Deaf Cafe Fingertalk di Tangerang mendapat pujian dari Obama

Amelia Stephanie

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Deaf Cafe Fingertalk di Tangerang mendapat pujian dari Obama
Obama mengapresiasi kafe Fingertalk yang pekerjakan kaum tunarungu di Tangerang Selatan buatan anak muda Indonesia, Dissa Ahdanissa

JAKARTA, Indonesia — Dissa Ahdanissa sumringah ketika namanya dipanggil oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Ia berdiri dari tempat duduknya ketika Obama menyebut namanya dalam sebuah pidato pada acara Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) di Luang Prabang, Laos, pada Rabu, 7 September.

“Orang kedua yang akan saya perkenalkan adalah Dissa Ahdanissa dari Indonesia,” kata Obama yang disambut tepuk tangan dari penonton. Ia diperkenalkan sebagai salah satu pemuda-pemudi asal Asia Tenggara yang membuat perubahan di komunitasnya dan di negaranya.

Dissa mendirikan sebuah kafe dengan konsep yang unik dan inspiratif, Deaf Cafe Fingertalk di Tangerang Selatan, Banten, pada Mei 2015. Di kafe ini, pengunjung yang datang akan dilayani oleh para penyandang tuna rungu.

Para pengunjung juga dapat mempelajari bahasa tubuh yang digunakan oleh tuna rungu dalam berkomunikasi.

(BACA: Mengenal kaum tunarungu di Deaf Cafe Fingertalk)

Sejak kecil, kecintaannya untuk mempelajari bahasa membuat dirinya sangat tertarik untuk bisa menguasai bahasa isyarat. Ditambah lagi dengan pengalamannya sebagai relawan di Nikaragua, Amerika Selatan, yang menjadi inspirasinya menidirikan Deaf Cafe Fingertalk. 

Dissa mengaku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi dan sangat senang karena Obama memberi perhatian tersendiri terhadap usaha pribadinya.

Obama menyelamati pendiri Deaf Cafe Fingertalk, Dissa Ahdanissa, di Laos, pada 7 September 2016. Foto istimewa

“Aku speechless sama momen ini, masih unbelievable banget buat aku. Memang sebelumnya pernah dikontak sama White House, tapi aku enggak nyangka kalau cerita aku yang akan dibawa karena dia kontak alumni-alumni lainnya juga,” kata Dissa yang merupakan lulusan program YSEALI ini.

Dalam pidatonya, Obama sempat bercerita mengenai Leah-Katz Hernandez, salah satu resepsionis White House yang merupakan tuna rungu. Hernandez sempat berkunjung ke Deaf Cafe Fingertalk milik Dissa di Tangerang dan menyampaikan testimoninya kepada Presiden Obama.

Dissa mengaku sangat termotivasi dengan pidato Obama tersebut untuk terus mengembangkan kafenya. Ditambah lagi, ketika Presiden Obama memberikan semangat untuk terus mempertahankan pekerjaan baiknya itu.

Keep up the good work (Teruslah bekerja dengan baik),” kata Obama sambil bersalaman dengan Dissa usai pidato.

“Karena Obama juga udah bilang ‘Keep up the good work’, saya enggak boleh mundur kalau gitu, kan?” kata Dissa kepada Rappler.

Sejak dibangun pada lebih dari setahun yang lalu, Deaf Cafe Fingertalk sudah memiliki 2 cabang yang berlokasi di Pamulang, Tangerang Selatan. Rencananya pada Oktober mendatang, Dissa akan membangun cabang ke 3 di daerah Cinere, Jakarta Selatan. 

Dissa berharap ke depannya bisa menjangkau komunikasi tuna rungu lokal dan dapat mengembangkan Deaf Cafe Fingertalk di pusat kota Jakarta.

Konsep baru pun sudah ia siapkan, di mana Deaf Cafe Fingertalk di cabang ketiga ini akan menawarkan fasilitas mencuci mobil. Harapannya dengan konsep yang baru ini, semakin banyak tenaga kerja tuna rungu yang dapat di pekerjakan.

“Konsep yang ketiga ini agak berbeda, karena kita mau ada car wash sama kafe karena supaya bisa mengambil lebih banyak tenaga kerja juga,” kata Dissa.

Ke depannya, Dissa juga berencana untuk tidak hanya membuka lapangan kerja untuk kaum tuna rungu, melainkan juga berencana untuk merangkul kaum disabilitas lainnya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!