Dua kali TNI bentrok karena sepak bola, kali ini bocah 17 tahun tewas

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dua kali TNI bentrok karena sepak bola, kali ini bocah 17 tahun tewas
Menpora: usut tuntas!

JAKARTA, Indonesia — Suporter Persita Tangerang Banu Rusman meninggal setelah bentrok dengan suporter anggota TNI yang menonton laga PSMS Medan kontra Persita di Cibinong, Bogor, Rabu, 11 Oktober, lalu.

Banu tewas setelah dikeroyok dan dihajar membabi buta. Terdapat luka robek di bagian kepala dan lebam di badannya. Bahkan, beredar video viral saat oknum suporter PSMS dengan seragam lengkap khas pendukung PS TNI bentrok dengan suporter Persita.

Bukan kali ini saja suporter TNI bentrok dengan suporter sipil. Sebelumnya, pada 22 Mei lalu, pendukung tim PS TNI bentrok dengan suporter Persegres Gresik United di Stadion Deltras, Sidoarjo. 

Kerusuhan tersebut terjadi karena spanduk PS TNI diturunkan Ultras. Ultras, sebutan pendukung Gresik United, menurunkannya karena spanduk tersebut merupakan wilayah mereka untuk bernyanyi dan meneriakkan yel-yel.

Kericuhan antara kedua kubu pun tak terhindarkan. Suporter Gresik United akhirnya tunggang langgang karena diburu suporter PS TNI yang merupakan tentara aktif. Puluhan fans sepak bola Gresik pun luka-luka akibat digebuki anggota TNI.

Pihak PS TNI sempat berjanji untuk membina anggotanya. Namun, rupanya pembinaan itu gagal total.

Buktinya, mereka tetap terlibat dalam keributan. Kali ini dengan Banu Rusman. Suporter yang usianya masih bocah. 17 tahun.

Yang mengherankan. Suporter dari anggota TNI kali ini datang bukan di laga PS TNI yang tampil di Liga 1, kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Tapi justru datang untuk mendukung PSMS Medan saat bertanding melawan Persita. Tim yang secara “struktrur” tidak di bawah TNI. 

Tewasnya Banu bermula dari kerusuhan antar suporter usai pertandingan Persita versus PSMS Medan. Kedua tim bertanding di babak 16 besar Liga 2. Pertandingan digelar di Stadion Mini Persikabo, Bogor.

Saat itu, suporter Persita turun ke lapangan. Alasannya, mereka tak terima timnya kalah 0-1. Sejumlah suporter PSMS yang ternyata anggota TNI menanggapi aksi suporter Persita dengan ikut turun ke lapangan. Bentrok kedua kubu pun tak terhindarkan.

Sejumlah kelompok massa Persita lantas berusaha keluar stadion. Ternyata di luar stadion sudah ditunggu anggota TNI lainnya. Banu yang berusaha keluar stadion mendapat pukulan benda keras di bagian kepalanya. Sempat dilarikan ke rumah sakit, nyawa Banu tak bisa lagi diselamatkan.

Disesalkan Menpora

Menpora Imam Nahrawi menyesalkan kejadian ini. “Saya berduka atas meninggalnya saudara kita Banu. Suporter Persita Tangerang. Saya kecewa. Lebih tepat lagi marah karena lagi-lagi nyawa hilang karena sepak bola,” katanya.

Imam menegaskan, kejadian ini tak boleh hanya ramai saat terjadi, kemudian hilang seperti ditelan bumi setelah hari kejadian.

“Kepergian Banu, suporter Persita, harus diusut tuntas. Pelakunya harus ditindak, tanpa pandang bulu. Siapa pun dia,” ungkapnya.

Sebagai perwakilan pemerintah, Kemenpora juga meminta dengan sungguh-sungguh agar PSSI mengusut tuntas masalah tersebut. Supaya kejadian serupa tidak terulang kembali.

Pihaknya mencatat, bahwa dalam enam bulan terakhir cukup banyak kekerasan yang sangat memprihatinkan yang terjadi di sejumlah pertandingan baik di Liga 1 dan Liga 2.

“Tidak peduli apapun latar belakang terduga pelakunya, maka PSSI harus bertindak tegas, tidak perlu ragu sedikitpun dan harus obyektif,” katanya.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!