Bank Dunia: Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak dinikmati orang kaya

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bank Dunia: Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak dinikmati orang kaya
Bila tak ada tindakan, konsekuensinya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan dapat melambat, disertai naiknya risiko konflik.

JAKARTA, Indonesia – Dalam 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat. Pencapaian ini telah mengurangi tingkat kemiskinan dan memperbesar jumlah kelas menengah.

Namun, manfaat dari pertumbuhan ini lebih dinikmati 20 persen masyarakat kategori kaya.  Di sisi lain, sekitar 80 persen penduduk – atau lebih dari 205 juta orang – rawan tertinggal. Demikian laporan terkini yang dirilis Bank Dunia.

“Tingkat ketimpangan di Indonesia relatif tinggi dan naik lebih pesat dibanding banyak negara Asia Timur lain,” kata laporan itu.

Bank Dunia juga mencatat periode 2003 – 2010, sebanyak 10 persen orang terkaya di Indonesia mempertambah konsumsi mereka sebesar 6 persen per tahun, setelah disesuaikan dengan inflasi.

Akan tetapi, bagi 40 persen masyarakat termiskin, tingkat konsumsi mereka hanya tumbuh kurang dari 2 persen per tahun. Hal ini mengakibatkan koefisien Gini naik pesat dalam 15 tahun, yaitu naik dari 0,30 pada tahun 2000 menjadi 0,41 pada tahun 2013.

ILUSTRASI. Foto oleh ANTARA Foto.

Empat penyebab ketimpangan di Indonesia


Dalam rencana pembangunan jangka menengah, pemerintah telah menetapkan sasaran untuk menurunkan tingkat koefisien Gini, dari 0,41 menjadi 0,36 pada tahun 2019. Bank Dunia kemudian membagi empat penyebab ketimpangan di Indonesia saat ini, yaitu:

1. Ketimpangan peluang.

Nasib anak dari keluarga miskin terpengaruh oleh beberapa hal utama, yaitu tempat mereka lahir atau pendidikan orangtua mereka.  Awal yang tidak adil dapat menentukan kurangnya peluang bagi mereka selanjutnya.  Setidaknya sepertiga ketimpangan diakibatkan faktor-faktor di luar kendali seseorang individu.

2. Ketimpangan pasar kerja.

Pekerja dengan keterampilan tinggi menerima gaji yang lebih besar, dan tenaga kerja lainnya hampir tidak memiliki peluang untuk mengembangkan keterampilan mereka. Mereka terperangkap dalam pekerjaan informal dengan produktivitas rendah dan pemasukan yang kecil.

3. Konsentrasi kekayaan.

Kaum elit memiliki aset keuangan, seperti properti atau saham, yang ikut mendorong ketimpangan saat ini dan di masa depan.

4. Ketimpangan dalam menghadapi goncangan.

Saat terjadi goncangan, masyarakat miskin dan rentan akan lebih terkena dampak, menurunkan kemampuan mereka untuk memperoleh pemasukan dan melakukan investasi kesehatan dan pendidikan.

Selain itu, Bank Dunia juga memberikan resep agar jurang antara si kaya dan si miskin bisa diperkecil. Di antaranya adalah perbaikan layanan umum, memperkuat perlindungan sosial, pelatihan bagi tenaga kerja, penggunaan pajak dan belanja pemerintah untuk mengurangi ketimpangan serta meningkatkan ketaatan pajak.—Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!