SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
KABUL, Afghanistan — Sheer Nazar bisa menjual 20 telepon seluler per hari.
“Kebanyakan pembelinya anak muda. Mereka biasanya membeli iPhone dan galaxy,” kata Sheer.
Menurut Bank Dunia, di Afghanistan hanya ada sekitar 60 ribu telepon kabel. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan pengguna telepon selular yang menurut pemerintah mencapai sekitar 23 juta.
“80 persen daerah sudah dijangkau jaringan telepon seluler. Sejumlah besar pengguna internet online menggunakan telepon pintarnya,” kata Deputi Otoritas Regulator Telekomunikasi Khair Muhammad Faizi.
Mahasiswi Zianab Mohammadi punya telepon pintar pertama kali 4 tahun lalu.
“Saya sangat kaget dan senang. Saya menggunakannya untuk menyelesaikan masalah saya. Saya bisa menghubungi teman-teman dan dan mengirim pesan ketika rindu pada mereka. Saya juga menerima banyak pesan dari teman-teman. Ini menakjubkan. Saya berterima kasih pada telepon selular.”
Sektor telekomunikasi Afghanistan menarik investasi asing hingga US$ 2 miliar, atau Rp 26 triliun rupiah. Pemerintah setempat menyebut sektor ini menciptakan hampir 200 ribu pekerjaan bagi warga Afghanistan.
Aqbal Majboor, pemilik perusahaaan konstruksi dan logistik, mengatakan biasanya mereka harus menggunakan telepon kabel di warung telekomunikasi atau wartel untuk menelepon.
“Sebelumnya, satu-satunya cara untuk menelpon ke luar negeri adalah dengan telepon satelit yang ada di wartel. Untuk itu kami harus mengantri berjam-jam dan sangat sulit untuk menghubungi orang-orang,” kata Aqbal.
“Selain biayanya mahal, butuh waktu berjam-jam untuk satu kali menelepon. Tapi sekarang telepon selular membuat bisnis jadi lebih mudah. Telepon ini adalah hidup saya.”
Tapi Taliban sudah beberapa kali menyerang sarana telekomunikasi. Dalam 7 tahun terakhir, sekitar 300 menara telepon dihancurkan setelah perusahaan telekomunikasi menolak mematikan jaringan komunikasi pada malam hari.
Militer Taliban ingin transmisi berhenti beroperasi di malam hari untuk mencegah pasukan keamanan mendapat informasi dengan menyadap percakapan telepon mereka. — Rappler.com
Berita ini berasal dari Asia Calling, program radio mingguan dari KBR.
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.