fokus berkendara tanpa harus kebingungan mencari tempat makan jika lapar mendera. Namun ada banyak warung soto lezat dengan harga mulai Rp 8,000 per mangkuk di sepanjang jalan Godean-Sentolo, atau Godean-Kulonprogo.

Siapkan baju renang atau baju basahan yang ringan jika digunakan di luar air. Sebab jika ingin menjajal mandi di enam telaga, pengunjung wajib berjalan menapaki turunan dan tanjakan di dalam wahana untuk berpindah dari satu telaga ke yang lain. Siapkan pula fisik yang prima karena rute tanjakan dan turunan sejauh 300 meter cukup membuat nafas tersengal. Tentunya, jika badan sehat aktivitas mandi di enam telaga juga akan lebih seru.   

Selain itu, membawa kamera atau pelindung gawai tahan air akan sangat berguna di wahana ini. Ada banyak titik foto di dalam air yang bisa dieksplorasi. Seperti berenang dengan ikan ataupun kecebong.

KEDUNG. Kedung keempat di samping Kedung Pedut dengan kedalaman mencapai 1 meter. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

Spot alami dengan beberapa gazebo juga tepat menjadi tempat beristirahat dengan keluarga layaknya piknik lengkap dengan makanan bekal dari rumah. Tak perlu khawatir mencari tempat untuk menitipkan bekal dan barang bawaan selama menjelajah wahana. Terdapat loker yang disewakan untuk menyimpan barang dengan tarif Rp 5,000. Letaknya berada di tengah wahana, sehingga tak terlalu jauh dari tempat telaga berada.

Rekomendasi aktivitas liburan

Petualangan di Kedung Pedut akan dimulai setelah pengunjung melewati pintu masuk. Pengunjung akan berjalan menuruni jalan setapak yang terbuat dari paving, bebatuan sungai dan susunan bambu sebagai jembatan ataupun jalan kecil di tepian telaga. Setelah berjalan menurun sejauh 100 meter pengunjung akan menemukan Kedung Merak sebagai telaga pertama di kawasan tersebut.

Kedung Merak terdiri dari dua kedung yang berkaitan dan dipisahkan dengan air terjun yang landai dengan jembatan bambu diantara dua kedung tersebut. Di kedung ini akan terlihat undakan air terjun dengan batuan stalaktit menggantung di tepian kedung merak. Di sini pengunjung bisa menikmati segarnya air telaga dengan kanopi pohon bambu di sekeliling.

Bermain dengan ikan dengan sumber mata air alami yang deras mengalir menjadi air terjun. “Disebut Kedung Merak karena ada batu, seperti gua, yang semakin nyerak atau dekat antara atap dan dasar nya,” kata Sarija, perintis wisata Kedung Pedut. Rasakan sensasi terapi dengan ikan yang menggigit geli bagian kaki jika berenang di telaga ini.

Di tempat ini, sering terlihat pengunjung menggunakan susunan batu di tepian telaga sebagai papan loncat alami sebelum terjun bebas ke dalam telaga yang berwarna hijau kebiruan.

Berikutnya, pengujung bisa berjalan memutar untuk bertemu telaga ke tiga. Airnya berasal dari air terjun setinggi tiga meter yang mengalirkan air dari Kedung Merak. Namun pengunjung juga bisa langung turun melewati jalan setapak, ke kedung ke empat yang berada di samping kedung utama, yaitu Kedung Pedut tepat di bawah kedung ke tiga.

Di dataran yang sama terdapat pula kedung ke enam lengkap dengan air terjun yang mengalirkan air dari kedung ke tiga di atasnya. Letaknya tersembunyi di balik tebing bagian kiri dari Kedung Pedut.

Di area inilah pusat wisata Kedung Pedut berada. Telaga sedalam empat meter, dilengkapi dengan papan loncat, jaket pelampung dan kerangka helikopter tiruan. Tepat di atas Kedung Pedut, bergantung tali kokoh tempat pengunjung bisa menjajal nyali dengan berseluncur menggunakan flying fox.

BERMAIN. Anak-anak terlihat bermain di sekitar area Kedung Pedut. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

Jika berkunjung ke wisata ini pastikan mencoba bermain air di ke enam telaganya. Sebab masing-masing telaga memiliki kedalaman berbeda. Kedung Pedut menjadi telaga yang paling dalam mencapai 4 meter. Birunya air di Kedung Pedut yang dalam seolah menjadi jaminan airnya akan dingin menusuk tulang.

Tetapi jangan mudah tertipu. Masing-masing telaga memiliki sensasi yang berbeda. Dari segarnya airnya, ikan, kecebong dan biota air lain yang ada di dalam telaga hingga air terjun yang menjadi bagian dari telaga yang ada di wahana Kedung Pedut. 

Selama bermain, pengunjung tak perlu mengkhawatirkan tentang keamanan dan keselamatan selama berenang di telaga. Selama pengunjung menjaga perilaku, aliran air di telaga yang turun menjadi air terjun tidak akan menyeret pengunjung jatuh. Air terjun yang bersumber dari mata air alami juga belum pernah berubah menjadi air bah pada musim hujan.

“Kami pasang pengaman dari bambu dan kayu di sekitar air terjun untuk mengamankan pengunjung. Masing-masing telaga juga diawasi oleh dua penjaga,” lanjutnya. 

Rekomendasi kuliner

Terdapat sejumlah warung milik kaum wanita setempat sebagai pemadam kelaparan setelah puas mandi di enam telaga. Menunya dari beragam mi instan, mi gelas, kudapan mendoan dan gebleg yaitu kue khas warga setempat, hingga pentol tusuk yang dijual dengan harga pada umumnya. Untuk mi goreng dibanderol Rp 5,000 semangkok, dan tambah Rp 1,000 untuk tambahan lauk telur ayam.

Ragam gorengan dan gebleg juga dibadrol dengan harga yang bahkan lebih murah jika dibandingkan dengan harga di Kota Yogyakarta, sebesar Rp 500 per gorengan.

Jika sedang beruntung, penjual tak segan menyuguhkan kue buatan sendiri atau buah jeruk khas hasil panenan di ladang mereka sebagai bonus gratis untuk pengunjung yang mampir ke warung mereka. Ada pula kopi dan gula aren produksi warga desa sekitar yang sudah dikemas modern sebagai alternatif buah tangan untuk dibawa pulang. Harganya Rp 8,000 untuk segelas kopi di minum ditempat, atau Rp 25 ribu masing-masiang untuk satu kantong kopi dan gula aren kemasan.

Terdapat banyak warung soto ayam dan sapi di sepanjang rute jalan pergi dan pulang dengan harga mulai dari Rp 8,000 semangkuk.

Spot foto favorit

Wahana alami ini tentunya memiliki beragam spot foto yang bisa diekskplorasi mengikuti kreatifitas fotografernya. Setidaknya modal alam seperti telaga jernih dengan warna hijua dan biru bening serupa kaca yang kontras dengan bebatuan warna putih, hitam atau rerimbunan pohon dan beragam fasilitas yang terbuat dari kayu bisa menjadi bahan apik untuk foto. Spot seperti ini tersebar di enam telaga.

Khusus di Kedung Merak, pengunjung akan menemukan batuan stalaktit di tepian telaga yang rimbun dikelilingi pepohonan.

Jika ingin melihat perbedaan warna air telaga, membidik Kedung Pedut dari atas akan sangat membantu. Pengunjung bisa menggunakan spot foto di sekitar tempat flying fox berakhir untuk mendapatkan pemandangan utuh Kedung Pedut sebagai kedung utama dari atas.

Di sepanjang rute perjalanan, terutama rute pertama, pengunjung bisa menikmati hamparan sawah dan kebun tebu sebagai pemandangan yang tak kalah menawan. Gradasi warna di langit dan pertunjukan tenggelamnya matahari di balik bukit pada senja hari bisa menjadi pemandangan menarik dan kontras dengan hamparan padi yang hijau di perjalanan.

Penulis menghabiskan waktu sekitar 90 menit berkendara sambil berhenti di beberapa titik untuk mengabadikan pemandangan alam yang menawan.

Pada rute kedua, pemandangan kebun jati yang meranggas akan ditemui sepanjang jalan.

Budget

Berwisata ke Kedung Pedut tak akan membuat kantong mahasiswa bangkrut. Jika berkendara menggunakan motor matic konsumsi bahan bakarnya tak lebih dari 3 liter untuk pulang dan pergi. Tiket masuk dibanderol sebesar Rp 10 ribu per orang di loket masuk Kedung Pedut. Pengeluaran lain adalah untuk toilet dengan dana sukarela. Terdapat wahana flying fox dengan tariff sebesar Rp 20 ribu per orang. 

—Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!