5 hal yang bisa kamu nikmati di Yangon tanpa uang banyak

Lewi Aga Basoeki

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 hal yang bisa kamu nikmati di Yangon tanpa uang banyak
Kunjungi Yangon sekarang, saat belum banyak turis asing yang datang.

Mingulaba!

Buat yang belum tahu, mingulaba itu artinya, “halo”, dalam bahasa Myanmar.

Datanglah ke Yangon, salah satu kota yang bukan merupakan destinasi wisata utama untuk orang Indonesia. Percayalah, kamu seolah merasakan sensasi perjalanan yang berbeda. 

Semenjak Myanmar mulai membuka pintu-pintu gerbangnya terhadap dunia luar, kota ini mulai menggeliat dan para turis asing mulai terlihat memenuhi pasar, tempat wisata, dan hotel, termasuk turis dari Indonesia.

Mulailah berpikir untuk menjadikan Yangon sebagai salah satu destinasi wisata, paling tidak pada saat akhir pekan, untuk menikmati 5 hal ini tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam:

Terpukau dengan Shwedagon Paya

Shwedagon Paya sangat terkenal karena merupakan salah satu pagoda terbesar di dunia. Foto oleh Lewi Aga Basoeki

Shwedagon Paya atau Pagoda Shewdagon adalah atraksi utama dari Myanmar. Pagoda ini sangat terkenal karena merupakan salah satu pagoda terbesar di dunia yang letaknya berada di jantung utama kota Yangon. Kilau emasnya akan sangat mudah terlihat dari berbagai sudut kota. 

Momen terbaiknya? Nikmati memandang Shwedagon Paya di malam hari, saat kilau emasnya berpendar dengan begitu meriahnya, membuat langit malam di Myanmar berubah menjadi sedikit oranye. Magis! 

Jalan-jalan pakai longyi, sarung khas Myanmar

Longyi untuk laki-laki mirip sarung, longyi untuk perempuan menyerupai kain songket. Foto oleh Lewi Aga Basoeki

Kalau para pria Indonesia mengenakan sarung untuk beribadah ke masjid atau bersantai, maka di Myanmar, sarung dipergunakan untuk segala kesempatan dari acara formal sampai informal. Longyi, sarung khas Myanmar, dapat dibeli di beragam toko di Yangon, termasuk di Bogyoke Market atau Scott’s Market, salah dua pasar utama di Yangon. Harganya juga mulai dari Rp 10.000 sampai ratusan ribu rupiah, tergantung bahan dan motifnya. 

Longyi untuk para laki-laki lebih mirip sarung, sedangkan longyi untuk para perempuan lebih menyerupai kain songket. Jalan-jalanlah dengan longyi di Yangon dan rasakan betapa ademnya suasana kota ini. 

Leha-leha di Maha Bandoola Park

Ingin tahu apa yang dilakukan warga Yangon di sore hari? Leha-leha di Maha Bandoola Park. Foto oleh Lewi Aga Basoeki

Ingin tahu apa yang dilakukan para warga lokal di sore hari? Kunjungi Maha Bandoola Park yang terletak persis di depan Yangon City Hall. Di sore hari, apalagi di akhir pekan, kita bisa melihat banyak warga lokal yang duduk-duduk santai sambil bercengkerama dengan keluarga atau teman-temannya. 

Oh iya, jangan kaget ketika melihat ada banyak perempuan dengan wajah penuh bedak yang tidak beraturan. Itu adalah bedak dingin atau tanaka, rahasia kecantikan para perempuan Myanmar.

“Jadi, kapan saya kawin?”  

Sule Pagoda adalah salah satu pagoda terbesar kedua di Yangon. Foto oleh Lewi Aga Basoeki

Setiap orang pasti penasaran dengan masa depannya, termasuk urusan jodoh. Jangan sedih dan jangan khawatir. Untuk beberapa orang yang penasaran, banyak para pembaca garis tangan atau peramal di sekitar Sule Pagoda yang menawarkan jasa untuk melihat masa depan. 

Sule Pagoda ini adalah salah satu pagoda terbesar kedua di Yangon yang letaknya tidak jauh dari Maha Bandoola Park. Hanya dengan membayar sekitar Rp 100.000 maka para pembaca garis tangan ini bisa memberikan prediksi mengenai masa depan, termasuk untuk urusan jodoh beserta hal-hal apa saja yang harus kita lakukan agar terhindar dari kecelakaan. Kalau memang tidak ingin diramal, bolehlah berjalan-jalan di sekitar Sule Pagoda untuk mengamati para warga lokal sibuk diramal oleh para pembaca garis tangan di sana.

Makan masakan berbumbu India rasa Asia

Jangan lupa meminum Myanmar Beer, rasanya yang ringan menyegarkan di tengah udara Yangon yang panas. Foto oleh Lewi Aga Basoeki

Letak Myanmar yang dekat dengan India ini lumayan membuat pengaruh India cukup kuat, termasuk untuk urusan bumbu masaknya. Kari adalah salah satu bumbu yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Myanmar. Menariknya, pengaruh masakan Tionghoa pun juga cukup kental. Maka dari itu, rasa masakannya bagi sebagian orang mungkin terasa tidak karuan. Namun, karena rasanya yang khas itulah, kuliner Myanmar patut untuk dicoba! 

Kunjungi Aung Thukka Myanmar Restaurant, restoran yang lebih mirip warteg Indonesia ini menyajikan masakan otentik khas Myanmar dengan harga yang terjangkau. Bagi para pecinta bir, jangan lupa meminum Myanmar Beer, rasanya yang ringan memang menyegarkan di tengah udara Yangon yang panas. 

Dua hari adalah waktu yang pas untuk mengunjungi kota tempat tinggal Aung San Suu Kyi ini. Ayo, kunjungi Yangon sekarang, saat belum banyak turis asing yang datang dan menjadikannya sebagai destinasi favorit selanjutnya selain Bangkok. Selamat merencanakan perjalanan! —Rappler.com

  Lewi Aga Basoeki, atau yang biasa dipanggil Aga, adalah seorang banking and finance lawyer. Di akhir pekan, dia memilih untuk menjadi seorang weekender dan melakukan solo flashpacking ke kota-kota di Indonesia atau Asia Tenggara. Ingin tahu bagaimana cara pandangnya mengenai dunia? Ikuti kisahnya di www.lewiagabasoeki.blogspot.com dan follow Twitter-nya, @legabas.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!