
JAKARTA, Indonesia— (UPDATED) Federasi Sepak Bola Internasional akhirnya membalas surat Kementerian Pemuda dan Olahraga. Mereka menolak kedatangan Tim Transisi, namun penolakan itu tidak digubris sama sekali.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi sudah mendapat balasan dari Sekjen FIFA Jerome Valcke Sabtu, 23 Mei 2015. Dalam surat tersebut, FIFA mengatakan mereka tidak bisa menemui delegasi Indonesia yang akan berangkat ke markas FIFA di Zurich, Swiss. Sebab, menurut surat tersebut, pada saat yang sama FIFA sedang menggelar Kongres ke-65.
Surat tersebut juga mengatakan bahwa jika pembekuan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak dicabut hingga 29 Mei 2015, maka FIFA akan memberikan sanksi bagi Indonesia. “Semua tindakan yang dilakukan Kemenpora atau organisasi yang mewakilinya (pembekuan PSSI) harus ditarik pada 29 Mei 2015. Jika tidak, maka FIFA akan mempertimbangkan sanksi,” tulis Valcke dalam suratnya.
Selain itu, disampaikan juga bahwa laporan Kemenpora terkait PSSI akan dianalisis dan diteruskan kepada lembaga FIFA yang tepat jika deadline tersebut tidak dituruti. Salinan surat tersebut juga dilayangkan ke PSSI dan AFC.
Menolak penolakan
Zuhairi Misrawi, salah seorang anggota Tim Transisi, mengatakan bahwa meski surat itu berisi ancaman sanksi, surat tersebut membawa kabar bai sebab FIFA ternyata tetap akan memproses laporan Kemenpora terhadap situasi sepak bola di Indonesia. Dalam surat itu Valcke mengatakan akan meneliti mengapa kisruh persepakbolaan di Indonesia tak selesai-selesai.
“Intinya ada tiga poin di surat itu. Satu, soal mereka sedang mengadakan kongres jadi tidak mungkin menemui delegasi yang ke sana. Kedua, mereka mengingatkan kalau ada pelanggaran yang memungkinkan sanksi. Tiga, mereka menyebut kalau (laporan Kemenpora) akan dianalisa FIFA. Jadi, laporan kita (sudah) diterima,” katanya.
Tim Transisi akan tetap ke Zurich
Presiden PSSI Ingatkan Menpora, FIFA Tak Akan Temui Tim Transisi & Deadline Sanksi 29 Mei – #LawanMenpora pic.twitter.com/rFuEjdTjw8
— PSSI-FAI (@PSSl__FAI) May 23, 2015
Tim Transisi tetap akan bertolak ke Zurich, kata Zuhairi. Justru dengan adanya surat itu mereka berkeinginan untuk menemui pejabat FIFA sebelum deadline 29 Mei 2015 itu. “Untuk menguatkan poin yang ketiga, kami akan minta waktu ketemu sebelum 29 mei. Ya tetap akan berangkat karena kemungkinan untuk ditemui ada kalau kami berada di sana,” kata pakar Timur Tengah tersebut.
Perwakilan dari tim transisi PSSI yang dibentuk pemerintah memang sudah merencanakan akan bertemu perwakilan FIFA di Swiss pekan depan.
“Kita siap diterima Wakil Ketua FIFA, 25 Mei,” kata Zulhairi Misrawi, anggota tim transisi, melalui akun twitternya pada Jumat, 22 Mei 2015.
Humas Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewa Broto sebelumnya telah menyatakan rencana pertemuan ini.
“Kami tidak akan bicara masalah pembekuan, kami akan menjelaskan kenapa pembenahan sepak bola di Indonesia perlu dilakukan,” kata Gatot seperti dikutip media. “Kami akan bicara tentang tanggal 29 Mei.”
FIFA tengah menyiapkan sanksi bagi Indonesia karena intervensi bagi terhadap PSSI. Rencananya sanksi tersebut akan dijatuhkan sebulan setelah pembekuan PSSI, kemungkinan pada 29 Mei.
Sampai berita ini ditulis, belum ada detail waktu dan siapa saja yang akan ikut dalam pertemuan antara perwakilan tim transisi dengan FIFA.
Ketua Tim Transisi Bibit Samad Rianto menyebutkan ada lima nama yang telah diusulkan untuk berangkat menuju Swiss. Mereka adalah Cheppy T Wartono, Zuhairi Misrawi, Ricky Yakobi, Francis Wanandi, dan Bibit sendiri.
Namun, kabar yang beredar di dalam lingkungan Kemenpora, bakal ada lebih dari 5 nama yang berangkat. Sebab, Kemenpora juga akan menyertakan perwakilan klub untuk ikut serta. Mereka akan menjadi bagian dari tim yang akan membeberkan semua persoalan PSSI kepada FIFA.
“Keputusannya mungkin di awal akhir pekan ini. Tunggu saja. Tapi kemungkinan lebih dari 5 orang yang berangkat. Jumlahnya besar,” ucap sumber di Kemenpora.
La Nyalla Mattalitti masih pertanyakan alasan pembekuan
Sementara itu, Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti menulis surat terbuka buat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi. Dalam surat tersebut La Nyalla mempertanyakan apa kesalahan dirinya sehingga PSSI dibekukan. Dia juga berkata bahwa yang dia lakukan justru memerangi mafia sepak bola.
Relakah kalian jika langkah @persib dan @PERSIPURA_ terhenti di @AFCCup hanya karena Indonesia disanksi @FIFAcom? pic.twitter.com/7iFM64qikn
— PSSI-FAI (@PSSl__FAI) May 22, 2015
Berikut ini beberapa kutipan surat terbuka La Nyalla:
“Saya jadi bertanya. Kejahatan luar biasa apa yang sudah saya lakukan sebagai Presiden PSSI? Sehingga PSSI diperlakukan seolah organisasi terlarang yang harus dibinasakan dari bumi pertiwi ini?”
Tentu saja, surat bergaya melankolis itu tak perlu waktu lama untuk mendapat reaksi dari aktivis sepak bola di Twitter.
Mafia bukan cuma jual beli skor, jg tindakan2 yg selama ini sepelekan hukum dan tak akui negara. Ngemplang pajak, gaji, teror ormas dll.
— REVOLUSI PSSI (@revolupssi) May 22, 2015
Calo hak siar liga dgn pendapatan ratusan milyar dr bbrp TV, hanya sebagian kecil yg dibagi ke klub dan gak dibayar lagi. Ini juga mafia.
— REVOLUSI PSSI (@revolupssi) May 22, 2015
Selain surat terbukanya menuai komentar pedas di media sosial, penyebutan La Nyalla bahwa dirinya adalah “presiden” PSSI bukan Ketua Umum PSSI seperti nama jabatan resminya juga memancing reaksi.
Baru tahu minul kalo jabatan ketum udah diapus, digenti sama persiden…xexexe https://t.co/esPUwtC2SY
— PSSI-FAI (@reformPSSI) May 22, 2015
La Nyalla bikin surat terbuka, nyebut dirinya “Presiden PSSI”. Presiden #pret
— REVOLUSI PSSI (@revolupssi) May 22, 2015
Sampai saat ini, masih belum jelas siapa sebenarnya pihak yang bermasalah dalam kepengurusan bola. Kunjungan perwakilan tim transisi ke FIFA diharapkan akan membuka masalahnya. — Rappler.com
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.