SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
Halo pembaca Rappler,
Pantau terus laman ini untuk memperbarui berita terbaru pilihan redaksi Rappler Indonesia pada Sabtu, 22 Oktober 2016.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini meminta kepada Densus 88 untuk menelusuri teror atau ancaman bom yang dikirim oleh orang yang tidak dikenal melalui telepon ke rumah dinasnya dan Balai Kota Surabaya. Ancaman bom itu dikirim beberapa hari yang lalu.
“Kami sudah minta Densus 88 untuk mengungkap teror bom itu,” ujar Risma usai menerima tamu dari Bank Dunia di rumah dinasnya di Jalan Sedap Malam, Surabaya.
Dia mengatakan ancaman pelaku terkait lokalisasi Dolly, yang dikenal terbesar se-Asia Tenggara dan telah ditutup. Pengancam meminta agar gang Dolly kembali dibuka.
“Kapan saya buka Dolly? Kok sekarang diminta buka Doly?” kata Risma.
Menurut dia, Dolly ditutup bukan untuk menyusahkan warga di sekitarnya, melainkan untuk membantu membuat mereka jadi sejahtera, khususnya di bidang perekonomian. Baca artikel lengkapnya di sini.
Empat tahanan di Kepolisian Sektor Kampar Kiri, Hilir, Riau melarikan diri. Mereka kabur setelah berhasil memotong terali penjara dengan menggunakan gergaji besi.
“Mereka memotong terali besi pintu ruangan tahanan,” kata Kepala Kepolisian Resor Kampar, Ajun Komisaris Besar Edy Sumardi.
Keempatnya kabur, kata Edy sekitar pukul 23:00 WIB pada Kamis, 20 Oktober. Empat tahanan yang kabur terdiri atas dua tahanan kasus narkoba dan dua tahanan kasus pencurian. Selengkapnya baca di sini.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi mencanangkan gerakan wajib menggunakan sarung dan kopiah saat pergi ke sekolah dan ke kantor setiap hari Jumat. Gerakan itu wajib diikuti oleh para pelajar dan apartur sipil negara (ASN.
“(Berlaku) terhitung sejak 1 Desember 2016,” ujar Dedi usai memimpin peringatan Hari Santri di Pasanggrahan Pajajaran.
Dia juga memberlakukan program “Pelajar Purwakarta Mengaji” di mana setiap siswa SD hingga SMP wajib mengikuti pengajaran Al-Quran dan Kitab Kuning untuk yang beragama Islam. Sedangkan, untuk yang beragama non Muslim, mereka bisa mempelajari kitab suci ajarannya masing-masing.
Dedi menjelaskan, sarung merupakan identitas keislaman Nusantara, sehingga penggunaannya akan membangkitkan suasana pesantren dan nilai-nilai santri di kalangan para pelajar dan pegawai pemerintahan. Bagi Dedi, sarungan itu khas Indonesia, khas Nusantara.
“Semua memiliki kekhasannya tersendiri. Tetapi, memiliki kesamaannya tetap satu, sarungan. Maka, sarung dalam hal ini merupakan simbol persatuan bangsa,” kata dia. Selengkapnya baca di sini.
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan Kejaksaan Agung bisa dan boleh memeriksa orang-orang di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pemeriksaan itu terkait dengan keberadaan dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) kasus pembunuhan Munir Said Thalib.
Hal itu, katanya, sudah masuk ke dalam kewenangan Kejaksaan Agung.
“Presiden sudah memberikan arahan yang jelas kepada Kejaksaan Agung dan pesannya jelas untuk menyelesaikan hal secara hukum,” ujar Teten ketika memberikan keterangan di kantor Staf Kepresidenan.
Sebelumnya, pemerintah mengaku belum membuka data TPF Munir karena mereka mengklaim tidak memegang dan tak mengetahui di mana keberadaan dokumen itu. Presiden SBY diketahui sebagai orang yang terakhir yang memegang data asli dari TPF itu. TPF disebut memberikan dokumen itu langsung kepada SBY tahun 2005.
Sementara, Menteri Sekretaris Negara era Presiden SBY, Yusril Ihza Mahendra membantah bahwa dokumen hasil investigasi TPF kasus kematian Munir hilang di Sekretariat Negara. Yusril mengatakan dokumen itu tidak pernah diserahkan ke Sekretariat Negara. Selengkapnya baca di sini.
Sejumlah tokoh dan 50 ribu santri mengikuti peringatan Hari Santri Nasional di Lapangan Silang Monas, Jakarta pada hari ini. Dalam acara tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), Imam Pituduh mengatakan pondok pesantren akan menjadi garda terdepan untuk mengatasi tindak radikalisme dan terorisme.
“Tindakan nyatanya adalah membentengi diri di internal dan pencegahan, deradikalisasi di semua sisi,” ujar Imam.
Dia juga menegaskan pondok pesantren tidak mengajarkan radikalisme, apalagi sampai melakukan tindak kekerasan pada umat manusia.
“Ajarannya damai semua,” katanya lagi. Selengkapnya baca di sini.
– Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.