Pengakuan sopir Go-Jek selamatkan korban Bom Sarinah: Jangan nangis, kita harus selamatkan diri

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pengakuan sopir Go-Jek selamatkan korban Bom Sarinah: Jangan nangis, kita harus selamatkan diri
Anak sopir yang selamatkan korban perempuan Bom Sarinah ini mendapatkan beasiswa dari Go-Jek

JAKARTA, Indonesia — Seperti biasa, pagi itu Muhamad Yunus (33 tahun) sedang sibuk dengan ponsel pintarnya untuk mencari penumpang lewat aplikasi Go-Jek. Saat itu ia sedang berada di sekitar Jalan MH Thamrin, tepatnya di Gedung Jaya. Ia memang biasa mangkal di situ.

Sambil terus berusaha mendapatkan penumpang, Yunus melayangkan pandangannya ke jalanan di depannya. Sepi, hanya tampak seorang wanita muda yang kena tilang dan terpaksa harus dibawa ke pos pengamanan polisi di simpang Sarinah.

“Saya lagi nyari penumpang, enggak lama dari ujung lampu merah itu ada yang ketilang, itu si Anggun yang ketilang. Dia sama polisi dibawa ke kantor pospol,” kata Yunus kepada Antara, Selasa, 19 Januari.

Yunus sempat bertanya-tanya mengapa Anggun lama sekali berada di dalam pos Polisi. “Kok lama ya dia di dalam pospol? Posisi saya masih ada di situ. Eh, enggak lama setelah itu kejadian bom meledak di dalam Starbucks. Tapi si Anggun ini masih di dalam pospol,” ujarnya.

Yunus pun kembali mengawasi pos Polisi, di mana Anggun masih ada di dalamnya.

“Saya perhatiin dia kok lama, maksudnya apa nih ketilang? Pas dia keluar pospol, kejadian lah pospol meledak.”

 “Tanpa pikir panjang, saya uber langsung ke arah pospol tuh perempuan, langsung saya tarik. Itu kan banyak yang malah nontonin terus. Saya sampai kesal, kenapa dari Bawaslu sampai Gedung Jaya enggak ada yang bantuin?” 

Yunus mengaku harus menenangkan Anggun yang menangis dan tidak bisa jalan. “Jangan nangis, kamu harus jalan, kita harus menyelamatkan diri,” katanya.

Kekesalan masih menyelimuti Yunus saat dia sudah berhasil menyelamatkan Anggun ke tempat aman di Gedung Jaya, belum ada orang yang mau turun tangan membantu mereka.

“Pas saya ambil Anggun dan taruh dia di Gedung Jaya, tetap enggak ada yang bantuin. Akhirnya saya maju lagi bantuin ke pospol karena di sana saya lihat ada polisi. Saya bantu angkat polisi bersama Brimob Deny S. Saya taruh dia di mobil polisi,” katanya.

Yunus mengaku sudah tak lagi tahu menahu nasib Anggun. “Anggun posisinya sudah ditinggal pas sudah diamanin ke Gedung Jaya,” ujarnya.

Dalam situasi ricuh, Yunus mengaku tak ada rasa ngeri sama sekali. “Saya enggak ada rasa ngerinya. Yang penting kalau niat, ya tolongin,” katanya. 

Wajah Yunus yang berapi-api berubah sedih saat dia mengenang kondisi Anggun saat terkena ledakan bom Thamrin.

“Celananya sobek sampai panggul, terus di tapak kakinya tertembus paku, makanya dia jalannya terpincang-pincang. Kalau saya cabut, kasihan, lebih baik dokter saja yang melakukan, pikir saya waktu itu. Selain itu, di paha dan betis juga kena kawat dan paku. Luka bakar yang berasap ada di bahu kiri dan belakang badannya. Saya cuma bisa berusaha mematikan asap doang,” ungkapnya.

Anak Yunus dapat beasiswa dari Go-Jek

 
//

Perkenalkan Bapak Yunus, beliau adalah GO-JEK hero yang fotonya tersebar di social media karena tekad dan keberaniannya…

Posted by GO-JEK on Monday, January 18, 2016

Melihat aksinya melalui layar kaca, Yunus mengatakan anaknya mengalami trauma begitu tahu ayahnya berada di lokasi kejadian.

“Anak saya melihat aksi saya di TV. Dia nangis. Dia nonton TV jam setengah tujuh malam. Dia langsung bilang ke ibunya, ‘Bu, Ayah ada di TV! Saya enggak mau nonton Ayah ada di berita’,” aku Yunus.

Putra Yunus, Muhamad Alif Trianza (10 tahun), saat ini duduk di kelas empat SD. Yunus mengatakan, pasca ledakan itu, dirinya belum pulang ke rumah lewat jam 22:00 WIB, sehingga Alif menelepon dan memintanya segera pulang.

Istri Yunus, yang bekerja di perusahaan farmasi, tidak pernah melarang sang suami bekerja menjadi mitra Go-Jek, meski tahu pernah nekad mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan korban ledakan bom.

Menurut pria yang sudah empat tahun menjadi tukang ojek itu, sang istri sudah mengenal sifatnya.

“Kalau istri sih sudah tahu sifat saya. Dia tahu saya suka nekad nolongin orang, jadi dia biasa saja. Cuma anak yang agak rewel sekarang,” kata Yunus tersenyum sambil menyesap rokok saat menceritakan anak semata wayangnya.

Yunus bergabung dengan Go-Jek sejak Agustus 2015, setelah empat tahun menjadi tukang ojek pangkalan di depan Gedung Jaya.

Yunus dan keluarga tinggal di Jalan Pondok Terong, Depok, Jawa Barat. Pria asli Jakarta itu biasa berangkat dari rumah pukul 05:30 dan pulang sekitar pukul 23:00 untuk menjaring penumpang di ibu kota.

“Terus terang, saya sudah pengen cepat-cepat kembali narik, tapi belum bisa karena banyak janji bertemu orang,” kata Yunus, saat ditanya apakah dirinya kapok menjadi tukang ojek usai insiden ledakan itu.

Ia mengakui bahwa dirinya sempat trauma setelah insiden ledakan bom dan tembakan senjata api teroris, namun sama sekali tidak takut.

“Saya sudah lama mangkal di sini. Sudah sering denger ledakan-ledakan, entah suara ban TransJakarta atau MetroMini yang meledak. Saya tidak kagetan lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Alif mendapatkan beasiswa dari manajemen Go-Jek pimpinan Nadiem Makarim sebagai apresiasi atas keberanian sang ayah.

“Pak Nadiem pesan, agar rekan-rekan terinspirasi, tapi tetap tidak boleh sembrono kalau ada keadaan seperti itu,” kata Yunus. —Laporan Antara/Rappler

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!