Disinformation

Berhenti menyalahkan Tuhan untuk tragedi Mina

Arman Dhani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Berhenti menyalahkan Tuhan untuk tragedi Mina

EPA

Kematian yang terjadi di Mina bukan musibah, ia murni kelalaian yang tidak ditangani

Baiknya kita memulai tulisan ini dengan doa, Al Fatihah atau apapun yang Anda anggap baik. Bagi mereka yang meninggal di Mina dan mereka yang terluka. Teruntuk yang kehilangan semoga mereka diberikan kekuatan, ketabahan dan rasa ikhlas merelakan. 

Sesudahnya saya meminta Anda untuk berhenti mengatakan bahwa mereka yang meninggal itu syahid, betapa beruntungnya mereka bisa meninggal di tanah suci. Saya tahu mereka meninggal di tanah yang baik, namun puja-puji yang demikian tidak memberikan ketenangan bagi yang ditinggalkan.

Kehilangan akan kematian tidak bisa tergantikan, bahkan jika mereka meninggal di tanah suci. Ketika terjadi kematian di tanah suci, sebagai umat beragama, kita diajarkan untuk menerima. Bahwa barangkali ia musibah, ia takdir, ia adalah rencana rahasia Allah. Tapi benarkah demikian? 

Jika kecelakaan itu berulang-ulang apakah ia musibah? Jika kecelakaan ini terjadi berkali-kali selama dua dekade terakhir apakah ini takdir? Kita semestinya tidak dengan begitu mudah mengatakan bahwa ini kehendak Allah. Kemampuan berpikir semestinya bisa membuat kita menjadi kritis dalam bersikap.

Kematian yang terjadi di Mina bukan musibah, ia murni kelalaian yang tidak ditangani. Musibah adalah kesialan yang terjadi sekali, jika ia terjadi berulang-ulang, dengan alasan yang sama dan berpola maka semestinya kita belajar untuk berpikir.

Apakah musibah ini bisa dicegah? Apakah musibah ini bisa dihilangkan? Dan bisakah musibah ini tidak terulang. Namun tetap keras kepala berkata bahwa ini takdir, seraya menyisipkan gulali bahwa mereka yang meninggal akan syahid, tanpa ada kepedulian untuk mencari akar masalah adalah kenaifan yang terlalu.

Saya percaya ini bukan karena takdir. Takdir adalah apa yang kamu terima karena kamu telah berusaha namun hasilnya tidak sesuai yang kamu inginkan. Pemerintah Saudi semestinya bisa mencegah ini. 

Tuhan bisa dan mampu berkehendak, Ia adalah segala yang maha, namun bersikap lugu pada tiap peristiwa sama saja menghina keagungan Tuhan. Tragedi ini sebenarnya bisa terhindarkan, bisa dicegah, dan bisa dihilangkan sama sekali jika kita mau.

Apakah sebenarnya musibah dan takdir itu? Apakah musibah jika Anda kecelakaan setelah ngebut dengan motor melawan arah tanpa menggunakan helm? Atau apakah takdir jika Anda memutuskan mati tenggelam setelah menolak menggunakan pelampung karena percaya doa akan menyelamatkan Anda? 

Kenaifan yang semacam ini seringkali menjadikan Tuhan sebagai kambing hitam. Oh si fulan mati karena takdir Allah, tanpa berusaha memeriksa kasualitas penyebab kematiannya.

Kematian demi kematian yang terjadi di Tanah Suci boleh jadi karena takdir Allah. Tapi jika mencurigai bahwa tiap tragedi, kecelakaan, kelalaian dan bencana yang terjadi melulu karena takdir Allah bagi saya adalah sikap menghina Tuhan. 

Allah memberikan kita manusia kemampuan berpikir, dengan berpikir kita bisa menghindari hal-hal yang berbahaya. Ingat doa tanpa usaha adalah kemalasan, usaha tanpa doa adalah kesombongan. 

TRAGEDI MINA. Seorang jemaah haji berjalan di antara tubuh-tubuh korban yang terinjak-injak dalam tragedi Mina, 23 September 2015. Foto dari EPA/STR

Melulu percaya bahwa kecelakaan terjadi karena takdir berarti mencurigai Tuhan sebagai jagal yang mencabut nyawa tanpa alasan. 

Apa yang terjadi di Mina semestinya menjadi peringatan bagi kita untuk berpikir lebih kritis. Apakah tragedi ini bisa dihindarkan? Apa saja yang semestinya bisa dilakukan untuk menghindari tragedi serupa tak terulang lagi? 

Hal-hal semacam ini tak bisa dijawab dengan doa atau mengikhlaskan, tapi melalui proses berpikir sistematis dengan manajemen yang tepat guna. Bukankah ini fungsi akal?

Setiap tahun Pemerintah Saudi mendapat pemasukan yang demikian tinggi dari para jemaah haji. Pada 2014 lalu saja total ada $8.5 miliar pemasukan yang didapat dari jemaah haji. Pemasukan itu berasal dari penginapan, penjualan makanan, minuman, oleh-oleh dan tagihan telepon. 

Dari angka sebesar itu semestinya pengelolaan haji bisa lebih profesional. Sebagai penjaga tanah suci, Saudi semestinya menjamin keamanan dan keselamatan para jemaah haji. Jika ini gagal dilakukan ya baiknya minta bantuan orang lain.

Apakah korban meninggal karena tragedi di Mina syahid? Saya tidak tahu, tapi saya percaya, kematian mereka semestinya bisa dicegah. 

Apa yang terjadi di Mina kemarin bukanlah hal yang pertama kali terjadi. Sejak 1990 kematian demi kematian karena terinjak-injak berulang kali terjadi. Pada 1990 1.426 orang meninggal karena terinjak, hal yang sama terulang pada 1994 sebanyak 270 jemaah haji terbunuh karena terinjak-injak ketika melempar jumrah. Lantas apakah ini berhenti? 

Nyatanya tidak, kejadian serupa kembali terulang pada 1998 yang menewaskan 118 jemaah dan pada 2006 sebanyak 364 jemaah haji. Penyebab kematian? Terinjak-injak.

Jika kita belajar pada sejarah, semestinya kematian yang terjadi kemarin tak perlu terulang. Kecuali Anda percaya bahwa Tuhan demikian bengis, memanggil hambanya dengan cara yang demikian menyakitkan. 

Bagi saya yang mengerikan bukanlah tingginya angka kematian tetapi ketika tragedi ini diterima secara permisif dan fatalis sebagai takdir Allah. Kata-kata syahid di tanah suci tanpa ada upaya kritik kepada pengelola haji hanya akan menenangkan yang kehilangkan, tapi mengancam mereka yang akan datang.

Pemerintah kita gembira dengan kabar penambahan kuota haji, tapi tanpa perbaikan kualitas manajemen seperti fasilitas keselamatan, infrastruktur Haji, sama saja kita mengirimkan umat yang ingin beribadah menuju ladang celaka. Aspek non religius dari haji adalah manajemen jutaan manusia yang hendak beribadah. 

Kelalaian mengelola tak ada kaitan dengan iman, itu perkara akal sehat yang digunakan untuk mengatur manusia. Jika ini saja gagal dipahami, maka sebaiknya kita berhenti beragama dan mulai buka bisnis penjagalan manusia. — Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!