Bajai App pede jadi alternatif aplikasi transportasi di Indonesia

Lina Noviandari

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bajai App pede jadi alternatif aplikasi transportasi di Indonesia
Tak cuma taksi dan ojek, sekarang layanan pemesanan bajaj juga ada aplikasinya

Demam layanan booking transportasi bisa dibilang tengah melanda Indonesia, khususnya Jakarta. Layanan booking taksi, mobil, hingga ojek sudah tersedia di Ibu Kota ini. Bahkan, layanan booking ojek misalnya, tidak hanya disediakan oleh satu atau dua pemain, tapi juga menarik sejumlah pemain baru yang ingin ikut mengambil peluang.

Beberapa waktu lalu, muncul satu lagi layanan booking transportasi yang menyasar mode transportasi bajaj bernama Bajai App.

Bajai App merupakan aplikasi mobile yang mulai dikembangkan oleh Feryanto Njomin dan sejumlah rekannya pada bulan April lalu. Bertujuan mulia untuk meningkatkan taraf hidup pengemudi bajaj dan mengurangi kemacetan di ibu kota, tim Bajai App mulai melakukan survei pada awal Januari lalu. Fery mengatakan:

“Agar lebih memahami kebutuhan konsumen, kami mulai melakukan survei sejak awal Januari lalu. Kami merasakan sendiri pengalaman menjadi penumpang, bahkan menjadi sopir. Dengan itu kami tahu masalah-masalah yang mereka hadapi, serta bagaimana menentukan tarif yang pas.”

Tarif yang ditentukan Bajai App memang tidak sama dengan aplikasi  booking transportasi lainnya. Jika aplikasi booking ojek misalnya, menentukan tarif berdasarkan jarak tempuh, Bajai App mengklaim menggunakan algoritma khusus.

“Kami menggunakan algoritma canggih yang tidak hanya menentukan tarif berdasarkan jarak tempuh, tapi juga kondisi jalan, waktu, dan cuaca. Ini kami terapkan agar tarif yang dikenakan adil, tidak hanya bagi penumpang tapi juga bagi supir,” ujar Yusak Oey, salah satu pengembang aplikasi Bajai App.

Sama seperti layanan booking transportasi pada umumnya, pengguna hanya perlu menentukan lokasi penjemputan dan destinasi. Nantinya, Bajai App akan menampilkan tarif yang harus dibayar oleh pengguna.

Menariknya, jika jumlah penumpang lebih dari satu, atau jika penumpang membawa barang yang memerlukan jasa angkat, Bajai App akan membebankan biaya tambahan sebesar Rp5.000. Pengguna juga bisa memberikan tip kepada supir bajaj melalui fitur Tips.

Legal, tapi peraturan memberatkan

Bajai App sendiri mulai diluncurkan dalam masa uji coba sejak Juni lalu. Hingga kini, tim Bajai App yang berjumlah 10 orang masih terus memperbaiki dan menambah fitur-fitur yang ada di aplikasi ini.

“Rencananya sih sekitar dua bulan lagilah sudah siap fitur-fiturnya,” ujar Fery.

Menurut Fery, berbeda dari layanan booking transportasi lain yang berbuah kontroversi terkait legalitas, Bajai App berada dalam binaan Organda.

“Bajaj kan diatur sama pemerintah,” tambahnya.

Bagaimanapun, meski bekerja sama dengan Organda, ada satu peraturan pemerintah yang masih menjadi kendala Bajai App, yakni tidak diizinkannya bajaj melintasi jalan protokol. Ini tentunya bisa membatasi jumlah pelanggan yang ingin menaiki bajaj, utamanya mereka yang ingin bepergian dengan jarak cukup jauh. Meski bisa melewati jalan kecil, bisa saja waktu tempuh menjadi lebih lama.

Terkait hal ini, Fery mengatakan bahwa pihaknya berupaya mengajukan perizinan agar bajaj boleh melewati jalan protokol.

“Mudah-mudahan saja ya, soalnya kan bajaj juga bisa mengurangi kemacetan. Ukurannya juga lebih kecil dibanding taksi, tapi muat untuk 2-3 penumpang,” imbuhnya.

Foto dari id.techinasia.com

Armada yang terbatas

 

Selain mengembangkan aplikasi, tim Bajai App juga tengah disibukkan dengan mengedukasi sopir bajaj tentang penggunaan aplikasi buatan mereka.

“Ini salah satu tantangan kami. Tak jarang kami harus berada di pangkalan sampai subuh,” ujar Fery.

Hingga saat ini, baru ada sekitar 100-200 sopir bajaj yang telah bergabung.

“Sebenarnya sudah ada ribuan yang mendaftar, tapi kami harus edukasi satu per satu. Jadi baru segitu yang sudah ready,” jelas Yusak.

Karena hanya menargetkan bajaj biru, armada Bajai App terbilang terbatas. Menurut tim bajaj, total armada bajaj biru di Jakarta hanya berjumlah 7.000. Bandingkan dengan armada layanan booking lain yang jumlahnya hingga puluhan ribu. Layanan booking ojek misalnya, bahkan bisa bertambah banyak, karena siapa pun yang memiliki motor dan memenuhi kriteria bisa bergabung menjadi pengemudi.

Terkait hal ini, Fery mengaku tidak merasa khawatir. Meski mungkin akan mengalami kesulitan mengembangkan jumlah armada, timnya akan mengembangkan jenis layanannya.

“Rencananya nanti kami juga akan menyediakan layanan logistik. Atau jika ini sukses, kami juga akan merambah mode transportasi lain.”

Tunda monetisasi, fokus jaring pengguna

Ketika ditanya tentang peminat layanan booking bajaj ini, Fery mengatakan bahwa sudah ada sejumlah pengguna yang telah menggunakan layanannya. Sayangnya, ia enggan menyebut detail pasti jumlah pemesanan atau transaksi yang telah terjadi. Hingga saat ini, Bajai App yang baru tersedia untuk platform Android ini telah mendapat sekitar 500-1.000 unduhan di Google Play.

Terkait monetisasi, tim Bajai App yang kini masih beroperasi secara bootstrap mengaku belum memikirkan soal ini karena masih berfokus menjaring pengguna. Bagaimanapun, tampaknya Bajai App tidak akan menerapkan sistem komisi seperti layanan booking transportasi lainnya.

“Intinya kami mau menggratiskan layanan ini. Kami tidak akan menarik komisi,” tutur Fery.

Ke depannya, Fery mengatakan bahwa Bajai App juga berencana untuk berekspansi ke kota lain di Indonesia. Tim Bajai App kini juga tengah mengembangkan aplikasinya untuk platform iOS guna menjangkau lebih banyak pengguna.

Jika melihat berbagai kendala yang dihadapinya, Bajai App tampaknya akan mengalami banyak kesulitan untuk bertahan di ranah layanan booking transportasi. Ditambah lagi dengan sudah banyaknya layanan booking transportasi lain yang bisa dipilih pengguna. 

Bagaimanapun, menarik untuk dilihat strategi apa yang akan digunakan tim Bajai App untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Yang jelas, kualitas layanan, keamanan, kenyamanan, dan harga merupakan beberapa faktor yang harus diperhatikan sebuah layanan booking transportasi untuk bisa bertahan di industri ini. — Rappler.com

Tulisan ini sebelumnya diterbitkan di situs berita teknologi dan startup TechinAsia.

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!