Petaka yang datang terlalu dini

Choki Sihotang

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Petaka yang datang terlalu dini
Sepak bola bukanlah sesuatu yang eksak

JAKARTA, Indonesia —Jerman, yang menyambangi Rusia dengan sederet pemain top, harus menenggak empedu di Stadion Luzhniki. Mereka kalah 0-1 dari Meksiko dalam laga perdana babak penyisihan Grup F Piala Dunia 2018. 

(BACA JUGA: Piala Dunia 2018: Hasil lengkap penyisihan grup F)

Memang, di sepak bola, berlaku istilah “bola itu bundar”. Sepak bola bukanlah sesuatu yang eksak. Artinya, tak ada jaminan tim-tim unggulan selalu menang. Hanya saja, hasil yang dituai pasukan Joachim Loew pada Minggu, 17 Juni malam WIB benar-benar di luar dugaan siapa pun, utamanya rakyat Jerman. 

TAKLUK. Reaksi Timo Werner ketika menyadari timnya takluk dari Meksiko dengan skor 1-0. Foto oleh Patrik Stollarz/AFP

Ditilik dari manapun, sejatinya Meksiko bukanlah lawan sepadan bagi Jerman di pentas terakbar. Die Mannschaft empat kali juara Piala Dunia (1954, 1974, 1990, 2014). Meksiko? Boro-boro juara, prestasi terbaik cuma sampai putaran kedua.

Jerman sebenarnya masih terus diunggulkan, kendati gawang Manuel Neuer, kiper kawakan kepunyaan Bayern Munich itu, sudah dijebol pada menit ke-35. Hirving Lozano, penyerang muda berusia 22 tahun, yang saat ini bermain untuk klub asal Belanda,  PSV Eindhoven, memperdaya Neuer, memaksimalkan umpan Javier Hernandez. 

Tapi sial, nasib baik tak berpihak. Hingga laga usai, gol yang diharapkan tak jua tercipta. Semua peluang terbuang percuma. Dan Loew, juga pemainnya, serta pendukung Jerman tentu saja, meninggalkan stadion dengan hati gusar. Bagaimana mungkin, tim yang berisi amunisi mumpuni di semua lini bisa takluk tanpa gol balasan sebiji jua? 

Jerman memang belum kiamat. Masih ada peluang untuk menjaga asa, setidaknya kala bentrok versus dua kontestan lainnya yakni Swedia dan Korea Selatan. 

Loew mengakui kekalahan skuatnya dan itu sangat menyesakkan dadanya. Sebagai juara bertahan, Jerman tabu menuai hasil minor pada laga pembuka. “Kami bermain sangat buruk, terlebih di babak pertama. Kami tak bermain seperti biasanya,” ketus Loew, dilansir FIFA. 

Beban berat di pundak Loew. Soalnya, kekalahan ini pastilah membuat Swedia maupun Korea Selatan maju tak gentar menantang Jerman. 
 
“Kekalahan ini membuat banyak orang kecewa. Jadi kami harus segera melihat ke depan. Kami harus bisa memenangkan laga selanjutnya,” kata Loew.
 
Foto dari FIFA.com
 
Tak hanya Jerman yang harus menanggung malu terlalu dini. Argentina, juga Brasil, tak kalah sial. Argentina yang dimotori Lionel Messi harus gigit jari ketika menghadapi Islandia di Otkrytiye Arena, Sabtu, 16 Juni. Messi, bisa jadi, orang yang paling bertanggung jawab di balik hasil tak maksimal La Albiceleste.
 

Bagaimana tidak, Messi tak bisa memaksimalkan peluang emas pada menit ke-64 saat skor genting 1-1. Pemain mahal kepunyaan raksasa Spanyol, Barcelona itu, gagal mengeksekusi tendangan penalti. Bola yang ditendang Messi dengan kaki kiri, bisa digagalkan Hannes Thor Halldorsson, kiper Islandia. 

Sakit nian hati Messi, terkait kegagalannya itu. “Jelas sangat menyakitkan, sebab itu adalah momen yang menguntungkan kami,” ucap Messi, dikutip dari Football Espana.

Piala Dunia di Rusia kali ini, boleh dibilang, kesempatan terakhir bagi Messi sejak memperkuat timnas senior dari 2005. Belum sekalipun La Pulga memenangkan turnamen besar macam Piala Dunia. Padahal, bersama Barcelona, semua trofi sudah dikoleksi penyerang 30 tahun itu. 

Messi kian terpojok, karena Maradona, legenda Argentina, dijadikan sebagi tolok ukur. Rakyat Argentina berharap Messi bisa menyamai pencapaian Maradona. Maradona memang top. Dia tak hanya sukses di klub, tapi juga membawa Argentina naik podium kehormatan saat Piala Dunia digelar di Meksiko, 1986 silam. 

Lalu Brasil. Selecao bukanlah tim digdaya di hapadan Swiss, sesama penghuni Grup F. Neymar dan kawan-kawan dipaksa bermain sama kuat, 1-1. Unggul lebih dulu lewat aksi Philippe Coutinho pada menit ke-20, Brasil, seperti Jerman dan Argentina, yang datang dengan pilar-pilar pilihan, harus menerima kenyataan getir di akhir laga.

Foto dari FIFA.com

Swiss membuyarkan kemenangan skuat asuhan Tite setelah Steven Zuber memaksa penjaga gawang Brasil, Alisson Becker, memungut si kulit bundar dari sarangnya. 

(BACA JUGA: Piala Dunia 2018: Hasil lengkap penyisihan grup E)

“Sebagai pelatih, saya jelas sangat tidak menginginkan hasil ini. Karena kami menargetkan kemenangan,” kata Tite, dilansir FIFA.

Jerman, Argentina, juga Brasil, dan entah drama apalagi yang terjadi di depan. Di Rusia, di pentas Piala Dunia, kita terus diingatkan bahwa sepak bola bukanlah sesuatu yang eksak. Maka dari itulah, wahai tim-tim besar, berhati-hatilah!

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!