Serangan teroris: Benarkah #kamitidaktakut?

Famega Syavira

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bukankah wajar takut pada serangan teroris?

Setelah serangan bom di Sarinah, Jakarta Pusat Kamis siang tadi, salah satu hashtag yang muncul di media sosial adalah #kamitidaktakut.

Tagar ini memicu pertanyaan. Benarkah kita tidak takut?

Bukankah wajar takut pada serangan teroris? Perempuan yang digandeng mas-mas Gojek dengan kaki berlumuran darah ini, apakah dia tidak boleh takut?

Tentu saja kita boleh takut. Takut adalah mekanisme pertahanan diri. Jika kita tidak takut justru bisa berbuat gegabah yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Apalagi Kapolda Metro Jaya Tito Karnavian baru saja memastikan bahwa pelaku teror ini diduga kuat dari jaringan ISIS yang berpusat di Raqqa di Suriah.

Takut pada serangan ISIS tentu saja sangat wajar. Meski takut harus tetap tenang, pastikan diri aman, keluarga dan teman-teman aman. Melalui Telegram dan WhatsApp banyak teman-teman bertanya apakah saya aman. Cek keamanan orang-orang tercinta juga bisa dilakukan melalui tagar yang dibuat @twitterid #safetycheckJkt. (Ngomong-ngomong Facebook tidak mengaktifkan fitur safety check untuk Jakarta ya?)

Posting seorang pengguna Path bernama Wimpy yang viral di media sosial ini mungkin paling menjelaskan dengan baik apa itu tidak takut.




Tidak takut artinya kita melawan segala bentuk terorisme. Tagar #kamitidaktakut berarti kita tidak menyerah pada tekanan teroris. Bahwa terorisme tidak membuat kita kurang produktif daripada sebelumnya. 

Ini membawa kita ke pertanyaan selanjutnya. Apa pentingnya menunjukkan sikap di media sosial?

Simpatisan ISIS di Indonesia sangat aktif di media sosial, yang sangat membantu mereka untuk memperluas basis dan menyebarkan paham radikalisme dan melakukan perekrutan. (BACA: 4 Hal yang harus kamu ketahui tentang ISIS di Indonesia).

Di luar Indonesia, kini ISIS agresif mengambil alih hashtag agar tak terdeteksi sensor di Twitter. (BACA: Twitter Terror: How ISIS is using hashtags for propaganda). Targetnya sederhana, yaitu menyebarkan pesan sejauh dan seluas mungkin.

Kita juga bisa, ikut menyebarkan pesan sejauh dan seluas mungkin, bahwa kita tidak tunduk pada aksi mereka menebar teror. Apakah kamu setuju?—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!