US elections

Menengok Langgar Kidul, menziarahi Kauman

Anang Zakaria

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menengok Langgar Kidul, menziarahi Kauman
Dari Langgar Kidul lahir Muhammadiyah, organisasi massa Islam terbesar di Indonesia selain Nahdlatul Ulama

YOGYAKARTA, Indonesia — Bangunan dua lantai itu tersembunyi di balik pertokoan Jalan Nyai Ahmad Dahlan Yogyakarta. Berada di tengah pemukiman padat Kampung Kauman, dari jalan utama hanya ada gang sempit selebar satu meter untuk mencapainya. Duhur hampir tiba ketika seorang perempuan setengah baya berkemas dan bersiap meninggalkan gedung.

 “Jam 12.00 tutup,” katanya, Senin 28 Mei 2018.

Ia mengenalkan diri dengan nama Tinuk. Usianya 48 tahun asal Bantul dan beberapa tahun ini bertugas menjaga Langgar Kidul (nama bangunan itu) dan menerima pengunjung yang datang. Pada hari-hari tertentu, ia bercerita, serombongan wisatawan datang ke tempat ini. “Anak sekolah juga banyak,” katanya.

Langgar (atau biasa disebut musala) adalah tempat salat keluarga. Bangunan ini lazim terpisah dari rumah utama dan berukuran lebih kecil dibanding masjid. Langgar Kidul bukan sembarang musala. Pada masa lalu, dari langgar inilah lahir Muhammadiyah, organisasi massa Islam terbesar di Indonesia selain Nahdlatul Ulama.

Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman 18 November 1912. Lahir 1 Agustus 1868 dengan nama kecilnya Muhammad Darwis. Ia putera KH. Abu Bakar, seorang ulama terkemuka di Masjid Gedhe Kasultanan Yogyakarta. Sementara ibunya, puteri dari Haji Ibrahim, penghulu kasultanan.

Langgar Kidul dulu adalah tempat beribadah keluarga KH. Ahmad Dahlan. Letaknya berada di dekat rumah keluarga. “Rumahnya yang itu,” kata Tinuk menunjuk rumah di utara langgar dengan atap menyentuh dinding bangunan.

Ada dua ruangan di lantai bawah. Ruangan yang dulu dimanfaatkan sebagai kelas pengajaran itu kini berfungsi menjadi ‘museum’. Foto-foto ‘Sang Pencerah’ bersama keluarga dan kiprahnya membangun organisasi ini terpajang di dinding, bersanding dengan banner berisi catatan riwayat Muhammadiyah dan garis perjuangannya.

Adapun lantai dua tetap berfungsi di sebagai musala. Pada sore tertentu, tempat itu dimanfaatkan sebagai tempat mengaji anak-anak. “Sekarang libur,” katanya.

MUHAMMADIYAH. Langgar Kidul di Kampung Kauman, Yogyakarta. Dari langgar keluarga KH. Ahmad Dahlan ini lahir Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar di Indonesia selain Nahdlatul Ulama. Foto oleh Anang Zakaria/Rappler

Kampung agamawan

Jika Anda pernah berwisata ke Yogyakarta, Kauman adalah sebuah kampung yang berada di sebelah barat Alun-alun Utara. Keberadaan kampung ini tak bisa dipisahkan dengan Keraton Yogyakarta. Berdiri pada tahun 1756, Kauman adalah pemukiman para agamawan dengan Masjid Gedhe yang dibangun tahun 1773 pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Kauman juga dikenal sebagai kampung batik. Para saudagar batik berkembang di kampung ini sejak awal abad 20. Para ulama di kampung ini, pada masa itu umumnya memiliki langgar sendiri dan menjadi tempat mengaji bagi muridnya yang terdiri dari abdi dalem keraton dan buruh-buruh pabrik batik.

Jejak religi dan ekonomi itu masih bisa dinikmati hingga kini. Masjid Gedhe di Kauman tak pernah sepi dari jamaah hingga kini. Pada bulan Ramadan seperti saat ini, banyak jamaah berdiam sepanjang hari di tempat ini.

RUMAH KUNO. Rumah-rumah di Kampung Kauman, Yogyakarta. Riwayat kampung ini tak bisa dilepaskan dari sejarah Kasultanan Yogyakarta. Foto oleh Anang Zakaria/Rappler

Mamad salah satunya. Jamaah berusia 52 tahun, warga Kricak Yogyakarta itu pada Jumat 25 Mei 2018 pekan lalu memilih berdiam diri di Masjid Gedhe. “Dari Jumatan sampai habis Magrib,” katanya, Senin 28 Mei 2018.

Selama waktu itu, ia mengatakan, ia menghabiskan waktunya dengan berbagai amalan ibadah di masjid. Dari salat, tadarus Alquran, mendengar ceramah agama, hingga berbuka puasa. “Materi penceramahnya juga bagus,” katanya.

Bagi sebagian orang, Kauman sekaligus menjadi tempat ngabuburit. Menjelang berbuka puasa, sebuah gang di kampung ini berubah menjadi pasar dadakan. Beragam takjil dijajakan di sana. Sembari berbelanja, pengunjung yang datang diajak menyusuri kekhasan kampung ini. Gang-gang sempit dengan bangunan kuno di kanan dan kirinya.

(BACA JUGA: Ramadan Yummy: Kicak, kue khas Ramadan warisan Mbah Wono)

Sebagai kampung kuno di Yogyakarta, Kauman memang banyak menyimpan bangunan lawas. Rumah-rumah berarsitektur tempo dulu. Di antara bangunan itu ada lorong-lorong kecil mirip labirin yang menghubungkan gang-gang kecil. Berjalan di Kauman, kita seolah menyusuri lorong waktu masa lalu.

—Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!