Survei BPS: Menjomblo lebih bahagia dibandingkan menikah

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Survei BPS: Menjomblo lebih bahagia dibandingkan menikah
Orang awam mungkin menganggap pernikahan adalah awal kebahagiaan, tapi survei BPS menunjukkan sebaliknya

 

 

JAKARTA, Indonesia – Bila pernikahan dilihat sebagai surga menuju kebahagiaan, survei terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Kamis, 5 Februari 2015 membantahnya.

“Menurut status perkawinan, indeks kebahagiaan mereka yang belum menikah adalah 68,77, ini paling tinggi. Ya ini karena mereka tidak mikir apa-apa. Tidak ada yang menggelayuti pikiran,” kata Kepala BPS Suryamin seperti dikutip oleh Kompas.com.

Sementara itu, tingkat kebahagiaan orang yang sudah menikah lebih rendah pada level 68.74. Responden cerai mati memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah lagi di level 65.80.

Survei ini dibenarkan oleh Yanto, seorang psikolog dari Surabaya. Menurutnya, orang yang sudah menikah dituntut memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi.

“Tanggung jawab sama dengan tidak enak, itu kenapa syarat menikah sama dengan sanggup dewasa,” kata Yanto. “Karena kalau belum dewasa, pernikahan dimaknai sebagai tidak enak.”

Ada berbagai tanggungjawab baru yang menyertai pasangan yang menikah.

Pada waktu masih sendiri, penghasilan bisa dikelola sendiri dan bisa digunakan semaunya, dalam pernikahan, keuangan harus diatur dengan baik dan dikelola bersama.

Waktu bebas yang dulu dimiliki ketika belum menikah bisa jadi berkurang setelah menikah, karena harus selalu menyempatkan waktu untuk pasangan dan anak-anak.

Bila dulu pikiran lebih bebas, setelah menikah ada begitu banyak hal serius yang harus dipikirkan, seperti sekolah anak dan asuransi pendidikan.

Menurut Yanto, orang bisa tetap bahagia bila menikah sebagai orang yang sudah dewasa secara mental. Karena keputusan didasarkan pada perlu vs tidak perlu dan bukan lagi menggunakan rumus enak atau tidak enak.

Pasangan yang kemudian menjadi tidak bahagia setelah menikah menurut Yanto adalah mereka yang sulit menjadi dewasa dan masih mencari kesenangan sendiri.

Jadi, benarkah pernikahan awal kebahagiaan? – Rappler.com

  

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!