Kontes kecantikan tak hanya tentang stereotype kecantikan semata

Ananda Nabila Setyani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kontes kecantikan tak hanya tentang stereotype kecantikan semata
"We’re the agent of change, we’re the voice to the voiceless,” ujar Karina Nadila, Puteri Indonesia Pariwisata 2017

JAKARTA, Indonesia – Di balik sebuah kontes kecantikan yang menuai banyak stereotype oleh sebagian masyarakat Indonesia, terdapat sisi positif lain yang masih belum diketahui oleh orang banyak.

Hal ini dikuak dalam Rappler Talk yang membahas tentang lika-liku kontes kecantikan pada Selasa, 24 Oktober 2017.

Co-founder Indonesia Pageants yang berdiri sejak tahun 2004, Mukie Dardjati Muza memberikan komentarnya terkait stereotype ajang kontes kecantikan di Indonesia. “Mereka tidak hanya cantik, tapi memiliki kepribadian yang sangat beragam dan smart. Tak hanya itu, para pemenang juga memiliki sosok yang humble, that’s the key point untuk bertemu dengan banyak orang,” jelasnya.

Mukie menyatakan bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih hanya berfokus pada kontroversi kontes kecantikan yang menggunakan pakaian bikini. “Ketika setiap tahun kita hanya bahas soal bikini, sepertinya itu sudah menjadi topik yang out of date sekali, kita harus liat dampak positif lain,” ujar Mukie.

(BACA JUGA: Memahami kontes kecantikan yang penuh kontroversi)

Ia juga menambahkan, bahwa banyak dampak positif yang menguntungkan Indonesia, ketika kontestan naik ke tingkat internasional. Tak hanya dari pihak kontestan yang diuntungkan, namun pihak lain seperti desainer, make up-artist hingga perajin suvenir dapat meluaskan jaringan usahanya.

Tak hanya itu, sebagai salah satu pemerhati kontes kecantikan sejak tahun 2004, Mukie juga menjelaskan bahwa kontes kecantikan di Indonesia semakin didukung oleh pemerintah. Hal ini terkait dengan dukungan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perhubungan untuk turut berpartisipasi, ketika kontestan akan berangkat ke tingkat internasional.

Mukie juga mengimbau bahwa untuk menjadi pecinta kontes kecantikan, netizen Indonesia harus cerdas untuk memberikan saran dan masukan bagi para kontestan. “Saya kira ini menjadi seni untuk berpikir positif, bagaimana memberikan komentar dan saran yang baik. Kita harus bisa memaklumi kondisi-kondisi tertentu, semisal ketika kontestan public speaking-nya buruk, oh mungkin dia lelah. Atau jika catwalk-nya belum bagus, berarti ia harus masih belajar, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Puteri Indonesia Pariwisata 2017, Karina Nadila yang akan maju ke ajang Miss Supranational pada minggu ke-2 bulan November 2017 menjelaskan bahwa Puteri indonesia bertujuan untuk menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia. “Dengan tujuan beauty, brain dan behaviour, menjadi Puteri Indonesia dapat memberikan dampak-dampak sosial untuk masyarakat luas. We’re the agent of change, we’re the voice to the voiceless,” paparnya.

Sebelumnya, Karina sudah memiliki mimpi untuk menjadi Puteri Indonesia sejak kecil. Ia menceritakan bahwa ia mengikuti setiap kontes kecantikan tiap tahun untuk mempelajari jawaban dan pembawaan mereka. “Saya tidak mau mengubah diri saya. Saya belajar untuk adjusting kriteria yang ditetapkan dari Puteri Indonesia dan belajar untuk menempatkan diri,” ujarnya.

Dengan kesungguhannya untuk menjadi Puteri Indonesia, ia mencuri start dengan mulai berolahraga di gym, melatih catwalk dan melatih public speaking-nya. Menurutnya, kontes kecantikan juga bukan hanya tentang memiliki tubuh yang kurus, namun lebih kepada tubuh yang sehat. Menanggapi soal objektifikasi perempuan dalam kontes kecantikan, ia menjelaskan bahwa Yayasan Puteri Indonesia memang memiliki kriteria-kriteria tertentu, namun semata-semata hal tersebut bertujuan untuk memiliki tubuh yang sehat.

Tak hanya tentang fisik dan aspek kecantikan, namun sisi lain seperti mempromosikan nama dan budaya Indonesia juga menjadi kelebihan dari sebuah kontes kecantikan.

“Kita mewakili Indonesia dengan menggunakan kebaya, karya desainer anak bangsa. Seharusnya kita bangga ketika negara lain meminta desainer lokal untuk dibuatkan baju, agak aneh ketika Anaz dibilang enggak punya nasionalisme,” tambahnya. Hal tersebut terkait dengan sindiran netizen terhadap desainer lokal, Anaz Khairunnas yang membuatkan baju untuk negara-negara lain.

Dengan mempromosikan negara Indonesia, Karina sebagai seorang Sarjana Ekonomi juga melihat potensi pariwisata yang besar dan mampu menambahkan devisa bagi Indonesia. Hal ini juga menjadi manfaat tersendiri baginya, karena sembari ia sudah menjelahi beragam provinsi di Indonesia, ia juga mmebantu mempromosikan Indonesia di kancah internasional.

(BACA JUGA: Inilah jadwal kontes kecantikan internasional 2017)

“Menurut saya ketika kita menang, orang-orang di dunia akan melirik dan berusaha mencari tahu Indonesia. Ketika mereka googling, mereka akan tertarik untuk datang ke sini. Mau enggak mau ketika turis masuk, ada produktivitas, ada cycle ekonomi di situ,” jelasnya.  

Hingga kini, masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa kontes kecantikan hanya menunjukkan dari segi glamor, objektifikasi perempuan dan menampilkan perempuan yang dianggap cantik secara sosial saja. Namun pada akhirnya, masyarakat harus lebih menilik hal-hal positif dari eksistensi Indonesia di kancah internasional, baik dari aspek budaya, pariwisata dan ekonomi. 

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!