Perlukah pendidikan seksualitas masuk kurikulum sekolah?

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Perlukah pendidikan seksualitas masuk kurikulum sekolah?
Pendidikan seksualitas dapat membantu anak untuk menyadari hak seksual mereka dan orang lain

JAKARTA, Indonesia – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tergabung dalam Proklamasi Anak Indonesia dan Komite Aksi Perempuan mendorong supaya pendidikan seksualitas masuk dalam kurikulum pendidikan nasional. Terutama setelah maraknya pemberitaan perkosaan anak dan perempuan belakangan ini.

“Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus mengevaluasi dan mereformasi kurikulum,” kata  Berkah Gamulya dari Sindikat Musik Penghuni Bumi (SIMPONI) di Jakarta pada Senin, 9 Mei 2016.  Sistem pendidikan harus memperkuat  pengetahuan, kesadaran, dan kesiagaan mencegah tindakan kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan.

Materi ajar

Pendidikan seksualitas komprehensif berisi pengetahuan kesehatan reproduksi, kesehatan seksual, gender, dan kesetaraan gender. Selain itu, ada pula konten tentang hubungan personal dengan orang-orang di sekitar. Termasuk teman dan guru.

“Anak bisa mengenal dirinya dengan lebih baik. Selain itu juga menjaga diri, dan tidak berlaku semena-mena ke orang lain,” kata Berkah,

Mereka juga mengutip hasil penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia bersama Rutgers WPF Indonesia selama 2011 hingga 2013. Di situ tercantum kalau anak yang mendapatkan pendidikan seksualitas akan bisa mencegah kekerasan. Kesadaran mereka akan hak seksual juga lebih tinggi.

Menurut dia, pendidikan seksualitas sama pentingnya dengan matematika dan Bahasa Indonesia. “Buat apa menjadi juara kalau akhirnya tewas karena kekerasan. Atau lebih parah, malah jadi pelaku,” kata Berkah. Anak masih memerlukan pendidikan yang paling penting lainnya: kemanusiaan dan keadilan.

Metode menyesuaikan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menunjukkan modul dan salah satu alat pengajar untuk pendidikan seksualitas di Jakarta, Senin, 9 Mei 2016. Saat ini tim Kemendikbud masih menggodok kurikulum baru yang mencakup materi tersebut.

Kepada Anies, koalisi menyerahkan modul pendidikan untuk berbagai jenjang mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Semuanya memiliki metode pengajaran dan materi yang berbeda-beda.

“Seperti untuk anak TK, kami pakai boneka. Untuk pria dewasa, ada kumis, bulu ketiak, yang memberikan pengetahuan dasar. Ada pula boneka bayi yang bisa ditarik keluar dari arah vagina boneka perempuan dewasa,” kata dia. Semakin tinggi pendidikannya, materi pun akan bertambah.

Sayang, Anies belum memutuskan pada jenjang mana Kemendikbud berencana memasukkan pelajaran seksualitas. “Belum tahu,” kata dia.

Rekomendasi

Koalisi LSM ini merekomendasikan Anies untuk segera mengimplementasikan beberapa hal seperti:

1. Menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayan RI tentang pelaksanaan pendidikan seksualitas komprehensif di seluruh sekolah Indonesia. Termasuk di dalamnya mekanisme kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi program, serta mekanisme keterlibatan masyarakat sipil.

2. Memastikan konten pendidikan seksualitas komprehensif memiliki pedagogi yang efektufm dengan cara menyusun secara bersama konten pembelajaran.

3. Memastikan ketersediaan anggaran pelaksanaan pendidikan seksualitas komprehensif dalam APBN, termasuk anggaran untuk monitoring dan evaluasi.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menanggapi positif usulan SIMPONI. Namun, ia menegaskan tak akan membuat Permen khusus untuk pendidikan seks.

“Tapi kami akan melakukan revisi kurikulum sehingga ada ruang untuk pendidikan kesehatan reproduksi seksual yang tepat sesuai tahap perkembangan anak,” kata dia. Caranya bisa lewat pendidikan di dalam, maupun di luar kelas.

Ia juga mempertimbangkan jalur non-kurikulum, seperti kegiatan di luar kelas. Bagi Anies, yang penting bukan pengetahuan saja. Perlu juga pembiasaan perilaku yang akan membentuk budaya sekolah.

Selain itu, Anies juga berencana untuk melibatkan orangtua siswa. Lewat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Kementerian akan menerbitkan buku panduan orangtua serta situs Sahabat Keluarga, yang isinya bisa membantu pihak keluarga memberikan pemahaman pada anak.-Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!