‘Wonderful Life’: “Karena semua anak terlahir sempurna”

Amelia Stephanie

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

‘Wonderful Life’: “Karena semua anak terlahir sempurna”
Mengangkat kisah seorang ibu yang membesarkan anak yang menderita disleksia

JAKARTA, Indonesia – Diangkat dari sebuah novel kisah nyata yang ditulis sekaligus dialami oleh Amalia Prabowo, film Wonderful Life mengangkat tema parenting anak berkebutuhan khusus.

“Saya sangat mengapresiasi apa yang Mbak Amalia lakukan, ‘menelanjangi’ dirinya untuk share kepada orang lain. Gimana bukan ego kita yang mengontrol diri kita membesarkan anak. Big applause banget buat Mbak Amalia,” kata Atiqah Hasiholan saat jumpa pers film Wonderful Life di Restoran Brewerkz, Senayan City, Senin, 10 Oktober.

Amalia pun mengaku terharu bisa menyaksikan film yang diproduksi Visinema Pictures ini yang diangkat dari kehidupannya dengan Aqil, anak tunggalnya.  “Karena kehidupan kami, saya dan Aqil sangat kompleks. Tetapi Mbak Jenny Jusuf (penulis skenario) berhasil menggambarkan kehidupan kami,” kata Amalia.

Film Wonderful Life ini disutradarai oleh Agus Makkie dan diproduseri oleh Angga Dwimas Sasongko, Handoko Hendroyono dan Rio Dewanto.

Ambisi orang tua bertemu realitas hidup anak

Dibesarkan oleh orang tua yang selalu menuntut anaknya berprestasi, Amalia (Atiqah Hasiholan), seorang single-parent, berusaha menerapkan prinsip yang sama juga kepada anaknya.

Namun nasib berkata lain. Aqil (Sinyo), anak Amalia, justru memiliki kesulitan membaca dan menulis. Sepanjang pelajaran berlangsung pun, Aqil tidak pernah fokus mendengarkan gurunya, yang dikerjakan hanya lah menggambar tanpa pernah menyelesaikan tugas sekolahnya.

Nilai-nilainya di sekolah pun kurang baik dan dianggap tidak berprestasi, Aqil hanya menonjol pada mata pelajaran seni dan olahraga.

Setelah konsultasi ke dokter, ternyata Aqil divonis mengidap disleksia.

Tidak terima dengan kenyataan ini, Amalia melakukan segala hal demi membuat anaknya sembuh dan bisa berprestasi di sekolah.

Mulai dari pergi ke terapis hingga mengunjungi berbagai orang pintar di pulau Jawa, semua dilakukan Amalia demi kesembuhan Aqil. 

Perjalanannya untuk menyembuhkan Aqil agar dapat berprestasi pun membuat kariernya sebagai seorang CEO dan strategic planner di salah satu perusahaan keteteran dan terancam.

Tekanan dari berbagai sisi dirasakan oleh Amalia. Dari keluarga, pekerjaan dan keadaan anaknya. Sempat putus asa, hingga akhirnya Amalia disadarkan untuk menyayangi dan mendukung apa yang menjadi kegemaran Aqil, bukannya memaksakan keinginan dan ambisinya terus menerus.

Memberi pandangan baru mengenai disleksia

Di dalam cerita, Amalia pergi ke beberapa tempat di pulau Jawa untuk mendatangi orang pintar dan terapis yang dianggap mampu menyembuhkan segala penyakit.

Namun menariknya adalah hampir semua terapis dan orang pintar yang dikunjungi oleh Amalia menyatakan kalau tidak ada penyakit pada Aqil. Padahal di saat yang sama dokter memvonis Aqil mengidap disleksia.

Saran yang diberikan pun juga hampir serupa, yaitu agar Aqil makan teratur dan menghindari stres, karena apa yang dirasakan di dalam hati, pasti mempengaruhi otak.

Amelia sempat bingung dengan saran yang diberikan, karena tujuan utamanya adalah untuk menemukan obat yang membuat anaknya sembuh dan berprestasi.

Bahkan salah satu ahli herbal yang dikunjungi juga menyatakan kalau tidak ada yang salah dengan Aqil karena setiap anak terlahir sempurna.

Adegan demi adegan seakan mau mengajarkan sekaligus memberitahu masyarakat kalau disleksia bukanlah penyakit yang seakan menjadi ‘kutukan’ dan tidak ada yang salah dari disleksia.

“Berat memang hidup dengan anak berkebutuhan khusus, apalagi harus sambil bekerja. Tapi jangan dianggap itu sebagai cucuran air mata,” kata Amalia.

Pemain dan pendukung film 'Wonderful Life' berpose di gelaran press conference, Senin, 10 Oktober 2016 di Senayan City. Foto oleh Amelia Stephanie.

Film ini juga menyimpan pesan moral agar para orang tua disadarkan untuk memberi kebebasan kepada anak-anaknya memilih apa yang mereka sukai. Karena saat semua itu dilakukan dari hati, pasti mereka bisa menemukan kebahagiaan dan kesuksesan.

“Dari suatu kekurangan ada kelebihan yang bisa diangkat,” kata Handoko Hendroyono, produser film Wonderful Life.

Wonderful Life yang akan tayang di bioskop tanggal 13 Oktober ini juga sudah menerima undangan dari KBRI Belanda untuk nantinya akan diputar di Belanda.-Rappler.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!