Ahli patologi forensik: Kadar sianida dalam kopi Mirna mustahil

Amelia Stephanie

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ahli patologi forensik: Kadar sianida dalam kopi Mirna mustahil

ANTARA FOTO

Di dalam kopi Mirna terdapat sekitar 7.400 mg sianida. Namun hal ini mustahil, menurut dr. Djaja, karena jumlahnya terlalu besar

JAKARTA, Indonesia — Sidang kopi yang diduga bersianida dan membunuh Wayan Mirna Salihin berlanjut, pada Rabu, 7 September, dengan dua saksi fakta dan satu saksi ahli yang didatangkan oleh kuasa hukum Jessica di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 

Direktur Pemasaran PT KIA Mobil Indonesia Hartanto Sukmono, dan rekan kerjanya, Saeful Hayat, merupakan dua saksi yang berada di lokasi kejadian, Kafe Olivier, Grand Indonesia, saat kasus terjadi. 

Sedangkan dr. Djaja Surya Atmaja sebagai saksi ahli patologi forensik. 

Hartanto dan Saeful merupakan dua saksi yang pernah diperiksa juga oleh kepolisian saat melakukan penyelidikan kasus Jessica pada Februari lalu.

Fokus rapat, tidak terlalu perhatikan Jessica

Berdasarkan rekaman CCTV, terlihat Hartanto dan Saeful duduk tidak terlalu jauh dari meja nomor 54, yang merupakan meja Jessica saat kejadian. Hartanto mengaku tujuannya berada di Kafe Olivier tersebut untuk melakukan pertemuan rapat dengan rekan bisnisnya terkait penjualan properti.

Hartanto juga menyatakan kalau dirinya tidak terlalu memerhatikan gerak-gerik Jessica karena dia sedang sibuk mengikuti rapat. 

“Saya tidak memperhatikan lagi karena kita lagi meeting,” kata Hartanto.

Hartanto hanya menangkap tiga hal dalam kejadian hari itu. Yang pertama adalah saat Jessica menelepon sambil berdiri di dekat dirinya. Ia mengaku sempat menengok sekilas karena suara Jessica cukup besar dan agak mengganggu. Tetapi dalam rekaman CCTV, tidak terdapat hal seperti yang diceritakan yaitu Jessica menelepon di dekat Hartanto. 

“Jadi yang saya lihat dia menelepon di samping saya,” kata Hartanto.

Otto pun mengatakan bahwa dengan tidak adanya hal yang diceritakan oleh saksi di dalam CCTV, bukan berarti saksi memberikan pengakuan yang salah. Bisa jadi rekaman CCTV lah yang salah atau telah direkayasa dan angle pengambilan video dari sudut yang berbeda.

Yang kedua adalah saat Mirna dan temannya, Hani, datang lalu menyapa Jessica sambil mencium pipi. Dan yang terakhir adalah saat situasi di meja nomor 54 mulai ramai. 

Hartanto dan rekannya mengira bahwa itu hanya ada yang pingsan. Tidak berapa lama, Mirna dibawa keluar dengan menggunakan kursi roda dalam posisi seperti setengah tidur. Namun Hartanto tidak mengetahui selebihnya dan tidak berniat untuk mengetahui lebih jauh. Hartanto juga tidak memperhatikan gerak-gerik Jessica dan Hani.

“Kami sedang sibuk, sedang serius jadi perhatian kita tidak kemana-mana,” kata Hartanto.

Saksi mengira Mirna stroke

Menurut saksi Saeful Hayat, dirinya mengaku menjadi tidak fokus rapat dan sempat memperhatikan kopi di meja sebelah yang dalam kondisi tidak mencurigakan. Saeful bahkan sempat menyuruh pelayan kafe untuk membawa Mirna ke RS.

“Enggak terlalu merhatiin. Tapi waktu itu memang saya sempat tanya ke waiter kenapa enggak segera dibawa ke rumah sakit,” kata Saeful.

Saeful yang duduknya menghadap langsung ke meja 54 mengaku tidak terlalu memerhatikan sekeliling hingga kejadian Mirna menyender seperti kesakitan tetapi tidak kejang-kejang.

“Begitu ada bersandar baru saya perhatikan, sebelum itu saya tidak perhatikan sama sekali,” kata Saeful.

“Lalu saya melihat Mirna menengadah, lalu saya bilang ke kawan, ‘Itu stroke,’ karena dia bersandar,” kata Saeful.

Saat dibawa dengan kursi roda pun, mulut Mirna dalam keadaan terbuka dan mengeluarkan sedikit air liur yang sempat dilap oleh temannya. 

Hartanto dan Saeful mengaku kalau pada hari kejadian, mereka tidak mengetahui Jessica, Hani, dan Mirna. Tetapi mereka baru mengetahui setelah kasus ini masuk dalam berita di media. 

“Saya enggak tahu namanya, hanya besoknya Pak Hartanto kasih tahu dan saya baca berita,” kata Saeful. 

Otopsi menyeluruh penting

Menurut dr. Djaja, seharusnya dilakukan autopsi keseluruhan untuk mengetahui apakah ada kemungkinan penyebab meninggal lain atau tidak. Tetapi karena keluarga tidak memberikan izin, maka hanya dilakukan pengambilan sampel. Sehingga penyebab kematian tidak dapat dipastikan karena sianida. 

“Tanpa autopsi tidak bisa ditegakkan penyebab kematian,” kata Djaja.

Ahli tidak mencium sianida

Djaja dalam kesaksiannya menyatakan bahwa 84 persen orang Indonesia dapat mencium bau sianida dan ia adalah salah satunya. Sehingga setiap kali melakukan tugasnya sebagai dokter forensik, hal yang pertama ia lakukan adalah memastikan apakah ada bau sianida atau tidak dalam 5 menit pertama. Jika tidak ada, maka kematian bukan karena sianida.

Pada kasus Mirna ini, ahli juga sempat memeriksa bagian luar tubuh Mirna dan dia tidak mencium ada bau sianida yang beraroma seperti kacang almond pahit (bitter almond). Ia juga mengatakan bahwa dirinya melihat warna kulit jenazah Mirna seperti normal dan tidak kemerahan.

“Pertama dari merahnya saya tidak lihat, kedua baunya juga saya tidak cium pak,” kata Djaja.

Sianida ada di mana-mana

Dalam kesaksiannya, Djaja mengatakan bahwa sebenarnya zat sianida bisa berada di mana-mana, bahkan mungkin ada di dalam formalin. Jadi, dengan ditemukannya 0.2mg/liter sianida di dalam cairan lambung, ada kemungkinan sianida tersebut karena formalin atau pembusukan. 

Ia juga mengatakan bahwa sianida dalam kadar yang sedikit pasti ada di dalam darah, namun tubuh memiliki enzim yang dapat mengurai sianida tersebut menjadi zat tidak beracun. Tetapi jika sianida masuk ke dalam tubuh dalam jumlah besar (sekitar 150-250mg), maka dapat menyebabkan kematian karena enzim tersebut tidak mampu mengurai sianida dalam jumlah banyak. 

Kadar sianida dalam kopi Mirna mustahil

Berdasarkan dokumen yang ditunjukkan oleh Otto, di dalam kopi Mirna terdapat sekitar 7.400 mg sianida. Namun hal ini mustahil, menurut Djaja, karena jumlahnya terlalu besar dan bisa membuat orang di sekelilingnya pingsan meskipun tidak meminum kopi tersebut.

“Kalau ada gitu, radius 500 meter bisa pingsan semua pak,” kata Djaja.

“Kalau saya sendiri ngeliatnya impossible,” kata Djaja.

Lambung Mirna kemerahan

Sepanjang persidangan Djaja berulang kali menyebutkan salah satu ciri-ciri keracunan sianida adalah lambung berwarna kemerahan. Namun ternyata yang dimaksud adalah warna pada luar lambung dan bukan permukaan lambung.

Sedangkan pada hasil visum tertulis “warna lambung kemerahan” saja. Djaja pun bersikukuh kalau lambung yang dimaksud dalam poin tersebut (4) adalah warna permukaan lambung. Dan untuk warna dalam lambung tercatat dalam poin 5, di mana dinyatakan warna dalam lambung kehitaman.

Rencananya dalam persidangan Rabu, 7 September, akan ada dua saksi ahli, namun karena waktu sudah larut malam dan saksi ahli kedua hanya diberi waktu 30 menit, maka ahli kedua yang merupakan ahli toksikologi forensik ditunda hingga Rabu pekan depan, 14 September, pukul 9 pagi. 

Selain itu, awalnya pihak Jessica hanya mendapatkan 6 kali kesempatan membawa saksi-saksi yang meringankannya, tetapi Otto memohon kepada majelis hakim untuk menambah kesempatan. Hal ini pun di kabulkan oleh majelis hakim dengan menambah jadwal persidangan pada Kamis, 22 September. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!