Rappler berbagi info media sosial di Munas ke-VIII HIPPI

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Rappler berbagi info media sosial di Munas ke-VIII HIPPI
Menteri Perindustrian ajak perkuat merek produk Indonesia. Efektivitas media sosial kian diakui.

 

JAKARTA, Indonesia – “Saya tidak gaptek-gaptek amat. Saya punya akun Facebook. Saya posting foto-foto produk, tapi kok belum merasakan manfaat dari sisi pemasaran, ya?”  

Pertanyaan ini diajukan oleh Ibu Ani, seorang pengusaha yang mengelola kegiatan kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) dengan label Gedang Sari, di Kecamatan Gedang Sari Gunung Kidul. Ibu Ani bertanya dalam sesi pertama Musyawarah Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) ke-VIII, yang dibuka di Jakarta, Senin, 16 Mei.

Bu Ani, yang juga pengajar di sebuah perguruan tinggi itu, menceritakan upayanya mengentaskan kemiskinan di daerah penghasil kripik pisang. Tanaman pisang banyak tumbuh, sejak program yang dimulai pada 2012.  

“Harganya murah sekali. Jadi, perlu diolah menjadi kripik. Tapi kami menemukan masalah pemasaran,” kata Bu Ani.

HIPPI didominasi oleh usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) yang tersebar di seluruh Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sekitar 99,98 persen pengusaha di Indonesia, atau sekitar 55 juta, adalah UMKM. 

Dari jumlah itu, baru 0,14 persen yang go online. Padahal saat ini sumber informasi digital kian menjadi referensi.  Jumlah pengguna telpon seluler tercatat 350 juta, lebih besar dari jumlah penduduk yang 250 juta. Pemasaran digital juga memungkinkan produsen berinteraksi dengan konsumennya setiap saat.

“Tema Munas yang mendorong penguatan produk nasional kami pilih agar kita bisa bersaing dengan negara lain di kawasan ini. Sebelum bersaing di Masyarakat Ekonomi ASEAN. Anggota HIPPI harus bisa bersaing di pasar domestik,” kata Ketua Umum HIPPI Suryani Motik.

Yani Motik, yang juga Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (KADIN), menyoroti perlunya implementasi segera 12 paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah.  

“Perlu juga diimplementasikan kebijakan yang memberikan prioritas kepada UMKM dalam kegiaatan ekonomi, termasuk program pemerintah,” ujar Yani.

Pentingnya pemasaran digital

Kader HIPPI saat menghadiri Munas di Jakarta, pada 16 Mei 2016. Foto oleh Rappler

Managing Director Rappler Indonesia, Uni Lubis, memberikan sejumlah contoh bagaimana UMKM berkembang didukung oleh pemasaran digital, termasuk melalui penggunaan akun media sosial.  

“Dari kisah sukses yang ada, nampak ada benang merah, bahwa kisah di balik proses produksi dan human stories, mampu membangun keterlibatan dengan audience, yang kemudian disusul dengan peningkatan kinerja bisnis,” kata Uni.

Kepada Ibu Ani, Uni mengatakan, mungkin yang perlu ditonjolkan adalah fakta bahwa keripik pisang itu dihasilkan melalui proses yang melibatkan rakyat yang tadinya miskin, dan mencoba bangkit dari kemiskinan itu.  

“Karena kalau jualan kripik pisang, banyak yang melakukan. Faktor pembeda perlu ditonjolkan, termasuk proses produksi,” kata Uni.

Maria Cruz, Rappler Global Strategic Head, yang menjelaskan cara kerja Rappler dalam pemasaran digital mengatakan bahwa, “Menjual produk secara vulgar biasanya kurang berhasil. Misalnya, kalau mau jualan shampoo, ya jangan langsung. Tapi buat cerita mengenai perempuan dengan berbagai sudut pandang, ketangguhan mereka, kehidupan mereka,” ujar Cruz.

Keterlibatan Rappler dalam sesi penguatan produk nasional adalah bagian dari program #AyoIndonesia, sebuah kegiatan komunitas yang telah dimulai sejak tahun lalu.

Peserta Munas HIPPI antusias menanyakan berbagai hal terkait dengan pemasaran produk, juga bagaimana membendung produk impor.  

“Kita ini kaya batik dari berbagai provinsi. Tapi lihat di pasar grosir batik, yang merajalela justru batik impor dari Tiongkok yang harganya sangat murah,” kata Sarwan, seroang anggota HIPPI DKI Jakarta.

Menperin ajak pengusaha perkuat ‘branding’ produk Indonesia 

Dalam sesi berikutnya di Munas HIPPI,  Menteri Perindustrian Saleh Husin mengajak pengusaha dan masyarakat memperkuat merek-merek produk Indonesia.

“Contohnya soal kopi dan cokelat. Agar kopi kita semakin dikenal, saya minta saat Anda nongkrong di coffee shop di Indonesia maupun di luar negeri, pesan dengan mengatakan, ‘Saya minta kopi Indonesia’. Misalnya yang Gayo, Kerinci, Toraja, Kintamani,” kata Saleh.

Menurutnya, jika hal ini dilakukan oleh banyak konsumen, konsisten, dan berulang-ulang, maka pemilik dan pengelola kedai kopi akan lebih banyak menyediakan pasokan kopi, cokelat, dan produk Indonesia lainnya. 

Kedai kopi, seperti bisnis lainnya, diyakininya pasti memiliki studi pasar dan menganalisis permintaan konsumen.

“Ujung-ujungnya kopi kita lebih banyak dibeli pelaku usaha. Yang untung siapa, ya petani dan pengolah kopi. Jadi ayo kita selalu bangga dan beli produk Indonesia,” kata Saleh. 

Ia mengakui upaya meningkatkan penjualan produk mesti banyak dilakukan dengan berbagai cara, termasuk yang sederhana dan menyangkut kebiasaan sehari-hari.

Demikian juga dengan produk nasional lainnya. Saat bepergian ke lain daerah dan manca negara membawa produk kerajinan sebagai oleh-oleh untuk teman dan kerabat. –Rappler.com 

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!