Philippine economy

Ekonomi melambat, jangan kambing hitamkan ekonomi global

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ekonomi melambat, jangan kambing hitamkan ekonomi global
Situasi perekonomian global kerap dikambinghitamkan atas melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2015. Benarkah demikian?

JAKARTA, Indonesia — Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meminta pemerintah untuk tidak mencari kambing hitam terkait melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2015.

“Pemerintah jangan mengkambinghitamkan perekonomian global atas apa yang terjadi di Indonesia,” kata analis INDEF Ahmad Heri Firdaus di Jakarta pada Jumat, 8 Mei 2015.

Dalam sejumlah kesempatan, pejabat tim ekonomi pemerintah memang kerap menyebut kondisi perekonomian global sebagai penyebab lesunya perekonomian tanah air.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro misalnya pernah mengungkapkan bahwa memang akan ada hambatan yang membuat perekonomian Indonesia mengalami perlambatan. Salah satunya adalah pengaruh dari perlambatan ekonomi global.

 “Perlambatan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia,” kata Bambang, sebagaimana dikutip oleh Metrotvnews.

Dalam kesempatan lain, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil pernah menyatakan bahwa kondisi perekonomian negara-negara maju secara global menjadi kendala bagi pemerintah untuk tetap menjaga stabilitas perekonomian nasional.

Sementara itu Gubernur Bank Sentral Agus Martowardoyo baru-baru ini menjelaskan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi yang sedang dialami Indonesia terjadi bukan hanya karena faktor dalam negeri, tetapi sentimen ekonomi global yang berimbas kepada Indonesia.

(BACA: Pertumbuhan ekonomi melambat, waktunya realistis)

Apa yang terjadi dengan perekonomian global?

Memang, perekonomian global sedang berada dalam kondisi yang tidak terlalu baik belakangan.

Dalam proyeksi ekonomi terbarunya, International Monetary Fund (IMF) memprediksi bahwa meskipun terdapat tanda-tanda positif, pertumbuhan ekonomi global hingga 2020 yang akan datang masih akan sangat lambat.

Di kelompok emerging economies termasuk Indonesia, melambatnya proses adopsi perkembangan teknologi dan peningkatan capaian tingkat pendidikan masyarakatnya yang menjadi penyebab dari situasi ini menurut IMF.

Sumber: World Economic Outlook 2015 International Monetary Fund (IMF)

Berkaca ke India

Meskipun mengamini bahwa kondisi perekonomian global memiliki pengaruh terhadap perekonomian di tanah air, INDEF mengajak pemerintah untuk berkaca ke India.

“Lihat India. Profil ekonomi mereka mirip dengan kita, sama-sama mengandalkan konsumsi masyarakat. Dan tentu saja India juga terpengaruh perekonomian global. Tapi pertumbuhan ekonomi mereka terjaga,” jelas Imaduddin Abdullah, salah satu analis INDEF.

Lebih jauh INDEF menemukan sejumlah faktor internal yang justru lebih berperan dalam perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Salah satu faktor tersebut adalah melambatnya konsumsi masyarakat. Hal ini bermula dari kebijakan di awal masa jabatan pemerintahan baru yang tidak terkoordinasi dengan baik dalam menjaga komoditas kelompok administered price (harga yang diatur pemerintah).

Di saat yang bersamaan, harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi karena dilakukannya penyesuaian bulanan dengan harga keekonomian oleh pemerintah lalu harga gas elpiji dan harga listrik juga naik.

Pada titik ini, konsumsi masyarakat akan menurun sehingga permintaan produksi juga akan berkurang. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi melemah.

Selain itu, terdapat faktor buruknya realisasi belanja pemerintah karena lambatnya persiapan administrasi kelembagaan sejumlah kementerian sehingga menghambat pencairan belanja pemerintah. Jadi tidak hanya konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah juga terhambat.

INDEF menyimpulkan bahwa capaian pertumbuhan 4,7% pada kuartal 2015 ini lebih merupakan refleksi dari ekspektasi masyarakat yang tinggi pasca pemilihan presiden 2014, namun belum ada upaya yang riil untuk mewujudkan harapan masyarakat. — Rappler.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!