Sakit hati, adik tersangka pembunuh Salim Kancil lempar batu rumah aktivis

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sakit hati, adik tersangka pembunuh Salim Kancil lempar batu rumah aktivis
Pelaku kecewa karena kasus Salim Kancil, sumber mata pencahariannya di penambangan ilegal ditutup

 

JAKARTA, Indonesia — Sidang kasus pembunuhan aktivis tolak tambang Salim alias Kancil belum selesai digelar, namun konflik antara keluarga tersangka pembunuh dan pihak aktivis sudah terjadi. 

Pada Sabtu, 31 Oktober, IW, adik dari tersangka Widianto, menyerang rumah salah aktivis lingkungan hidup dengan melempar batu. 

Menurut Kepala Divisi Humas Inspektur Jenderal Anton Charliyan, IW mendatangi rumah aktivis tersebut dengan menggunakan sepeda motor. Akibatnya jendela rumah aktivis itu pun pecah. 

“Saat itu rumah diawasi Babinkamtibmas (polisi desa) dan Babinsa (TNI desa), lalu dikejar dan akhirnya tertangkap,” ujar Anton, Senin, 2 November. 

“Dari hasil pemeriksaan, terungkap dia begitu karena dendam kakaknya dituduh membunuh Salim Kancil,” kata Anton.

IW juga mengaku pada polisi bahwa ia sakit hati karena penambangan pasir ilegal ditutup. Padahal ia mencari nafkah dari tambang itu. Perekonomian keluarganya pun merosot tajam. 

Ditambah lagi, akibat penutupan tambang, IW menjadi pengangguran. Beban pikirannya bertumpuk. 

Kini, IW masih diamankan di Kepolisian Sektor Pasirian dan telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pengrusakan barang dan perbuatan tidak menyenangkan.

Anton menambahkan, Polsek Pasirian dan TNI terus berjaga di Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, demi mencegah tindakan serupa terjadi lagi. 

Anak cucu tersangka juga trauma

Sebelumnya, pasca peristiwa penganiayaan dan pembunuhan Salim Kancil, anak dan cucu tersangka di Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengaku trauma dan tak mau masuk sekolah. 

“Mereka enggak mau masuk sekolah lantaran takut dikata sebagai anak seorang pembunuh,” kata Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat (DPM) Lumajang Syamsul Arifin pada Rappler, Rabu, 7 Oktober.

“Jadi ada trauma yang luar biasa dari anak dan cucu dari tersangka dan korban, aksi kekerasan orang tuanya di Selok Awar-awar,” katanya.

Untuk mengatasi itu, tim dari Pemerintah Kabupaten dan Kepolisian Resor Lumajang turun langsung untuk memberikan trauma healing atau terapi pada anak-anak tersebut. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!