“Bapak Jokowi, semangat ya Pak”

Kartika Ikawati

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Baca puisi ini bukan ajang politik, tapi hanya praktik membaca yang dilakukan oleh para siswa SD dalam rangka hari Epistoholik indonesia. Apa itu?

BACA PUISI. Siswa SD di Surabaya sedang membacakan puisi untuk Presiden Joko Widodo, Senin, 27 Januari 2015. Foto oleh Kartika Ikawati/Rappler 

SURABAYA, Indonesia- “Bapak pasti lagi sibuk karena masalah Indonesia yang semakin banyak. Saya hanya mau bilang kepada Bapak Jokowi agar selalu semangat. Semangat ya pak tetap tersenyum.”

Itulah penggalan surat pembaca untuk Presiden Joko “Jokowi” Widodo, yang dibacakan oleh Rina Widyastuti, siswa kelas 5 SD Negeri Pakis 8, Jalan Bintang Diponggo Surabaya, pada Selasa (27/1).

Tak hanya Rina yang menulis surat untuk Jokowi, sebanyak 120 siswa dari kelas 5 SDN Pakis 8 Surabaya juga melakukan hal yang sama. Penulisan massal yang digelar di halaman depan perpustakaan SDN Pakis 8 ini, diadakan untuk memperingati Hari Epistoholik Nasional (Hari Penulis Surat Pembaca), yang diperingati setiap 27 Januari.

“Apakah susah menjadi Presiden? Apakah pusing menjadi Presiden? Kapan ya kita bisa bertemu? Jika saya bertemu Bapak, keinginan saya hanya satu yaitu bilang: tetap semangat!” tulis Rina di suratnya.

Jika Rina bisa bertatap muka dengan Presiden Jokowi, barangkali mantan walikota Solo itu, bisa sedikit terhibur menghadapi masalah-masalahnya saat ini. Apalagi 27 Januari 2015 bertepatan dengan 100 hari pemerintahan Jokowi. 

Selain Rina, ada juga Aulia yang ingin bercengkerama dengan Presiden Jokowi. Aulia ingin agar sang presiden menambah koleksi buku di perpustakaan sekolahnya. Aulia juga kagum dengan kepemimpinan Presiden Jokowi, yang lugas, berani, jujur dan anti korupsi. 

SURAT UNTUK PRESIDEN. Surat pembaca untuk Presiden Joko Widodo, yang dibacakan oleh Rina Widyastuti, siswa kelas 5 SD Negeri Pakis 8, Jalan Bintang Diponggo Surabaya, pada Selasa (27/1). Foto oleh Kartika Ikawati/Rappler

Ada lagi siswa yang bertanya apa tugas Presiden sebenarnya? Mengapa tubuh Jokowi kecil? Bahkan ada juga yang hanya ingin foto bersama Jokowi. Tapi apa Jokowi bisa menjawab pertanyaan bocah-bocah cilik ini? Apalagi seperti yang sebelumnya diberitakan Jokowi lagi sakit gigi. 

Bukan ajang politik

Menurut Dra. Isnaheni, Kepala Sekolah SDN Pakis 8, siswa-siswanya belum memahami kondisi politik negeri ini. Kegiatan penulisan surat pembaca ini juga bukan untuk memperingati moment 100 Harinya Pemerintahan Jokowi, hanya tanggalnya saja yang sama dengan Hari Epistoholik Nasional.

“Kita tidak menyangka acara ini bertepatan dengan 100 harinya Pak Jokowi. Kita disini ingin mengajak anak-anak buat menulis harapannya, agar mereka juga bisa mengekspresikan imajinasi melalui tulis-menulis,” tutur Isnaheni.

Isnaheni berujar kegiatan penulisan surat pembaca ini merupakan hasil kerja sama dengan Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI), sebuah lembaga non profit yang fokus untuk mengembangkan perpustakaan di daerah.

Satu hari sebelumnya, Dicki Agus Nugroho, Koordinator Komunitas Arek-Arek Kreatif YPPI, telah menyiapkan bahan bacaan berupa profil dan cerita perjalanan Jokowi. Bahan bacaan itu sebagai gagasan untuk penulisan surat pembaca kepada Jokowi. Ada juga beberapa siswa yang aktif mencari sumber lain. 

“Kami cuma siapkan bacaan dua halaman profil singkat dan cerita perjalanan Jokowi. Tapi ada juga beberapa anak yang cari bahan sendiri di luar. Senin sore mereka tanya-tanya ke orang tua mereka, ada juga yang cari referensi di internet, apalagi mereka punya gadget ya bisa cari sendiri,” ujar Dicki.

Sebelum menulis, Dicki memberikan petunjuk kepada siswa bagaimana cara menulis surat pembaca. Menurut Dicki sebenarnya surat pembaca butuh 3 tahapan yaitu pra penulisan, penulisan, dan pasca penulisan. Dalam pra penulisan ada kegiatan observasi atau pencarian informasi. Tapi khusus untuk penulisan surat pembaca oleh siswa SDN Pakis 8 ini, langsung ke tahap penulisan. “Mereka hanya saya ajari 4 poin penting dalam surat pembaca, yaitu pembukaan, isi, penutup dan alamat penulis,” kata Dicki.

BACA PUISI. Seorang siswi SD membacakan puisi untuk Presiden Jokowi di Surabaya, Jawa Timur, Senin, 27 Januari 2015. Foto oleh Kartika Ikawati/Rappler

Untuk menarik siswa agar berani membacakan suratnya, Pihak YPPI menyiapkan hadiah berupa buku. Dari 120 anak yang menulis, terpilih 8 orang yang maju membacakan surat mereka kepada Jokowi. Ada juga sebagian anak yang bertugas mengkoreksi surat yang ditulis temannya. 

Dalam surat pembaca yang ditulis, mayoritas siswa ingin meneladani sosok Jokowi, banyak juga yang berharap bisa bertemu langsung dengan Jokowi. Ada juga yang berharap Jokowi datang ke sekolahnya dan menambah koleksi buku di perpustakaan mereka. 

Dalam penulisan surat pembaca ini, Jokowi dipilih karena baru terpilih sebagai Presiden, dan merupakan sosok sentral awal tahun ini. Menurut Dicki banyak sifat keteladanan Jokowi yang bisa dicontoh anak. 

“Sosok Jokowi masih relevan dengan anak sekarang. Dia dari keluarga miskin tapi bisa mandiri. Dia juga berjuang keras untuk mencapai posisinya sekarang,” ungkap Dicki.

Rencananya surat-surat pembaca yang telah ditulis, akan disatukan dan dijadikan koleksi perpustakaan. Dicki juga menyarankan agar siswa-siswa SDN Pakis 8 bisa mengirimkan surat-surat tersebut kepada majalah anak atau surat kabar favorit mereka.

Mengenal Epistoholik

Epistoholik dimaknai sebagai orang yang kecanduan menulis surat pembaca di media massa. Kolom surat pembaca biasanya identik dengan protes dan keluhan masyarakat terkait pelayanan atau organisasi tertentu.

Disamping orang-orang yang memprotes dan mengeluh melalui surat pembaca, ada  beberapa orang khusus yang memanfaatkan kolom surat pembaca secara teratur, bukan hanya untuk protes, tetapi juga memberikan antisipasi, dan juga solusi. Orang-orang khusus ini diberi label sebagai epistoholik, hingga mereka membentuk Komunitas Epistoholik Indonesia.

27 Januari 2005 komunitas yang digagas oleh Bambang Haryanto ini memproklamasikan tanggal tersebut sebagai Hari Epistoholik Nasional. Komunitas ini juga mendapat apresiasi dari Museum Rekor Indonesia (MURI). 

Jaya Suprana, pendiri MURI berkata bahwa gagasan epistoholik merupakan salah satu ide terbaik yang pernah masuk MURI saat itu.

Di Surabaya sendiri, peringatan Hari Epistoholik Nasional baru diperingati dua kali oleh YPPI. Menurut Dicki kegiatan menulis surat pembaca ini dapat mengasah dimensi mental, istilah yang hampir sama dengan kredo Presiden Jokowi, revolusi mental.

Dimensi mental dapat diasah melalui menulis, baik itu surat pembaca, jurnal atau gagasan. Menulis baik juga untuk mempengaruhi kemampuan kita untuk berpikir jernih, bernalar secara akurat, bahkan sebagai penghapus stress. Berminat? -Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!