Pengalaman menyenangkan menjadi relawan

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pengalaman menyenangkan menjadi relawan
Cerita dari relawan Kelas Inspirasi sekaligus peneliti hukum, Liza Farihah, dan pendiri Count Me In, Zack Petersen

JAKARTA, Indonesia—Melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan? Rasanya sangat sulit dibayangkan di jaman sekarang.

Tetapi tunggu, masih ada loh orang yang senang membantu sesama tanpa dibayar. Mereka adalah para relawan. Saat ini, cukup banyak organisasi yang mengajak para relawan untuk berbagi dalam bentuk yang berbeda-beda. Salah satunya adalah kelompok Kelas Inspirasi.

Kelas Inspirasi merupakan kegiatan berbagi cerita dan pengalaman seputar profesi dari para relawan.

Bagi Liza Farihah yang merupakan seorang peneliti hukum di Lembaga Kajian dan Advokasi Independensi Peradilan, menjelaskan pekerjaannya kepada anak-anak menjadi tantangan tersendiri yang dirasa cukup menyenangkan.

“Nah profesi gue ini kan sebenarnya susah untuk dijelasin. Dijelasin ke orang dewasa saja mereka belum tentu paham. Nah, gue merasa tertantang untuk gimana caranya menjelaskan profesi gue dengan cara yang menyenangkan dan bahasa sederhana ke anak-anak SD,” kata Liza kepada Rappler, Jumat, 20 Mei.

Kesenangan tersebut yang membuat Liza sempat menjadi relawan Kelas Inspirasi sebanyak tiga kali, yaitu di Rote Mengajar (sejenis Kelas Inspirasi yang diadakan oleh Indonesia Mengajar di Rote, NTT), di Kelas Inspirasi Jakarta, dan di Kelas Inspirasi Yogyakarta.

Lain halnya dengan Zack Petersen. Ia dan teman-temannya membangun Count Me In dalam rangka menghubungkan para relawan dengan tempat-tempat di seluruh Indonesia yang membutuhkan bantuan dalam berbagai bentuk.

Count Me In bergerak melalui Twitter dan Facebook untuk mengumpulkan para relawan yang kemudian akan dihubungkan dengan organisasi yang sesuai dengan minat mereka masing-masing.

“Menjadi relawan tidak hanya untuk menuliskannya di CV atau menyelesaikan tugas sekolah. Tapi kamu harus menjadi relawan di tempat yang kamu rasa dapat merasakan manfaatnya. Bisa di rumah sakit, mengajar anak jalanan, atau membersihkan kandang di tempat penampungan hewan, semuanya tergantung pada minat masing-masing,” ujar Zack kepada Rappler, Kamis, 19 Mei, kemarin.

Di Count Me In, kegiatan yang dilakukan amat beragam, antara lain kegiatan pengumpulan dana di tengah-tengah kemacetan bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, untuk membantu sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat atas keberadaan para anak jalanan. Count Me In juga sedang mencoba membentuk gerakan peduli terhadap nasib 24 juta anak Indonesia yang tidak memiliki akte kelahiran.

Saat ini, Count Me In sedang membutuhkan peneliti, relawan, mentor, serta ahli pendidikan untuk mengonsep program beasiswa bagi anak-anak perempuan di pulau Komodo yang banyak mengalami putus sekolah.

Tingginya minat para relawan

WAJAH GEMBIRA. Anak-anak di Taman Bacaan Pelangi, di Messah, NTT, antusias saat koleksi buku baru datang. All photos courtesy of Hanny Kusumawati dan Nitara Nivatvongs Layton.

Minat masyarakat untuk menjadi relawan sangat besar. Dalam program Kelas Inspirasi misalnya. Karena minat yang sangat tinggi, tidak semua yang mendaftar dapat terpilih sebagai relawan.

“Kalau ikut KI (Kelas Inspirasi) yang banyak peminatnya, contoh di Jakarta dan Yogyakarta, bisa jadi enggak diterima. Karena relawan yang dibutuhkan dengan yang daftar beda jumlah ya lumayan,” kata Liza.

Di Kelas Inspirasi Jakarta saja, ada 400-an orang relawan pengajar, itu belum termasuk relawan fotografer dan videografer. Belum ditambahkan dengan Kelas Inspirasi di kota-kota lainnya.

Sementara, sejak berdiri pada Oktober 2012, Count Me In telah menghubungkan ribuan relawan dengan berbagai organisasi di seluruh Indonesia.

“Saat ini, semakin banyak masyarakat Indonesia yang ingin menjadi relawan. Sangat menyenangkan melihat begitu banyak orang yang peduli dengan beragam isu. Bisa dilihat, mulai dari KitaBisa, Indorelawan, hingga Taman Bacaan Pelangi dan  Komunitas Taufan,” kata Zack.

Ayo menjadi relawan

Menurut Zack, untuk menjadi relawan tidaklah sulit. Mulai dulu dari hal yang kecil dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.

“Fokus pada hal yang memang kamu benar-benar peduli. Misalnya kamu tertarik dengan isu lingkungan, kamu bisa menghubungi tim relawan Diet Kantong Plastik. Dengan begitu, kamu akan memiliki kedekatan emosional dan menjadi nyaman untuk terus menjadi relawan,” katanya.

Sedangkan untuk menjadi relawan Kelas Inspirasi, bisa dimulai dengan melihat jadwal yang ada di situs kelasinspirasi.org, lalu mendaftar dengan mengikuti petunjuk dari akun media sosial Kelas Inspirasi terkait.

Namun, yang terpenting adalah, lakukan semua ini karena alasan yang tulus. “Jika kamu menjadi relawan hanya demi foto di Instagram dan Facebook, maka kamu telah melakukan hal dengan alasan yang salah,” kata Zack. —Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!