Pencarian korban hilang akibat longsor di Ponorogo dilanjutkan

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pencarian korban hilang akibat longsor di Ponorogo dilanjutkan
3 orang ditemukan tewas, 25 lainnya masih dalam pencarian

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Tim SAR kembali menemukan satu jenazah korban tanah longsor yang terjadi di Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Senin 3 April 2017. 

“Korban tersebut ditemukan sekitar pukul 14.00 WIB di sektor (zona) C setelah hampir tujuh jam melakukan pencarian menggunakan alat berat,” kata Ketua tim SAR Zona C Kapten Catur Waluyo.

Lokasi penemuan ini berjarak sekitar 600 meter dari titik nol lereng/tebing Gunung Gede yang longsor. Jasad berkelamin laki-laki namun belum diketahui identitasnya. “Terpendam di kedalaman lima meter dengan posisi tubuh tertimpa batu dan pohon yang terseret longsor,” ungkapnya.

Sebelumnya dua jenazah lainnya telah ditemukan. Keduanya yakni seorang bernama Katemi (70) dan cucunya bernama Iwan Danang Suwandi (27). Total sudah tiga jenazah yang ditemukan.

Proses pencarian jenazah masih terus dilakukan oleh Tim SAR. Sampai saat ini diperkirakan 25 korban masih tertimbun tanah. Pencarian korban sulit dilakukan karena tanah di sekitar lokasi masih labil dan hujan kerap turun mengguyur wilayah tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, longsor menyapu 23 rumah warga dan ladang di 2 RT Dusun Tangkil Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur pada Sabtu, 1 April sekitar pukul 08:00 WIB.

Akibatnya, 28 orang dilaporkan hilang. Sampai Senin, 3 April, tiga korban hilang tersebut telah ditemukan. Semuanya dalam keadaan tewas.

“Material longsoran memanjang dari bukit sekitar 800 meter dan tinggi sekitar 20 meter. 23 rumah terdampak longsor,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan tertulis pada Sabtu, 1 April.

Sutopo menjelaskan longsor tidak terjadi begitu saja. Warga sebenarnya sudah menyadari adanya tanda-tanda akan terjadi bencana longsor sejak 20 hari yang lalu. Apalagi dari peta rawan longsor, Desa Banaran termasuk daerah yang tingkat bahayanya tinggi.

“Sejak adanya tanda-tanda longsor, masyarakat kemudian mengungsi sementara pada malam hari. Sementara, di siang harinya mereka kembali ke rumah untuk melakukan aktivitas sehari-hari,” kata Sutopo.

Hujan deras sempat mengguyur Desa Banaran pada Jumat malam, 31 Maret namun tidak terjadi longsor. Tetapi, saat Sabtu pagi warga kembali ke rumah, longsor justru tiba-tiba menerjang.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 07:30 WIB yang diawali dengan suara gemuruh. Warga pun panik dan berupaya menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman. Ada yang berhasil kabur, namun tidak sedikit yang masih terjebak.

Tim SAR sudah melakukan pencarian korban sejak Sabtu pagi. Namun,  pencarian terpaksa dihentikan pada pukul 16:00 WIB karena kondisi cuaca dan medan yang labil. “Kami khawatir justru bisa menimbulkan longsor susulan,” kata Sutopo.

Tim SAR gabungan berpacu dengan waktu dan keterbatasan alat untuk mengevakuasi korban. Belum lagi akses jalan menuju ke lokasi juga sempit dan sulit.

Kemensos salurkan Rp1,34 miliar

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meninjau langsung dapur umum yang disiapkan Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Minggu 2 April 2017. 

Pada kesempatan tersebut, ia memberikan bantuan senilai Rp1,34 miliar untuk penanganan bencana. Bantuan terdiri dari logistik senilai Rp831 juta, operasional Tagana selama seminggu Rp70 juta, serta menyiapkan santunan untuk ahli waris korban meninggal dunia senilai Rp420 juta.

– Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!