Tampar pipi dan perang batu warnai konflik Persebaya

Ahmad Santoso

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tampar pipi dan perang batu warnai konflik Persebaya
Infiltrasi semimiliter akibatkan penyelesaian konfik kerap dilakukan dengan kekerasan di tubuh PSSI

SURABAYA, Indonesia — Diskusi terkait penyelesaian dualisme Persebaya Surabaya di SBO TV berlangsung ricuh. Penyebabnya 8 orang berbadan tegap dari Ormas Pemuda Pancasila masuk ke ruang studio, menampar narasumber Saleh Ismail Mukadar dan menghentikan siaran langsung, Kamis, 16 April 2015. 

“Kami tak bisa menghentikan mereka, yang naik memang jumlahnya gak lebih dari 10, tapi di bawah udah nunggu puluhan orang siap merusuh dan mengancam akan bakar Graha Pena,” ucap petugas pengaman Graha Pena yang enggan disebut namanya, Jumat, 17 April. 

Studio SBO TV memang terletak di Graha Pena lantai 21. Penyerbuan ini terlihat seperti dikoordinir dan melibatkan eks-orang dalam. Pasalnya lift di Graha Pena hanya sampai lantai 20. Untuk naik ke lantai 21 meski memakai tangga dan hanya karyawan SBO saja yang tahu akses ke sana.

“Mereka juga tau cara matikan master control siaran dimana, hal yang mereka lakukan saat datang ya matikan master control siaran,” keluh Rizal Wahyu Himawan produser News SBO TV  

Imbas kejadian ini adalah dengan ngeluruknya ratusan Bonek ke Mapolda Jatim Kamis malam, untuk mendampingi Saleh, yang adalah direktur PT Persebaya Indonesia.

Usai itu, tepat pukul 23.00 ratusan bonek ini melakukan konvoi menuju Mes Karanggayam. Tepat di Jalan Darmo, di depan Markas YSS (Yayasan Suporter Surabaya), pendukung Persebaya ISL melempari para bonek. Alhasil perang batu pun tak terhindarkan.

Pemuda Pancasila cuci tangan

Menyikapi kejadian ini, Majelis Perwakilan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila (PP) Kota Surabaya pun angkat bicara. Ketua Bagian Hukum PP Surabaya Amrullah mengakui bahwa pelaku penyerangan adalah anggota Pemuda Pancasila, namun tidak diinstruksikan oleh PP. 

“Kami akui oknum pelaku itu adalah anggota PP. Namun kami tak bisa mengontrol sikap anggota kami secara keseluruhan,” katanya.

Amrullah menyebut Nurdin Longgari sebagai pelaku penyerangan dan meminta polisi untuk menangkapnya. 

Meski demikian, PP menilai kejadian penyerangan studio SBO TV tak akan terjadi jika SBO TV berimbang dalam pemberitaan. 

“Jika terus dibiarkan kami khawatir hal demikian akan terus berkelanjutan dan mengakibatkan Surabaya lebih tidak aman,” katannya.

Nurdin akhirnya menyerahkan diri ke polisi. “Ini murni karena saya sendiri, tidak disuruh siapa-siapa,” katanya.

Ucapan Nurdin ini tentu saja bertolak belakang dengan laporan saksi mata yang melihat ada puluhan orang yang datang menyerang ke SBO TV. Terlalu janggal jika puluhan orang ini kompak menyerbu tanpa ada komando.

Pelecehan Jurnalisme

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengatakan penyerangan terhadap narasumber adalah teror terhadap kemerdekaan pers.

“Ruang redaksi penyiaran harus steril dari pihak yang tidak berkepentingan. Penyerangan ini menunjukkan sikap kebrutalan,” kata Ketua Umum AJI Indonesia Suwarjono di Malang, Jumat, 17 April.

Dia menyarankan keberatan terhadap pemberitaan atau tayangan bisa disampaikan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) atau Dewan Pers. “Sesuai mekanisme juga bisa meminta hak jawab,” katanya.

Suwarjono meminta polisi mengusut tuntas kasus tersebut dan menangkap para pelaku untuk mencegah kasus serupa terulang. 

Namun Suwarjono juga mengingatkan media untuk menghadirkan berita secara berimbang, memberikan kesempatan yang sama pada semua kelompok, untuk menghindari konflik, khususnya untuk hal yang sensitif. 

“Perusahaan pers jangan menjadi corong untuk kepentingan kelompok tertentu,” kata Suwarjono.

Persatuan Seluruh Semimiliter Indonesia?

Andi Peci, Koordinator Bonek Persebaya 1927, mengatakan insiden penyerangan menegaskan betapa sepakbola Indonesia sudah dikangkangi mafia dan premanisme. 

“Insiden memalukan itu menjadi cermin paling jernih yang memantulkan wajah sepakbola Indonesia: busuk, buruk, barbar, korup, dan menghalalkan segala cara,” katanya.

Berdasarkan pengamatannya infiltrasi ormas semimiliter ke dalam tubuh PSSI sudah berlangsung sedemikian jauh. 

“Beberapa tokoh ormas-ormas semimiliter berseragam loreng bahkan menjadi pengurus PSSI hingga pengurus klub. Nalar kekerasan yang melekat dalam cara berpikir dan bertindak ormas semimiliter itu akhirnya dipakai untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sepakbola,” paparnya.

Dalam beberapa kasus, keterlibatan PP dalam masalah sepakbola memang sering terjadi. Pada 2013, Andi sempat diseret dari kediamannya dan menderita beberapa jahitan karena aksi pembacokan yang diduga oknum anggota PP.

“Begitu juga di tempat lain, misalnya bus yang mengangkut pemain dan officials Persis Solo di Samarinda, yang juga mengalami kekerasan dari preman dan tukang pukul berseragam loreng,” kata Andi. “Jangan biarkan PSSI menjadi Persatuan Semimiliter Sepakbola Indonesia.” — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!