Cara baru mencintai hutan Indonesia

Hanna Pratiwi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Cara baru mencintai hutan Indonesia
Kecintaan terhadap hutan diwujudkan dalam bentuk 'Musika Foresta'

JAKARTA, Indonesia –  Riri Silalahi selaku penanggungjawab Musika Foresta mengatakan, “Di sini masyarakat kota terutama anak muda akan teringat akan pentingnya hutan dan cara pemanfaatan sumber daya hutan. Ternyata masyarakat bisa berpartisipasi menjaga kelestarian hutan,” ujarnya saat gelaran press conference Musika Foresta, Kamis, 19 Januari di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Konsep Musika Foresta dipilih karena musik tidak jauh dari kehidupan dan anak muda. Dari sana musisi-musisi nantinya kolaborasi setelah mereka juga menelusuri hutan.

Februari nanti, sejumlah musisi akan turut mendukung acara ini. Di antaranya Astrid dan Arlan, Alam Urbach, Melanie Subono dan Achi Hardjakusumah serta Hadi Daryanto selaku perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Para musisi ini tertarik untuk terlibat setelah mendengar penuturan Hutan itu Indonesia tentang kondisi hutan Indonesia yang memiliki hutan tropis ketiga terbesar di dunia yang menyimpan kekayaan alam.

Hutan itu Indonesia sendiri merupakan gerakan terbuka yang terdiri dari orang-orang dan organisasi-organisasi yang ingin melestarikan Indonesia dan percaya akan kekuatan pesan-pesan positif. 

Astrid dan Arlan yang nantinya akan menyusuri hutan Nagari Sungai Buluh dan Koto Baru, Sumatera Barat. Rencananya, pasangan ini sudah memiliki konsep tersendiri. Arlan tidak hanya sekadar mengabadikan foto tumbuhan hutan, namun akan ada cerita lain di balik itu.

Sementara pemain biola Achi Hardjakusumah nantinya akan membuat musik instrumental dari suara-suara hutan agar anak-anak yang hidup di kota besar mengenalnya.

Menurutnya, pasti sudah jarang anak-anak kota mendengar suara-suara dari hutan yang bukan hanya suara jangkrik. Suara dari kehidupan hutan itulah yang akan dibuat instrumental.

Penulis lagu Alam Urbach sendiri sudah memikirkan konsep yang akan dibuat. Konsep kesedihan ia pilih karena masih banyak yang tidak sadar akan pentingnya hutan.

“Hutan belum seksi seperti pantai dan laut, jadi mari kita buat hutan menjadi destinasi orang wisata juga,” ucap Melanie Subono.-Rappler.com
 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!