Warga Muslim Indonesia di Australia khawatir jadi pelampiasan kemarahan

Ratna Dewi Purnamasari

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Warga Muslim Indonesia di Australia khawatir jadi pelampiasan kemarahan
Dampak yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut meninggalkan rasa getir dalam setiap hati warga Muslim di Autralia, tak terkecuali bagi yang berkebangsaan Indonesia.

“Awalnya saya takut, bukan hanya pada violent racist attack, tapi lebih takut dengan pandangan dan perilaku kebencian orang-orang secara tersembunyi,” aku Hanani Prieta.

Ibu rumah tangga asal Indonesia yang sudah lima tahun tinggal di Melbourne, Australia, ini merasa khawatir dengan persepsi masyarakat lokal terhadap keselamatan dirinya dan warga Muslim lain, utamanya perempuan Muslim yang mengenakan jilbab.  

“Takut akan kemungkinan tidak diterima di lingkungan Australia lagi karena orang-orang berasumsi kalau semua Muslim bersikap seperti si penyandera itu,” lanjut Hanani. 

Satu hari telah berlalu setelah pada Senin (15/12) pagi sebuah bendera hitam bertuliskan kalimat syahadat terpampang di jendela kafe Lindt di Martin Place, Sydney. Seorang pria bersenjata yang kemudian diketahui bernama Man Haron Monis, menyandera belasan pengunjung dan pelayan kafe tersebut.

Dampak yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut meninggalkan rasa getir dalam setiap hati warga Muslim di Autralia, tak terkecuali bagi yang berkebangsaan Indonesia. (BACA: Sydney Siege: From fear to faith in humanity restored)

“Sebagai seseorang yang sangat mencintai negara Australia, saya ingin diterima oleh masyarakat. Selama saya tinggal di Melbourne saya sangat senang dan orang-orang lokal sangat welcome dengan saya menjadi bagian dari komunitas mereka. Saya takut kehilangan kebahagian itu,” ucap Hanani lirih. 

“Selama saya tinggal di Melbourne, orang-orang lokal sangat welcome dengan saya menjadi bagian dari komunitas mereka. Saya takut kehilangan kebahagian itu.”

Diungkapkan oleh Vitrio Naldi, konsul muda bidang sosial budaya, bahwa saat ini Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne sedang membangun kerjasama dengan komunitas-komunitas Indonesia dan non-Indonesia untuk menjaga keamanan satu sama lain dan juga menciptakan kebijakan serta strategi untuk mengantisipasi kemungkinan backlash terhadap masyarakat Muslim Indonesia. 

Vitrio menganjurkan agar setiap warga negara Indonesia di Australia untuk tetap tenang dan selalu waspada dan menghubungi pihak berwajib jika menjadi sasaran aksi rasisme. 

Ostra Saleh, Ketua Indonesian Muslim Community of Victoria (IMCV), mengatakan bahwa pihaknya sudah bekerjasama dengan kepolisian setempat untuk membantu menjaga keselamatan warga Muslim. 

“Kami [IMCV] bekerjasama dengan kepolisian setempat untuk membantu menjaga keselamatan masyarakat Muslim di Australia dengan diberikannya hotline untuk segera melaporkan tindakan negatif yang menimpa mereka,” kata Ostra.

#illridewithyou tangkal Islamofobia di Australia

Kerisauan memang tak bisa dihindarkan. Tapi warga Australia menyikapi aksi penyanderaan dengan sikap dewasa dan bijaksana. Stereotip Muslim yang identik dengan aksi terorisme langsung dimentahkan dengan gerakan online #illridewithyou. (BACA: #illridewithyou supports Muslims amid Sydney siege)

Pesan-pesan dengan hashtag #illridewithyou bermula dari status Facebook seorang warga Australia, Rachael Jacobs. Jacobs, yang bermukim di Brisbane, bercerita tentang ketakutan seorang perempuan Muslim di kereta yang duduk di sampingnya. Perempuan itu secara diam-diam mencoba melepaskan jilbabnya karena takut menjadi sasaran warga kemarahan Australia. 

“Saya katakan ‘pakai lagi [jilbab Anda]’. Saya akan berjalan dengan Anda. Ia menangis dan memeluk saya selama sekitar satu menit,” kata Jacobs, seperti dikutip dari BBC, Senin.

Kisah Rachael dan perempuan Muslim itu menjadi inspirasi pengguna Twitter dengan hashtag #illridewithyou.

Seperti yang dihimbau oleh Yacinta Kurniasih, dosen pengajar Bahasa Indonesia di Monash University, Melbourne, “#illridewithyou bukanlah hanya sekedar berkoar-koar di Twitter.”

“Ini adalah sebuah inisiatif gerakan kemanusiaan yang berguna untuk memberikan tawaran tumpangan melalui media sosial untuk menjemput dan menemani perjalanan perempuan Muslim yang memakai busana Muslim, guna menghindari respon negatif yang mungkin terjadi di tempat umum,” jelasnya.

Hanani juga mengamini pernyataan Yacinta. “Kampanye #illridewithyou adalah sebuah inisiatif yang sangat bagus untuk meningkatkan kepercayaan terhadap masyarakat lokal Australia,” kata Hanani.

“Bangsa Australia adalah bangsa yang pintar dan tidak akan menyamaratakan keburukan seseorang terhadap golongan tertentu,” lanjutnya.

“Saya rasa tragedi ini menunjukkan ke seluruh dunia bahwa Australia adalah sebuah negara yang berakhlak indah dan patut dicontoh.” —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!