SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Komisaris Jenderal Tito Karnavian, berjanji akan mengedepankan pencegahan dan informasi intelijen dalam penanganan tindak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok intoleran.
“Jangan sampai menunggu sampai terjadi tindak kekerasan. Pencegahan lebih baik. Komunikasi dan pengumpulan informasi melalui unit bimbingan massa penting,” kata Tito saat berdiskusi dengan Forum Pemimpin Redaksi, di Jakarta, pekan lalu.
Diskusi diadakan pada hari yang sama setelah Tito, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dinyatakan “lulus” menjalani uji kelayakan di Komisi III DPR RI, pada Rabu, 23 Juni.
Tito menjawab pertanyaan Rappler, dan mengakui bahwa di masyarakat terjadi perbedaan pendapat yang tajam antara kelompok tertentu.
“Sebut saja mereka ini outlier, menyimpang. Misalnya, kelompok yang pro PKI (Partai Komunis Indonesia),” kata Tito.
Di sisi lain, lanjut Tito, ada yang menentang mereka yang jumlah massanya juga besar.
“Memang bagi polisi ini dilema. Di satu sisi ada UU yang menjamin kemerdekaan berekspresi, di sisi yang lain juga ada UU No. 27 tahun 1999 yang melarang penyebaran paham Marxisme, Leninisme, dan Komunisme,” ujarnya.
“Bagi polisi, jika terjadi pelanggaran hukum, apalagi terjadi kekerasan, yang kami tindak dengan hukum.”
Hal yang sama juga akan ia terapkan untuk kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Tito mengatakan, ia tidak setuju tindak kekerasan terhadap kaum LGBT.
Saat menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya, Tito mengatakan LGBT adalah warga negara yang juga wajib dilindungi. “Dalam artian dilindungi dari tindak kekerasan,” katanya.
Masalahnya, Tito juga dikenal cukup dekat dengan Front Pembela Islam (FPI), organisasi yang menentang LGBT, dan menyatakan diri sebagai organisasi yang anti-PKI.
(BACA: 5 pekerjaan rumah bagi (calon ) Kapolri Tito Karnavian)
Soal LGBT, Tito mengingatkan norma sosial yang masih kuat berlaku di masyarakat Indonesia. Dia menyebut peristiwa penembakan ke klub gay di Orlando, Amerika Serikat, sebagai hal yang perlu jadi pelajaran di Indonesia.
Jika terjadi pelanggaran hukum, akan ditindak sesuai hukum yang berlaku.
“Melihat peristiwa di Orlando, saya pikir negara perlu hadir mencegah. Jangan sampai ada pihak yang merasa ada yang berlebihan, lalu mereka datang membawa bom,” ujar Tito. —Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.