Patung-patung tak bersalah yang mesti pindah

Ahmad Santoso

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Patung-patung tak bersalah yang mesti pindah
9 patung di Alun-alun Sidoarjo yang diturunkan karena dianggap menyembah berhala adalah patung yang menceritakan bagaimana masyarakat Sidoarjo mengelola hasil laut menjadi kerupuk.

JAKARTA, Indonesia — Awan mendung membayangi langit di atas Alun-alun Sidoarjo siang itu. Beberapa pekerja terlihat sibuk bergegas menyelesaikan pekerjaan mereka: ada yang menggulung tali baja, ada yang menyapu bongkahan reruntuhan, ada pula yang masih berkutat mengaitkan kail baja pada patung yang terikat.  

Jumat siang, 27 Februari, sekitar sepuluh pekerja sedang sibuk menurunkan 9 patung “penjaga” Monumen Jayandaru di pelataran timur Alun-alun Sidoarjo. Dengan kendaraan alat berat crane, 9 patung itu pun akhirnya diturunkan.

Turunnya patung-patung ini diharapkan bisa meredakan ketegangan. Pasalnya minggu lalu, organisasi massa Gerakan Pemuda Ansor menuntut 9 ikon baru kota Sidoarjo ini untuk diturunkan. Alasannya satu, karena patung diidentikkan dengan kemusyrikan.  

“Patung itu identik dengan berhala, dan patung-patung berbentuk manusia ini tak sesuai dengan budaya masyarakat Sidoarjo. Secara agama pun kita tak boleh membentuk patung yang menyerupai makhluk hidup,” kata Ketua GP Ansor Sidoarjo Slamet Budiono. 

 

Kesedihan Wayan

Patung-patung ini dibuat selama 8 bulan oleh pematung terkenal I Wayan Winten. Foto oleh Ahmad Santoso/Rappler.com

Saat pembongkaran, dari kejauhan terlihat seorang pria gemuk mengenakan kaus hitam. Dia mengawasi dan mengomandani penurunan patung. Sesekali terlihat dia merenung dan menatap polos proses pembongkaran itu. Pria ini adalah I Wayan Winten, sang pembuat patung, yang dikenal di Bali karena Patung Satria Gatot Kaca yang dibuatnya. 

“Sayang sekali, padahal untuk buat patung ini butuh kerja keras memeras otak dan otot yang lama,” katanya tanpa ditanya ketika dihampiri.

Wayan bercerita dia menghabiskan waktu delapan bulan untuk membuat patung tersebut di Winten Artist & Gallery di Teges, Ubud, Bali. Dia memerlukan waktu satu bulan untuk merakit patung-patung itu di seputar Monumen Jayandaru, Sidoarjo, setelah diangkut dari Bali. 

Monumen Jayandaru ini tidak dipermasalahkan karena di puncak monumen hanya terpasang udang dan bandeng — hewan yang menjadi simbol Kota Sidoarjo. 

Seminggu setelah terpajang, PT Sekar Laut, pihak yang memintanya membuat patung menghendaki Wayan menurunkan patung-patung tersebut, tak lama setelah diprotes beberapa ormas agama.

“Secara materi saya tak dirugikan toh saya sudah di bayar ini, namun sebagai seorang seniman tentu saja hal ini amat menyakitkan, keinginan saya yang ingin patung ini jadi landmark dan dinikmati banyak orang sirna sudah,” keluhnya. “Kalau sudah berkaitan dengan agama, ya kita mau apa.”

Menurutnya, patung-patung tersebut harusnya dilihat sebagai seni, bukan berhala.

“Patung-patung ini sebenarnya penggambaran cerita masyarakat Sidoarjo yang mengelola hasil laut menjadi kerupuk, tak lebih. Toh pose-pose ini kan yang minta pihak pemkab juga,” tegasnya.

 

Patung CSR yang bermasalah

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menyesalkan keputusan sepihak PT Sekar Laut untuk menurunkan 9 patung yang dianggap berhala. Foto oleh Ahmad Santoso/Rappler.com

Proses pembuatan 9 patung penjaga Jayandaru sejatinya memang tak menyedot kas APBD. Uang yang diberikan kepada Wayan semuanya dari PT Sekar Laut lewat sumbangan Corporate Social Responsibility  (CSR).

“Dana patung ini memang berasal dari CSR PT Sekar Laut, karena itulah proses pembongkaran pun yang mintanya ya PT Sekar Laut bukan diminta oleh kami. Pasalnya patung itu belum diserahkan secara resmi kepada kami,” ucap Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sidoarjo Bahrul Amig yang hadir dalam pembongkaran.

Dia menjelaskan, perjanjian pembangunan patung antara PT Sekar Laut dan Pemkab Sidoarjo sudah dilakukan sejak tiga tahun yang lalu. Namun baru bisa terealisasi tahun ini. Awalnya patung yang terbuat dari semen kalsium ini direncanakan akan dipajang di pintu keluar tol Sidoarjo. Karena lahannya bukan milik pemkab jadi dipindahkan ke alun-alun.

Terkait dengan penolakan dari masyarakat khususnya ulama di Sidoarjo, Bahrul tak tahu-menahu. Karena itulah dia kaget saat pihak PT Sekar Laut langsung membongkar patung-patung itu. 

“Entah diancam atau gimana yang jelas kami sangat menyayangkan, kenapa mereka tak berkoordinasi dulu dengan kami, padahal pihak pemkab siap memediasi PT Sekar Laut dengan ulama,” tukasnya. 

Menyikapi ucapan Aming, Direktur PT Sekar Laut Tbk Welly Gunawan mengatakan keputusan tersebut sudah dipikir matang-matang. Tetap mempertahankan patung baginya adalah risiko tinggi.

”Sudah fix, akan pindahkan ke Finna Golf yang terletak di Pasuruan, supaya tidak memimbulkan pro-kontra lagi. Kami ingin kondisi kami kembali tenang,’’ imbuhnya. — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!