Koleksi seragam militer Jokowi

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Koleksi seragam militer Jokowi

PC15

Seragam militer yang digunakan Jokowi dan TNI diproduksi oleh perusahaan yang juga memproduksi seragam untuk 29 negara lain.

Minggu ini keriuhan di ranah media sosial dipicu oleh diskusi soal Presiden Joko “Jokowi” Widodo menggunakan seragam militer saat bertemu dengan Ketua Pengurus Pusat Muhamadiyah Din Syamsuddin dan pengurus Aisyiah, sayap perempuan organisasi Islam itu, pada 16 Juni. 

Pertemuan berlangsung di istana, sore hari. Presiden Jokowi tak sempat menukar seragam militer itu. Sebelum menemui rombongan yang dipimpin Din, Jokowi baru saja tiba dari Baturaja, Sumatera Selatan, menyaksikan latihan perang TNI AD. Karena tamunya sudah menunggu cukup lama, sekitar 1 jam, Jokowi tak sempat ganti baju. 

Seragam yang digunakan Jokowi saat bertemu pengurus Muhamadiyah dan Aisyiah adalah seragam yang biasa digunakan pasukan Komando Cadangan Strategis TNI AD, lengkap dengan baret hijaunya. Memang agak aneh, karena baru kali ini seorang presiden mengenakan seragam militer di istana, apalagi dalam acara pertemuan dengan masyarakat sipil. Jokowi pun dari masyarakat sipil.   

Ini yang memicu kritik. Sebelumnya, Jokowi juga menggunakan seragam militer TNI saat diangkat sebagai warga kehormatan TNI, 16 April 2015.

Sudah banyak yang mengkritik kebiasaan Jokowi menggunakan seragam militer.  Mulai dari politisi Partai Demokrat Rachland Nasidik (@ranabaja) sampai pakar militer Dr Salim Said. Tapi saya ingin menyoroti penampilan Jokowi dalam seragam militer itu dari sisi lain. Siapa yang membuat seragam militer itu? 

Sebagian masyarakat mungkin sudah tahu, sebagian lainnya belum. Seragam militer yang digunakan Jokowi, sama halnya dengan seragam yang digunakan TNI dan Polri, diproduksi oleh PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk.  

Ini perusahaan yang berlokasi di  Sukohardjo, Jawa Tengah. Pendiri Sritex, almarhum Haji Muhamad Lukminto mendirikan usaha tekstil dan garmen sejak 1980-an. Pada 1992, pabrik Sritex diresmikan Presiden Soeharto. Sejak 1992 pula, Sritex memproduksi perlengkapan untuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). 

Karena ini ditulis di bulan Ramadan, maka saya tambahkan informasi bahwa Haji Muhamad Lukminto, yang keturunan Tionghoa,  memeluk agama Islam sejak tahun 1995.

Singkat cerita, dari pabrik seluas 10 hektar, kini berkembang menjadi 100-an hektar. Sritex tidak hanya memproduksi seragam untuk TNI dan Polri, juga memproduksi seragam militer untuk 29 negara lainnya, termasuk AS, Australia dan Jerman.  

Produknya dianggap memenuhi standar organisasi pakta Atlantik Utara (NATO), yang beranggotakan tentara sekutu dari negara-negara yang dimotori AS. Perjanjian dengan NATO diteken pada 1994. 

Koleksi seragam militer Jokowi

Seragam militer tersusun di pabrik garmen Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah, 22 Mei 2013. Foto oleh Mast Irham/EPA

Sabtu pagi, 20 Juni, saya mengontak Iwan Setiawan Lukminto, putra kedua pendiri Sritex. Iwan, yang menjabat presiden direktur Sritex, tengah mengikuti Kursus Singkat Angkatan (KSA) di Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas). Iwan mengonfirmasi bahwa seragam militer yang digunakan Presiden Jokowi adalah buatan Sritex. 

“Ada beberapa seragam yang dipakai oleh beliau, yaitu seragam Kopassus, Kostrad, TNI, TNI AD.  Masing-masing memiliki spesifikasi tertentu yang disesuaikan dengan medan,” kata Iwan, melalui sambungan telepon.

Iwan menceritakan bahwa motif seragam yang digunakan Jokowi dalam pertemuan dengan PP Muhamadiyah itu sebenarnya sudah lama digunakan Kostrad. Nuansanya memang rada “internasional” menurut saya, jika dibandingkan dengan motif lama yang kental nuansa warna hijau tua. 

Melihat motif seragam militer Jokowi itu saya seperti melihat deretan tentara yang tengah bertugas di pusat komando sekutu di medan perang. Tentu saya melihatnya di televisi.

“Untuk motif TNI sudah cukup lama, dulunya mengadopsi loreng Malvinas,” tutur Iwan. 

Motif loreng, kata Iwan, tidak mudah untuk diubah. Kalaupun ada perubahan, dilakukan setelah melalui proses panjang dan riset serta uji lapangan yang ketat.  

Iwan  juga mengatakan, jaket dengan tempelan nama “Mitra TNI” juga diproduksi Sritex. Sejumlah pemimpin redaksi pekan ini juga mendapatkan jaket itu atas undangan Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Bos TNI ini  memang tengah rajin membagi-bagi jaket TNI.

Ekspansi Sritex ke pabrik rayon

Presiden Direktur Sritex Iwan Setiawan Lukminto (tengah) menjelaskan ekspansi pabrik rayon ke Menteri Perindustrian Saleh Husin. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan bahwa Sritex adalah contoh industri unggulan yang berhasil memenangkan pasar ekspor karena kualitas produknya. Ekspansi pabrikan garmen yang dikelola Sritex, dengan  membangun pabrik serat rayon menjadi solusi menekan impor. Selain itu, struktur industri makin kuat karena kebutuhan bahan baku dapat dipenuhi dari dalam negeri.

“Mereka agresif masuk ke rayon dan ini bentuk pasti upaya mengurangi impor. Bukan hanya menghemat devisa tapi juga membuat kita mandiri,” kata Saleh saat mengunjungi proyek pembangunan pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis sore, 11 Juni. 

RUM merupakan anak perusahaan PT Sritex yang berlokasi di Plesan, Nguter, Sukoharjo, sekitar 15 km dari Kota Surakarta. Serat rayon (kapas sintetik) ini untuk memasok kebutuhan lini bisnis utama Sritex yaitu garmen.

Menurut Menperin, produksi rayon melengkapi alur industri garmen dari hulu ke hilir. Apalagi, Sritex bakal memiliki perkebunan eucalyptus sendiri di Kalimantan sebagai bahan baku pulp yang selanjutnya diolah menjadi rayon.

Iwan mengatakan, perusahaannya mengincar peningkatan kapasitas produksi garmen sekaligus memasok bahan baku sendiri. Selama ini, Sritex harus mengimpor sekitar 50-60 persen kebutuhan rayon. 

“Tujuan yang lebih luas, pabrik ini demi ketahanan pangan kita. Secara bertahap, kita kurangi ketergantungan dari luar negeri,” ujarnya pada kesempatan yang sama. 

Sritex membangun dua unit pabrik rayon di lahan seluas 60 hektare. Unit pertama yang berkapasitas 80 ribu ton per tahun ditargetkan rampung pada Desember 2015 dan selanjutnya akan disusul pembangunan unit kedua.  Total kapasitas mencapai 120 ribu ton per tahun. Investasi yang disiapkan Sritex sebesar USD 300 juta.

Ribut-ribut penggunaan seragam militer oleh presiden sipil sebenarnya momentum untuk mengingatkan kembali posisi presiden yang dalam konstitusi kita, adalah pemimpin tertinggi, untuk keempat angkatan.  

Jadi, tak pakai seragam militer pun, Jokowi adalah komando tertinggi TNI dan Polri. Di sisi lain, jika Jokowi ingin mengoleksi jenis-jenis seragam militer, tak bisa dilarang juga, bukan?  Namanya juga presiden.  

Minimal ketika melihat foto yang beredar secara viral dengan beragam komentar, saya jadi ingin mengecek, siapa yang membuat desain seragam itu? — Rappler.com

 Uni Lubis adalah seorang jurnalis senior dan Eisenhower fellow. Dapat disapa di @UniLubis 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!