Cerita Dea: 43 jam diblokir Facebook

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dea diminta menghapus foto perempuan Indonesia yang tak memakai penutup dada. Setelah sempat diaktifkan kembali, akun Dea kembali diblokir lagi Kamis, 25 Februari.

NO LIVE BLOG? Rappler is asked to take down its live blog page featuring live updates at the 2014 Bb Pilipinas coronation night. But in the age of social media, does this make sense?

JAKARTA, Indonesia—Dea Safira, 23 tahun, tak menyangka unggahan foto-fotonya akan dibagi oleh 2.800 akun di Facebook. Apa yang ia unggah? Foto perempuan Indonesia di masa lalu yang tidak menggunakan penutup di dada. 

Foto itu ia unggah di laman Facebooknya pada Selasa, 23 Februari, pukul 12:17 dini hari. 


Unggahan tersebut kemudian dibagi oleh lebih dari seribu akun di Facebook. Di foto tersebut, Dea mengatakan alasannya mengunggah postingan tersebut: 

 

“Saya mengkoleksi foto sejarah yang menggambarkan bagaimana perempuan Indonesia berpakaian dari berbagai budaya dan suku sebelum ada budaya sensor,” ujar Dea.  

Dea bahkan mengajak teman-temannya di FB untuk menyumbang foto sejarah tersebut. Saat itu ia baru bisa mengumpulkan foto dari Jawa, Kalimantan, Makassar, dan Bali. 

“Kita butuh lebih banyak foto untuk memberi edukasi pada khalayak umum tentang bagaimana budaya kita, yang juga bagian dari identitas kita, jadi kita bisa melakukan refleksi tentang betapa bias gender dan stereotipe-nya masyarakat kita hari ini,” kata Dea di Facebooknya.  

Setelah mengunggah foto itu, Dea mengaku menerima pesan dari Facebook. “Kata Facebook saya harus ‘take down’ 10 foto,” ujar Dea. Ternyata ada 50 orang lebih yang melaporkan foto itu ‘mengganggu’ ke Facebook. 

Lalu pukul 18:53 petang, Facebooknya pun diblokir. Ia juga baru tahu bahwa akunnya diblokir dari teman-temannya. 

DIBLOKIR FACEBOOK. Dea Safira Basori memposting foto perempuan bertelanjang dada di Facebook. Foto yang dimaksud adalah perempuan Indonesia dari berbagai suku. Foto diambil dari Facebok pribadi Dea.

Dea pun diminta untuk menulis pembelaan atas pemblokiran Facebook-nya. Ia pun setuju dan menulis pembelaan di blog pribadinya berjudul ‘My Public Appeal to Facebook’.   

Dalam tulisannya, Dea membela dirinya sebagai seorang warga negara yang mendukung isu perempuan. Ia mengaku tergerak untuk menggunggah foto tersebut setelah melihat sensor televisi di acara Putri Indonesia. 

Di acara tersebut, Indosiar, stasiun TV yang menyelenggarakan acara tersebut, mengaburkan penampilan peserta kontes kecantikan yang menggunakan kebaya, pakaian tradisional Indonesia. 

Dea kemudian mencari foto perempuan Indonesia di Google dengan kata kunci ‘Indonesian Women Old Photos’. Dan muncullah foto-foto tersebut. 

Ia kemudian memohon kepada Facebook agar mengaktifkan kembali akun Facebooknya. “Jika Facebook adalah pendukung hak-hak kaum LGBTIQ, maka saya percaya bahwa Facebook juga mendukung hak-hak perempuan, sama seperti halnya kebijakan kesetaraan di lingkungan tempat kerja,” katanya. 

Selain membuat pembelaan, Dea juga meminta bantuan kolumnis @monaeltahawy di twitter untuk mencari dukungan. 

Dea bahkan sempat menulis petisi di change.org

Setelah 43 jam memblokir Akun Dea, Facebooknya akhirnya mengaktifkan kembali akun Dea pada Rabu, 25 Februari, pukul 1:45 siang ini. 

Hingga berita ini dibuat, Dea masih mempertahankan foto-foto perempuan tersebut. Namun pada Kamis, pukul 4:00 sore ini, akunnya kembali diblokir.—Rappler.com

BACA JUGA

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!