What's the Big Idea series

Kisah para bintang yang terbuang

Choki Sihotang

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah para bintang yang terbuang
Alasan cedera sepertinya masih lebih "terhormat" ketimbang tak terpilih

JAKARTA, Indonesia —Kasihan Radja Nainggolan. Dia masygul. Pedih. Bagaimana mungkin dirinya tak berangkat ke Rusia guna membela negaranya, Belgia, di ajang sepak bola terakbar? Gelandang petarung berusia 30 tahun itu punya semua syarat untuk masuk starting XI tim besutan Roberto Martinez. Dan dia tidak sedang cedera. 

Tapi rupanya, Radja harus menenggak empedu. Namanya tak masuk daftar 24 pemain De Rode Duivels yang akan berlaga di World Cup 2018. “Tentu saja saya sangat sedih, sebab saya merasa pantas untuk berada masuk tim,” sungut Radja, dinukil HLN. 

Banyak yang geleng-geleng kepala, terkait keputusan Martinez yang tega menafikan pemain sekaliber Radja, terlebih penggemar setianya. 

Martinez sendiri punya alasan, yang menurutnya kuat, terkait terdepaknya Radja. “Dia tak masuk skuat, benar-benar murni karena masalah kebutuhan tim (taktik),” kata Martinez, dikutip dari Reuters. Berdasarkan pola 3-4-3 yang diterapkan Martinez, peran Radja yang selama ini sebagai playmaker tak terlalu dibutuhkan. 

Martinez tak menampik Radja punya peran krusial di klubnya, AS Roma, terlebih di pentas Liga Champions beberapa waktu lalu. I Lupi merangsek ke semifinal dan Radja salah satu sosok pemain yang memberikan kontribusi besar. Hanya saja, di skuat timnas Belgia kini, Radja tersisih. Ada pemain lain yang dianggap lebih pantas menjalankan perannya di lini tengah. 

“Kami tak bisa memberikan peran itu kepadanya,” kata Martinez. Besar kemungkinan, dua nama ini yang akan menjadi jenderal lapangan tengah pengganti Radja yakni Eden Hazard (Chelsea) dan Dries Mertens (Napoli).

Seiring dengan bergulirnya Piala Dunia kali ini, Radja memutukan pensiun dari timnas yang dibelanya sejak 2009. “Tidak berangkat ke Piala Dunia adalah tamparan keras bagi saya, karena saya merasa kehilangan,” kata Radja. 

Striker melimpah

Radja tak sendiri. Mauro Icardi, mesin gol Inter Milan, pun bernasib sama. Dua puluh sembilan gol yang dikoleksi Icardi yang sekaligus membuatnya menyandang pencetak gol terbanyak Serie A 2017/2018 sama sekali tak membuat Jorge Sampaoli, juru racik La Albiceleste, terpesona. 

Argentina memang punya stok melimpah di lini depan. Ada Lionel Messi (Barcelona), Paulo Dybala, Gonzalo Higuain (Juventus), dan Sergio Aguero (Manchester City). Akan tetapi, minus Icardi, tak sedikit yang bertanya ihwal keputusan Sampaoli. Soalnya, Icardi dianggap tak kalah bersinar ketimbang keempat pemain itu. Terlebih Icardi berstatus Capocannoniere. 

Seperti halnya Martinez mendepak Radja, Sampaoli juga menegaskan Icardi tak masuk pilihan murni lantaran strategi permainan. “Kami sudah melakukan analisis yang panjang dan pemain yang dipanggil merupakan pemain yang dekat (cocok) dengan gaya permainan,” kata Sampaoli, dikutip dari  Football Italia. 

Di skuat Portugal, pemain beken yang harus jadi penonton adalah Luis Nani. Jebloknya performa Nani di Lazio jadi alasan Fernando Santos, tak memanggil gelandang veteran 31 tahun itu. Padahal, kalau pengalaman jadi tolok ukur, Nani bisa dibilang matang. Dia lama berseragam Manchester United, 2007 – 2015. 

Pemain-pemain muda berbakat mewarnai skuat Portugal di Rusia guna mengisi lini per lini, termasuk posisi yang ditinggalkan Nani, yakni  Adrien Silva (Leicester City). 

Infografis oleh Rappler Indonesia

Infografis oleh Rappler Indonesia

Infografis oleh Rappler Indonesia

Infografis oleh Rappler Indonesia

Skandal dan tumbal

Prancis menyambangi Rusia minus Karim Benzema. Benzema yang ikut berkontribusi besar membawa klubnya, Real Madrid, kembali memenangkan Liga Champions 2017/2018 setelah mengalahkan Liverpool 3-1 di partai puncak, lagi-lagi harus mengelus dada. 

Benzema, dua tahun lalu, berurusan dengan pihak berwajib. Itu terkait tudingan pemerasan yang dilakukannya terhadap rekannya setim, Mathieu Valbuena. Pemerasan via video seks itu membuat Benzema sempat ditahan pihak kepolisian. Kejadian tersebut benar-benar menodai citra Benzema, termasuk eksistensinya di skuat Les Bleus di bawah rezim  Didier Deschamps. 

Melakoni laga penyisihan Grup C pada 16 Juni melawan Australia, sayang sekali Prancis tanpa Benzema, penyerang dengan jam terbang tinggi. 

Bermaterikan amunisi milimpah memang menempatkan seorang pelatih di posisi rumit. Tak terkecuali Julen Lopetegui, juru taktik Timnas Spanyol. Bagaimana tidak, ada nama top yang jadi “tumbal” terkait keputusan Lopetegui. Dia adalah Cesc Fabregas. 

Tak ada yang menyangsikan dedikasi Fabregas selama berseragam timnas. Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dimana Spanyol sukses menjadi yang terbaik, tak lepas dari sepak terjang gemilang Fabregas. Demikian pula dalam palagan bergengsi lainnya: Piala Eropa 2008 dan 2012. 

Sayang, performa Chelsea di Premier League musim ini secara tak langsung berdampak kepada Fabregas. Alhasil, Lopetegui mengalihkan lirikannya ke pemain lain yang dianggap bisa mengejawantahkan taktik La Furia Roja. Masa-masa keemasan Fabregas, pelan namun pasti mulai meredup, seiring dengan pergantian pelatih dari Vicente Del Bosque ke Lopetegui.

Inggris, salah satu peserta yang ditunggu aksinya. Usai pesta di Wembley pada 1966, Inggris tak lagi digdaya. Prestasi terbaik “Tiga Singa” hanya sampai peringkat keempat dan itu pun sudah lama berlalu, 1990. Hingar-bingar Premier League tak berbanding lurus dengan kinerja timnas. Sangat mencolok bila dibandingkan dengan tetanggannya sesama Eropa, katakanlah macam Jerman atau Spanyol yang kompetisi domestiknya tak seketat Premier League.  

Tapi Inggris, dengan materi yang dipunyanya kini, beberapa di antaranya pemain-pemain muda, setidaknya boleh dijagokan. “Saya harus membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin,” bilang Gareth Southgate, pelatih Inggris, dilansir Sky Sports, terkait kans mereka yang bermodalkan wajah-wajah anyar.

Southgate bukannya tanpa kritik. Keputusannya tak menyertakan Jack Wilshere ke dalam skuat The Three Lions tak luput dari sentilan. Maklum, Wilshere dinilai bermain ciamik musim ini, kendati Arsenal bernasib apes di liga utama. Tampil dalam 40 laga, Wilshere memahat dua gol serta tujuh assist di semua kompetisi.

Kendati demikian, taktisi 47 tahun itu masih lebih percaya kepada Delle Alli (Tottenham Hotspur) dan Jesse Lingard (Manchester United) untuk menjalankan peran sebagai gelandang. 

Kita berempati dengan Radja, juga Icardi, Nani, Fabregas, maupun Wilshere dan Benzema. Toh begitu, semua berpulang kepada pelatih. Dan tak hanya mereka yang ditinggal. Masih banyak pemain top lainnya yang juga tak berangkat ke Rusia lantaran gagal bersaing atau karena dibekap cedera. Hanya saja, cedera sepertinya masih lebih “terhormat” ketimbang tak terpilih. Menyedihkan memang.

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!