5 hal ini bisa membuat Michael Essien gagal bersinar di Persib Bandung

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 hal ini bisa membuat Michael Essien gagal bersinar di Persib Bandung
Selain faktor usia dan cedera masih ada tiga faktor lain yang bisa menyandung Essien di Persib

JAKARTA, Indonesia — Bergabungnya mantan bintang Chelsea, Michael Essien, ke Persib Bandung membuat para pendukung tim berjulukkan Maung Bandung tersebut bersorak girang.

Maklum, Essien adalah pemain dunia. Selain Chelsea, ia pernah membela Real Madrid dan AC Milan. Pemain asal Ghana ini juga pernah meraih trofi Liga Champions, trofi paling bergengsi yang bisa diraih klub Eropa.

Selain itu, Essien juga pernah membawa Chelsea meraih gelar juara Liga Primer Inggris dan Piala FA. Sehingga rapornya di Eropa, bisa dibilang, sangat kinclong.

Namun akankah Essien bersinar di Persib Bandung? Meski jersey Chelsea dan Persib sama-sama biru, tak berarti kisah Essien di Chelsea akan sama dengan di Bandung. 

Banyak faktor yang bisa membuat Essien gagal bersinar di Persib. Berikut lima di antaranya.

Usia

Saat ini Michael Essien sudah berusia 34 tahun. Desember nanti, usianya akan genap 35. Tentu saja, untuk ukuran pemain sepak bola, usia ini sudah terbilang uzur. 

Hanya sedikit pemain bola yang bisa bertahan pada usia ini, salah satunya adalah Cristian Gonzales. Di luar negeri ada Michael Carrick, Totti, dan Gianluigi Buffon.

Lalu bagaimana dengan Essien? Sejak dipinjamkan dari Chelsea pada musim panas 2012 —saat itu usianya 30 tahun— performanya terus melorot.

Di Madrid ia hanya bermain 35 kali. Perfomanya yang kurang moncer  membuat Madrid mengembalikannya ke Chelsea pada musim panas berikutnya. Setelah itu ia dilego ke AC Milan. 

Di klub Italia ini, performa Essien juga kurang moncer. Ia, misalnya, hanya dimainkan 22 kali selama musim 2014/2015. Milan kemudian menjualnya ke Panathinaikos. 

Di klub asal Yunani ini Essien bahkan hanya memainkan 15 pertandingan sebelum kontraknya diputus. Sehingga, sejak dilego Chelsea, Essien perlahan kehilangan aura bintangnya.

Tentu saja kita berharap Essien bisa menemukan kembali momentumnya untuk bangkit. Namun mengingat usianya yang sudah 34 tahun, sebaiknya jangan berharap terlalu banyak.

Cedera

Cedera bisa menjadi faktor lain yang bisa membuat Essien gagal bersinar di Persib. Sebab, pemain sehebat apapun tidak akan berkutik jika sudah berhadapan dengan cedera.

Riwayat cedera Essien cukup mencemaskan. Bayangkan saja, sepanjang 2015 lalu, Essien menghabiskan 152 hari di ‘ruang perawatan’ karena cedera. Situs transfermarkt mencatat, selama 3 April-2 Juni 2015, Essien mengalami cedera selama 60 hari.

Saat itu ia bermain untuk AC Milan. Setelah itu Essien pindah ke Panathinaikos. Di klub barunya ini, Essien kembali harus bergulat dengan cedera. Ia tercatat absen selama 92 hari di Panathinaikos dan melewatkan 11 pertandingan. 

Sejak dibeli Panathinaikos dari AC Milan pada musim panas 2015 hingga September 2016, Essien hanya bermain dalam 22 pertandingan. Rentetan cedera ini akhirnya membuat Panathinaikos melepasnya dengan status bebas transfer pada 20 September 2016.  

Namun Pelatih Persib Djajang Nurjaman memastikan kondisi Essien kini sudah jauh lebih baik. Sebab pembelian Essien telah melalui proses medical check-up. “Ya, kami tahu riwayat cedera Essien, tapi kondisinya sekarang aman. Dia sudah general check up jadi kami tahu kondisinya,” kata Djajang pada Selasa, 14 Maret 2017.

Cuaca 

Selain usia dan cedera, faktor lain yang bisa menjadi kendala bagi Essien adalah cuaca. Kita tahu suhu di Indonesia cukup panas dan lembab. Kondisi ini bisa menjadi masalah serius bagi pemain yang biasa merumput di Eropa yang suhunya relatif dingin. 

Karena itu Essien pasti membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Setidaknya jangan harap ia akan langsung tancap gas di awal musim.

Kondisi lapangan

Saat tim nasional Belanda bertanding melawan para pemain nasional di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada April 2013 lalu, sejumlah pemain mereka mengeluhkan kualitas lapangan GBK.

Kondisi lapangan yang tidak rata membuat aliran bola kerap berbelok. Belum lagi rumput yang dianggap kelewat kering dan tanah yang dinilai terlalu keras.

Alhasil para pemain yang saat itu tampil, seperti Robin van Persie, Wesley Sneijder, dan Rafael van der Vaart, pun tak bisa maksimal memainkan teknik mereka. 

Persoalan serupa bisa dialami Michael Essien. Terbiasa bermain di rumput dengan standar Eropa sangat mungkin akan membuat Essien gagap ketika merumput di stadion tanah air.

Belum lagi jika hujan lalu air menggenangi lapangan stadion. Essien sudah pasti akan kerepotan menghadapi situasi seperti ini, yang sangat mungkin jarang sekali ia dapatkan di Eropa. 

Gelandang serang

Selain empat faktor di atas, masih ada satu faktor lain yang bisa membuat Essien gagal bersinar, yakni posisi yang akan dimainkan Essien di Persib Bandung.

Pelatih Djajang Nurdjaman mengatakan dirinya akan memplot Essien sebagai gelandang serang. Keputusan ini cukup mengejutkan karena Essien sejatinya adalah pemain bertahan.  

Semasa membela Chelesa, misalnya, Essien pernah bermain di semua posisi di lini belakang, mulai dari gelandang bertahan, gelandang tengah, bek kanan, hingga sayap kanan dan kiri.

Situs transfermarkt mencatat, selama membela The Blues —julukan Chelsea, Essien memainkan 52 pertandingan sebagai gelandang tengah dan 51 pertandingan sebagai gelandang bertahan.

Essien juga pernah diplot 9 kali sebagai pemain sayap kanan dan 9 kali sebagai pemain sayap kiri. Ia juga pernah 2 kali menjadi pemain bek tengah dan 1 kali diplot sebagai pemain bek kiri.

Begitupun di Real Madrid. Bahkan, di klub berjulukkan Los Blancos ini, Essien lebih banyak dimainkan sebagai gelandang bertahan (17 kali) dan bek kanan (12 kali). Essien juga pernah 3 kali diplot sebagai bek kiri.

Lalu bagaimana dengan AC Milan? Di klub Italia ini, Essien pun memainkan peran yang sama dengan di Real Madrid dan Chelsea. Dari 22 penampilannya bersama AC Milan, Essien memainkan 15 pertandingan sebagai gelandang bertahan.

Namun Djajang optimistis pada peran baru Michael Essien sebagai gelandang serang. “Kebanyakan orang mengenal Essien sebagai gelandang bertahan. Padahal, dia bisa bermain pada banyak posisi, salah satunya gelandang serang,” kata Djajang. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!