Cara Muslim dan Yahudi di AS menyikapi terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden

Amang Sukasih

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Cara Muslim dan Yahudi di AS menyikapi terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden
Umat Muslim dan Yahudi akan melakukan saling kunjung antar masjid dan synagoguge untuk meningkatkan solidaritas

WASHINGTON DC, Amerika Serikat – Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat membuat umat Muslim di seluruh dunia was-was. Mereka khawatir akan menerima perlakuan diskriminatif dari para pendukung Trump.

Seperti diketahui, selama masa kampanye pemilihan Presiden Negeri Paman Sam, kandidat dari Partai Republik itu kerap mengeluarkan retorika-retorika kampanye anti-Muslim, seperti pelarangan masuknya imigran dari negara yang memiliki catatan sejarah teroris dan meningkatkan pengawasan terhadap masjid-masjid.

Retorika Trump diyakini sebagai penyulut meningkatnya anti-Islam (Islamofobia) di Amerika Serikat dan penyebab kejahatan serta kekerasan berlatar agama (hate crime). Hal serupa juga dirasakan oleh komunitas-komunitas imigran seperti kelompok Hispanic atau Latin. Retorika mogul properti itu juga tidak bersahabat kepada kelompok imigran dan komunitas Yahudi.

Itulah yang mendorong komunitas Muslim dan Yahudi bertemu pada Minggu, 11 Desember. Sejumlah imam dan rabi dari berbagai negara bagian berkumpul di Washington DC dalam rangka Summit Ketiga 2016.

Mengambil judul “2016 Summit of Greater Washington Imams and Rabbis” kedua komunitas itu berdiskusi bagaimana merespons perubahan iklim sosial dan politik di Amerika Serikat pemilihan presiden. Sejumlah gagasan dan rencana program didiskusikan selama 3 jam pertemuan itu. Salah satunya, melakukan aksi nyata berupa kunjungan antar masjid dan synagogue untuk meningkatkan solidaritas, menghilangkan stereotipe dan prasangka di dalam komunitas religi masing-masing perihal lawan agamanya (Islam vs Yahudi), membentuk satuan tugas dalam komunitas yang bertindak cepat menanggapi kejadian-kejadian hate crimes, bereaksi bersama-sama dan saling membantu apabila terjadi kasus-kasus diskriminasi serta prasangka, dan juga membentuk joint media group.

Sementara, perihal adanya rencana “Muslim Registry” (pendaftaran Muslim) yang dihembuskan saat kampanye oleh Trump, komunitas Yahudi telah menyatakan dukungannya terhadap Muslim dalam bentuk pembelaan dengan akan turut mendaftar dan menyatakan sebagai Muslim (We are Muslim). Presiden Asosiasi Muslim Indonesia di Amerika (IMAAM), Amang Sukasih yang ikut hadir pada Summit 2016 mengatakan sejak terpilihnya Trump sebagai Presiden baru, Masjid IMAAM Center memperoleh banyak surat elektronik dan telepon, bahkan kunjungan dari masyarakat non-Muslim, baik itu individu-individu, rumah ibadah gereja dan synagogue maupun organisasi keagamaan sekitar IMAAM Center.

Mereka memberikan dukungan dan solidaritas atas ketidaknyamanan, perasaan terancam atau kondisi tak menentu yang diakibatkan adanya perubahan sosial dan iklim politik di Negeri Paman Sam. Lalu, kapan rencana ini akan terealisasi?

“Ini akan menjadi program reguler Masjid dan Syanagogue. Program ini sudah dilakukan oleh beberapa masjid dan synagogue dengan nama twinning programm. IMAAM Centre akan melakukan (rencana) ini dengan segera. Kami sudah memiliki daftar nama beberapa synagogue yang minta diundang dan akan kami kunjungi untuk melihat program mereka,” tutur Amang melalui surat elektronik kepada Rappler pada Selasa, 13 Desember.

Muslim di Indonesia, kata Amang juga dapat mengambil peran nyata dalam menjalin dialog antar keyakinan ini dengan menampilkan nilai-nilai Islam yang damai, toleran, dan rahmatan lil alamin. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!