
Hallo pembaca Rappler!
Pantau terus laman ini untuk memperbarui berita terbaru pilihan redaksi Rappler Indonesia pada Jumat, 18 Agustus 2017.
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama memang absen ketika proyek jembatan Simpang Susun Semanggi diresmikan oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada Kamis malam. Namun, ia tidak dihenti menuai pujian, termasuk dari Jokowi.
Walau tidak menyebut nama secara langsung, Jokowi menghargai kerja keras Ahok dan Djarot karena mampu merampungkan proyek jembatan Simpang Susun Semanggi lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.
“Saya sangat menghargai kecepatan pembangunan Simpang Susun Semanggi, cepat sekali (pengerjaannya). Saya sangat menghargai sekali kerja gubernur sekarang maupun yang sebelumnya,” kata Jokowi usai meresmikan Simpang Susun Semanggi.
Sementara, rekan kerjanya Djarot mengaku kagum terhadap keberanian Ahok untuk memutuskan proyek yang tidak mengandalkan uang dari APBD tersebut. Ia bercerita pada tahun 2015, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyerahkan pengelolaan jalan arteri di Jakarta kepada Pemprov DKI Jakarta.
Sejar itu, Pemprov DKI mencoba untuk menjalankan kembali kajian pembangunan simpang susun di Semanggi yang dikenal dengan nama kajian MARIP (Metropolitan Arterial Road Improvement Project) bekerja sama dengan JICA (Badan Kerja sama Internasional Jepang). Permasalahan kemudian muncul mengenai siapa yang akan membiayai, teknologi dan melaksanakan pembangunan tersebut. Di situlah peran penting Ahok sebagai pembuatan keputusan muncul.
“Sehingga diputuskan, oke kita akan bangun, dananya non-APBD, dengan sistem design and build untuk kecepatan proses ini,” kata Djarot. Selengkapnya baca di sini.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memilih ikut mengomentari kerja dan kehidupan para wartawan ketika ditanya soal politik praktis. Prabowo mengaku prihatin karena dengan kondisi wartawan karena gajinya yang sebagian besar kecil.
“Makanya, kita juga bela wartawan. Gaji kalian juga kecil kan?” tanya Prabowo kepada media.
Tetani, pertanyaan itu kemudian ia jawab sendiri karena mantan Komandan Kopasus tersebut mengaku hanya bergurau.
“Tahu (saya), kelihatan dari muka kalian,” kata dia yang justru diikuti tawa dari media.
Ia kemudian meneruskan penjelasannya. Menurut Prabowo, usai melihat wajah wartawan yang sebagian besar lusuh, ia kemudian berpikir bahwa wartawan tidak pernah berbelanja di pusat perbelanjaan.
“Betul kan? Hayo.. jujur,” katanya.
Padahal, media tengah bertanya kepada Prabowo mengenai Pilpres 2019 dan komentar Prabowo terkait penerbitan Perppu Ormas nomor 2 tahun 2017 mengenai ormas. Selengkapnya baca di sini.
Penyidik senior Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan sudah menjalani operasi besar pada mata kirinya. Proses operasi dimulai pada pukul 08:00 waktu setempat hingga 13:30 waktu setempat.
Saat keluar dari ruang operasi, Novel dalam keadaan tidak sadar di atas kasus portabel yang didorong oleh tiga perawat. Menurut salah satu dokter yang merawatnya, operasi yang dijalani Novel berjalan dengan lancar.
“Semua berjalan baik,” kata dokter yang namanya tidak boleh dipublikasikan itu.
Pasca operasi, Novel harus tetap menjalani perawatan untuk pemulihan di rumah sakit selama beberapa hari. Dia juga menjelaskan kepada keluarga yang telah menunggu di rumah sakit mengenai keberhasilan semua tahapan operasi.
“Di sini (mata), sini (gigi), dan sini (gigi), semua oke,” kata sang dokter.
Novel pernah menjelaskan jika ada empat dokter ahli yang terlibat dalam operasi besar tersebut yakni ahli mata, ahli retina, ahli gigi dan ahli glukoma. Operasi dimulai dengan pembersihan mata dari katarak dan menyedot cairan glukoma di bola mata kiri. Selengkapnya baca di sini.
Putra bungsu Presiden ke-6 Edhie Baskoro Yudhoyono berharap kehadiran ayahnya dalam upacara peringatan hari kemerdekaan ke-72 di Istana Negara tidak dimaknai macam-macam. Menurut pria yang akrab disapa Ibas itu, SBY hadir karena menghargai undangan yang disampaikan pihak Istana Kepresidenan.
“Artinya, bukan berarti kehadiran (SBY) itu selalu dimaknai terhadap suatu dukungan (ke pemerintah),” ujar Ibas usai mengikuti upacara bendera.
Ini menjadi kali pertama SBY menghadiri upacara HUT RI di Istana setelah tak lagi menjabat sebagai Presiden dan digantikan Joko Widodo. Pada 17 Agustus 2015 dan 2016, SBY lebih memilih merayakan hari kemerdekaan di Pacitan, Jawa Timur yang merupakan kampung halamannya.
Menurutnya, absennya Ketua Umum Partai Demokrat itu merupakan hal yang biasa dan tidak perlu dibanding-bandingkan. Selengkapnya baca di sini.
Ada dua momen bersejarah yang terjadi pada peringatan Detik-Detik Proklamasi pada Kamis kemarin. Selain para mantan Presiden lengkap berkumpul di Istana Negara, Presiden ke-6 SBY terlihat bersalaman dengan Presiden ke-5 Megawati.
Hal ini sungguh menjadi momen tak terlupakan karena selama 13 tahun terakhir, keduanya tidak pernah hadir bersama-sama dalam acara hari kemerdekaan di Istana.
Menurut Kadiv Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari mengatakan apa yang dilakukan SBY merupakan etika politik dari para pemimpin.
“Jadi Pak SBY selaku Presiden ke-6 menyalami dan menghormati Ibu Megawati sebagai Presiden ke-5 RI,” ujar Imelda melalui pesan pendek kepada Rappler.
Kali terakhir keduanya terlihat bersama-sama merayakan HUT RI di Istana Negara terjadi pada 2003 silam. Saat itu, Megawati masih menjabat sebagai Presiden dan SBY menduduki posisi sebagai Menteri Koordinator bidang politik, hukum dan keamanan.
Pada Maret 2004, SBY memutuskan mengundurkan diri dari kabinet gotong royong yang dipimpin Megawati. Keduanya juga berkompetisi ketika Pilpres tahun 2004 lalu, namun hasilnya dimenangkan SBY.
Megawati sempat mencoba peruntungan kembali di tahun 2009, tetapi lagi-lagi gagal. Praktis selama 10 tahun SBY memimpin, Megawati sama sekali tidak pernah hadir dalam peringatan HUT RI di Istana. Kehadiran Megawati diwakilkan oleh suaminya Taufiq Kiemas dan anaknya Puan Maharani. Selengkapnya baca di sini.
– Rappler.com
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.