5 hal yang perlu kamu tahu tentang Tito Karnavian

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 hal yang perlu kamu tahu tentang Tito Karnavian
Tito membela hak-hak kaum LGBT, tapi juga akrab dengan FPI.

JAKARTA, Indonesia—Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Tito Karnavian disebut-sebut sebagai calon kuat Kepala Polisi RI. Penyebutan itu diperkuat dengan pernyataan Ketua DPR, Ade Komaruddin pada media hari ini, Rabu, 15 Juni. 

Ade mengatakan Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah mencalonkan Tito sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri). 

“Saya sudah menerima surat dari Pak Presiden. Isi surat itu menyebut Presiden meminta pencalonan Komjen Tito Karnavian dan hanya satu-satunya calon Kapolri menggantikan Jendral Badrodin Haiti,” ujar pria yang akrab disapa Akom itu.

DPR akan segera memproses hal tersebut yang dimulai dengan rapat pimpinan untuk menyampaikan pencalonan Komjen Tito.

Siapa Tito Karnavian sebenarnya? 

Berikut 5 hal yang perlu kamu ketahui tentang calon Kapolri ini: 

Jenderal yang gemar sekolah

Tito adalah ulusan terbaik dari Akademi Kepolisian (Akpol) lulusan tahun 1987. Untuk prestasinya itu, dia menerima bintang Adhi Makayasa. 

Pada 1993, Ia kemudian melanjutkan pendidikan di University of Exeter di Inggris dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies. 

Pada 1996, ia menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta dan meraih S-1 dalam bidang Ilmu Kepolisian, serta mendapatkan Bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan terbaik PTIK.

Selain itu Tito Karnavian juga menyelesaikan pendidikan di: 

  • Massey University Auckland di Selandia Baru dalam bidang Strategic Studies pada 1998. 
  • Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, sebagai kandidat PhD dalam bidang Strategic Studies pada 2008.

Pemburu teroris 

Nama Tito mulai dikenal luas saat ia bergabung di tim Detasemen Khusus 88. Pada 2005, Ia dan tim Densus saat itu berhasil membekuk teroris kakap Dr Azahari. 

Pada tahun 2007, Tito dan unit Densus 88 Antiteror kembali berhasil menangkap puluhan tersangka yang masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) di Kecamatan Poso. 

Pada 2009, ia berhasil melumpuhkan Noordin M Top di Solo. Ia kemudian dipromosikan menjadi Kepala Densus 88 setelah penangkapan tersebut.

Pada tahun ini, Tito akhirnya ditunjuk menjadi Kepala BNPT. Menurut sumber Rappler di lingkungan kepolisian, Tito ikut berburu Santoso di lapangan pada April lalu. 

Pembekuk Tomy Soeharto

Tito juga dikenal karena perannya sebagai pemimpin tim yang menangkap Hutomo “Tommy” Mandala Putra, anak dari mantan Presiden Soeharto.

Penangkapan Tommy saat itu terkait pembunuhan Hakim Agung Safiuddin Kartasasmita.

Tito saat itu menjabat Kepala Satuan Reserse Umum dengan pangkat Ajun Komisaris Besar dengan memiliki 23 anggota. Tim Kobra berhasil menangkap Tommy di tempat persembunyian Jalan Maleo II Blok JB, Bintaro Jaya, Tangerang, Banten, pada 28 November 2001. 

Jumlah harta kekayaan: Rp 11 miliar 

Menurut laman kpk.go.id, Tito melaporkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara terakhir pada 20 November 2014. Tepatnya pada saat ia masih menjabat sebagai Asisten Perencanaan Umum dan Anggaran Kapolri.

Dalam laporan tersebut, Tito tercatat memiliki harta tidak bergerak berupa tanah dan bangunan senilai Rp 11.297.741.000.

Harta tak bergerak itu antara lain tanah dan bangunan di wilayah Jakarta Selatan, masing-masing seluas 307 meter persegi dan 207 meter persegi. Tanah itu diperoleh pada tahun 2003 dari hasil sendiri dan hibah dengan NJOP Rp 5.273.397.000.

Ada juga bangunan seluas 120 meter persegi di Singapura yang diperoleh dari hasil sendiri pada 2008 dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Rp 3.000.000.000.

Sementara itu, untuk harta bergerak, tidak tercatat laporan tentang alat transportasi. Hanya dilaporkan bahwa ada harta bergerak senilai Rp 160.000.000, yang di antaranya terdapat logam mulia senilai Rp 150.000.000.

Tito juga melaporkan harta berupa giro dan setara kas senilai Rp 1.827.719.823. Ia tercatat tidak memiliki piutang.

Total harta Tito tercatat Rp 13.285.460.823. Namun, dia memiliki utang sebesar Rp 2.993.785.000. Dengan demikian, total harta kekayaan Tito adalah Rp 10.291.675.823. 

Kontroversial: Di antara kelompok LGBT dan FPI

Tito bukan jenderal yang mendukung diskriminasi terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). 

Saat menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya, Tito mengatakan LGBT adalah warga negara yang juga wajib dilindungi. “Dalam artian dilindungi dari tindak kekerasan,” katanya. 

Menurut Tito, LGBT adalah masalah kompleks yang meliputi aspek sosial, hukum, dan sosiologi yang menimbulkan pro-kontra di masyarakat. “Tidak hanya kelompok LGBT atau yang mendukung yang harus dilindungi, tapi masyarakat yang kontra juga harus dipikirkan dan diakomodasi,” tutur Tito.

Namun di sisi lain, Tito dikenal dekat dengan organisasi-organisasi masyarakat yang anti-LGBT, seperti Front Pembela Islam. 

Rappler pernah menyaksikan pidato Tito Karnavian di acara nonton bareng film G 30S/PKI yang diselenggarakan oleh FPI. Tito disambut oleh jemaat dan ditempatkan di podium utama. Baca selengkapnya di sini. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!