Crystal Palace vs Manchester United: Agar tidak pergi dengan kepala tertunduk

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Satu-satunya cara untuk menyelamatkan muka Louis van Gaal di Manchester United adalah memenangi Piala FA.

Louis van Gaal (kanan) merayakan kemenangan Manchester United  atas Everton di semi final Piala FA di Stadion Wembley, 23 April 2016. EPA/HANNAH MCKAY

JAKARTA, Indonesia – Dalam laga terakhir di Liga Primer, Manchester United membekuk Bournemouth 3-1. Namun, kemenangan dengan banyak gol itu tak lantas membuat Louis van Gaal, sang manajer, mendapat pujian.

Manajer asal Belanda itu bahkan menerima boo saat peluit akhir berbunyi.

Tentu saja, celaan itu bukan sekali ini saja diterima meneer 64 tahun tersebut. Dalam beberapa laga Setan Merah, mantan pelatih Bayern Muenchen dan Barcelona itu juga mendapat perlakuan yang sama.

Boo itu menjadi berbeda karena pertandingan tersebut adalah laga pemungkas Liga Primer musim ini. Seolah menjadi konklusi perjalanan United musim ini: mengecewakan.

Bahkan, target paling realistis finish di peringkat empat saja gagal. Musim depan, jawara tiga kali Liga Champions itu kembali absen di ajang Eropa paling bergengsi tersebut.

Betapa remuknya United, betapa hancurnya citra Van Gaal.

Tapi, semua penderitaan selalu menyediakan sedikit jalan keluar. Dan jalan keluar bagi kehancuran United musim ini adalah final Piala FA. Mereka akan menghadapi Crystal Palace di Stadion Wembley, Sabtu, 21 Mei, pukul 23.30 WIB.

Jika keluar sebagai juara, maka untuk kali pertama sejak ditinggalkan Sir Alex Ferguson, United akhirnya mampu meraih gelar. Apalagi, sudah 12 tahun lamanya mereka absen merengkuh Piala FA.

Memang, gengsi Piala FA dan Liga Primer ibarat bumi dan langit. Namun, untuk United yang kini sudah bukan lagi tim empat besar Liga Primer, meraih ajang tertua sepak bola di Inggris itu sudah sama suksesnya seperti gelar juara liga.

Selain itu, United juga jarang-jarang berada di ajang puncak Piala FA. Kali terakhir mereka sampai di final terjadi pada 2007. Itu pun mereka harus keok dari Chelsea dengan skor 0-1.

Apalagi, konon ini adalah musim terakhir Van Gaal menduduki kursi manajer United. Tidak ada waktu yang lebih tepat untuk meraih gelar kecuali sekarang.

Karena itu, tak salah jika Van Gaal menganggap laga final ini jauh lebih penting ketimbang lolos ke kualifikasi Liga Champions. “Kemenangan adalah satu-satunya yang kamu cari di laga final. Jika tidak, kamu tidak akan mendapat apa-apa,” katanya seperti dikutip BBC.

Upaya Van Gaal untuk meraihnya terbuka lebar seiring daftar cedera yang terus berkurang. Hanya empat pemain yang kemungkinan absen. Mereka adalah Will Keane, Bastian Schweinsteiger, Adnan Januzaj, dan Luke Shaw.

Bomber belia yang mencetak gol ke gawang Bournemouth, Marcus Rashford, siap kembali diturunkan. Begitu juga Wayne Rooney yang kini banyak berperan sebagai gelandang serang.

Duo winger Jesse Lingard di kanan dan Anthony Martial di kiri juga siap tampil.

“Kami selalu ingin tampil baik dan impresif. Tapi itu selalu bergantung dengan kondisi lawanmu. Yang jelas, tujuan kami adalah menang dan mencetak gol indah,” kata Van Gaal.

Waspadai dendam lama Alan Pardew

Jawara 20 kali Liga Primer itu memang layak lebih percaya diri. Sebab, lawannya adalah Crystal Palace yang hanya mampu finish di posisi ke-15 di Liga Primer.

Bahkan, sepanjang putaran kedua kasta tertinggi sepak bola Inggris itu, klub London tersebut hanya mampu meraih 2 kemenangan. Yakni atas Norwich City dan Stoke City. Selebihnya mereka lebih banyak kalah dan seri.

Namun, performa berbeda ditunjukkan tim yang bermarkas di Selhurst Park tersebut di Piala FA. Mereka tak pernah kalah. Bahkan, pasukan Alan Pardew itu mengemas clean-sheet alias nol kebobolan sepanjang tiga laga.

Mereka juga mampu menyingkirkan empat klub Liga Primer seperti Southampton (2-1), Stoke City (1-0), Tottenham Hotspur (1-0), dan yang terakhir Watford (2-1) untuk lolos ke final.

Sebaliknya, jalur United menuju final lebih mudah. Mereka hanya dua kali bertemu sesama tim Liga Primer. Selebihnya, mereka bertemu tim Championship Derby County dan duo tim League One (kasta ketiga) Shrewsbury Town FC plus Seffield United.

Jalan United ke final baru sedikit serius saat menghadapi West Ham United di perempat final dan Everton di semi final.

Karena itu, meski Crystal Palace bakal tampil sebagai underdog, banyak yang berharap mereka bisa membuat kejutan. Apalagi, Pardew termasuk punya kisah sendiri dengan United di Piala FA.

Di edisi final Piala FA 1989-1990, Pardew masih aktif bermain di The Glaziers—sebutan Crystal Palace. Posisinya adalah gelandang. Pardew muda bersua United di final dengan skor akhir 3-3.

Karena seri hingga babak tambahan, laga pun dilanjutkan dengan pertandingan ulang. Hasilnya, United menang tipis 1-0 dan mengklaim gelar ketujuh Piala FA.

Saat dikonfirmasi wartawan, Pardew mengaku masih ingat dengan laga puncak yang menyakitkan itu. Tapi, di pertandingan kali ini tak ada lagi dendam masa lalu.

“Tidak ada dendam. Ini hanya soal tim yang mampu mencapai final dan akan berusaha untuk menang,” katanya.

Pardew sadar bahwa anak asuhnya berada dalam posisi yang lebih inferior dibanding pasukan Van Gaal. Tapi, semuanya bakal berbeda di atas lapangan.

Dia menjamin para pemainnya bakal lebih mempunyai semangat bertarung dibanding Wayne Rooney dan kawan-kawan yang sudah mulai frustrasi sejak tak bisa bersaing di papan atas Liga Primer.

“Kami akan menjadi tim yang bakal lebih ngotot di lapangan. Kami akan bertarung untuk merebut bola dari mereka. Ada beberapa area lapangan di mana kami lebih superior. Kami akan memaksimalkannya,” kata Pardew.—Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!