Gerakan senyap Ahok di Pilkada putaran kedua

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Gerakan senyap Ahok di Pilkada putaran kedua
Pada masa kampanye, calon gubernur petahan lebih memilih blusukan diam-diam tanpa publikasi.

JAKARTA, Indonesia – Hari pertama kampanye untuk Pilkada DKI Jakarta putaran kedua tak terlalu baik bagi calon gubernur petahana Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama. Ia harus mengawali momen penting tersebut dengan duduk di kursi terdakwa sidang kasus dugaan penodaan agama.

Pada putaran pertama, ia sempat mengeluhkan rutinitas sidang ini karena mengganggu jadwal kampanyenya. Setiap Selasa, ia harus menghabiskan lebih dari 6 jam di ruang sidang. Belum lagi, stigma yang menempel padanya sebagai penista agama.

Beruntung, ia masih bisa memenangkan putaran pertama dengan raihan suara tertinggi.

Namun, pada putaran kedua ini semuanya berubah. Sudah lebih dari dua pekan masa kampanye berjalan, namun kegiatan suami Veronica Tan ini tak banyak dibicarakan. Ia cenderung bergerak dalam diam, atau berkegiatan tanpa memberitahu awak media. Bahkan, kunjungannya lebih berfokus pada menjenguk lansia sakit.

Saat ditanyakan terkait hal ini, Ahok mengatakan kalau dirinya memang tidak berniat untuk kampanye program. “Kita kan lagi cek (program) ‘ketuk pintu layani dengan hati’ itu efektif atau tidak,” kata dia seusai blusukan di Jakarta Utara pada Kamis, 23 Maret 2017.

Sebelumnya pun, Ahok juga pernah mengatakan kalau dirinya membawa awak media saat kunjungan-kunjungan ini justru akan mengganggu mereka yang sakit. Karena itu, ia memilih untuk tidak mempublikasikan jadwalnya mengunjungi orang-orang sakit ini.

Mantan Bupati Belitung Timur ini juga mengaku tidak memikirkan perolehan suara setiap kali ia blusukan diam-diam. Ia mengaku hanya ingin melihat penerapan program Pemprov tersebut secara langsung di lapangan, sehingga tahu apa yang harus diperbaiki saat ia kembali aktif sebagai DKI 1.

Terkait dampaknya pada suara saat pencoblosan pada 19 April mendatang, ia mengaku sudah tidak memikirkan hal tersebut. “Saya kerja ikhlas saja. Saya kan kalau jadi gubernur lagi mau jalankan program. Nah, mumpung saya cuti, waktu banyak, sehingga waktu saya masuk lagi, evaluasi baik,” kata dia.

Perbaikan ini juga akan berdampak bila ia terpilih kembali sebagai gubernur DKI Jakarta selama 5 tahun mendatang.

Juru Bicara Tim Kampanye Ahok-Djarot Raja Juli Antoni mengatakan kalau ide ini datang dari petahana sendiri. “Pak Ahok bilang ‘Saya gak butuh exposure terlalu banyak. Jadi momen cuti ini bisa untuk cek di lapangan,’” kata dia kepada Rappler.

Ahok juga menambahkan kalau popularitas dan tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap pemerintahannya sudah tinggi sehingga kegiatan blusukan-nya tak perlu terus menerus diberitakan. Untuk kampanye terbuka dan masif seperti pada putaran pertama, sepertinya belum akan dilakukan dalam waktu dekat.

“Sedang dihitung (perlu atau tidak), tapi dalam waktu ini, tidak akan ada blusukan yang terbuka,” kata pria yang akrab disapa Toni ini.

Ia juga membantah kalau senyapnya gerakan Ahok ini lantaran adanya aksi penolakan oleh sejumlah pihak di kampanye putaran pertama. Dalam beberapa peristiwa, Ahok bahkan harus dievakuasi menggunakan angkutan umum.

Gak, itu sudah beres, kan sudah diberitahu penolakan itu melanggar UU (Undang-Undang) dan lain-lain. Sudah diluruskan,” kata dia.

Meski Ahok sendiri cenderung bergerak dalam diam, Djarot tetap melakukan kegiatan blusukan seperti biasa dengan sorotan yang cukup masif. Toni mengatakan kalau berdasarkan evaluasi kampanye putaran pertama, performa mantan bupati Blitar ini masih dapat dimaksimalkan.

“Di putaran pertama Pak Djarot sudah bagus, tetapi bisa ditingkatkan lagi (di putarna kedua). Ia bisa menyapa lebih banyak orang lagi,” kata Toni.

Pendekatan media sosial

Cara baru pun ditempuh Ahok lewat media sosial. Ia meluncurkan program bincang-bincang mingguan bertajuk ‘Ahok Show’ dengan pembawa acara Sarah Sechan di akun Facebook pribadinya; juga melakukan live lewat Instagram akun @AhokDjarot. Di akun pribadinya pun, ia mengunggah foto dirinya dan calon wakil gubernur Djarot Saiful Hidayat tengah melakukan flip bottle challenge yang populer di kalangan anak muda.

Nyobain #flipbottlechallenge, ternyata susah-susah gampang. Tapi yang penting saya dan Pak Djarot tetap harus gaya.

A post shared by Ahok BasukiTPurnama (@basukibtp) on


Salah satu anggota tim media Ahok-Djarot, Iwet Ramadhan, mengatakan cara ini tak jauh berbeda dengan esensi kampanye Ahok yakni blusukan. “Untuk memperluas, ini dibuat lewat satu medium yang berbeda yaitu sosial media,” kata dia saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Tim kampanye juga merencanakan program bertajuk ‘Kepoin Pelayan Jakarta’ di mana Ahok dan Djarot akan menanggapi pertanyaan masyarakat lewat fitur live Facebook ataupun Instagram. Lewat medium digital ini pun mereka lebih berfokus pada anak muda, yang memang sangat fasih dalam bidang ini.

Meski awalnya menjadi satu program berbeda, ‘Kepoin Pelayan Jakarta’ akan menjadi satu segmen dalam ‘Ahok Show’ yang berdurasi selama satu jam.

Ide blusukan online ini muncul supaya anak muda lebih mengenal sosok pasangan petahana ini. “Kalo misalkan blusukan ke SMA, kampus, nanti salah lagi. Lebih baik kita gunakan medium yang digunakan anak muda,” kata Iwet menirukan Ahok.

Saat ditanyakan apakah metode baru ini dilaporkan ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta, Iwet menjawab tidak. Topik pembahasan dalam acara-acara ini lebih pada apa saja yang sudah dilakukan Ahok-Djarot selama dua tahun memimpin Jakarta, jadi tidak dapat dikatakan sebagai kampanye.

“Toh kita gak akan kampanye di sini. Dia enggak akan ngomong ‘pilih dua… dua.. dua…,’” kata Iwet. Selain itu, tak akan ada paparan program maupun visi misi yang memang merupakan definisi dari kampanye. –Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!