LINIMASA: Konflik antara Indonesia dan China di perairan Natuna

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

LINIMASA: Konflik antara Indonesia dan China di perairan Natuna
China tidak menerima keputusan pengadilan arbitrase internasional mengenai garis-garis putusnya. Akankah konflik Indonesia dan China semakin terbuka di perairan Natuna?

  JAKARTA, Indonesia –  Keputusan pengadilan arbitrase internasional untuk tidak mengakui sembilan garis-garis putus China sempat memberi harapan baru akan penyelesaian sengketa wilayah di Laut China Selatan.

Tetapi sepertinya harapan tersebut akan sulit menjadi kenyataan. China tidak hanya tidak mengakui keputusan tersebut, tetapi juga mengancam akan mendirikan sistim pertahanan udara di daerah sengketa di Laut China Selatan.

Untuk Indonesia, pesannya jelas. Pemerintah China akan terus membiarkan nelayan mereka mencari ikan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di perairan Natuna. Bukan tidak mungkin Pemerintah China akan mendorong nelayan mereka menangkap ikan di wilayah yang mereka sebut traditional fishing ground.

Indonesia tidak akan membiarkan hal itu terjadi tanpa dihukum. Enam hari setelah KRI Imam Bonjol-383 menangkap satu kapal berbendera China dan 7 anak buahnya,  Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengunjungi Kepulauan Riau dan mengadakan rapat kabinet terbatas di atas KRI Imam Bonjol di perairan Natuna pada 23 Juni lalu. 

Seminggu setelah kunjungan tersebut, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengumumkan pemerintah akan membangun dermaga kapal perang dan lapangan udara untuk jet tempur di Kepulauan Natuna. Jumlah tentara pun akan bertambah dari sekitar 800 saat ini menjadi kira-kira 2.000 orang.

Apakah itu berarti konflik antara Indonesia dan China akan semakin sering dan terbuka di perairan Natuna? Atau China akan mengambil langkah taktis dan melarang para nelayannya mencari ikan di traditional fishing ground mereka? Hanya waktu akan membuktikan. Yang jelas, kapal patroli Indonesia sudah tiga kali mengejar dan menangkap nelayan China di Zona Ekonomi Eksklusif sejak Januari 2016. Berikut rangkuman tiga peristiwa tersebut, mulai dari kejadian terakhir.

17 Juni 2016: Satu kapal dengan 7 crew ditahan 

Jumat, 17 Juni 2016. Kapal KRI Imam Bonjol-383 menangkap satu kapal nelayan berbendera China.

Panangkapan bermula dari laporan bahwa 12 kapal asing sedang mencari ikan di perairan Natuna. KRI Imam Bonjol pun dikirim ke lokasi. Melihat KRI Imam Bonjol, kapal-kapal ikan berbendera China itu melarikan diri.

KRI Imam Bonjol berusaha menghentikan mereka dengan memberi tembakan peringatan. Namun tembakan peringatan itu tidak membuat kapal-kapal tersebut ciut. Bahkan mereka menaikkan kecepatan mereka. Hal ini mendorong KRI Imam Bonjol mengarahkan tembakan ke haluan kapal. Hasilnya? Satu berhasil ditangkap, yaitu kapal dengan nomor lambung 19038.

 

Saat ini, tujuh anak buah kapal, terdiri dari 6 laki-laki dan satu perempuan, ditahan di pangkalan Angkatan Laut di Ranai, Natuna.

 

27 Mei 2016: Kapal Gui Bei Yu 2708 dan 8 crew ditahan

Jumat, 27 Mei 2016. Kapal KRI Oswald Siahaan-354 menangkap kapal ikan Gui Bei Yu 2708 dan menahan 8 anak buah kapal (ABK). 

Penangkapan kapal ikan berbendera China ini bisa dibilang cukup tegang. Betapa tidak! Kapal Coast Guard China berada tidak jauh dari lokasi kejadian.

Pada saat itu, KRI Oswald Siahaan mendapati Gui Bei Yu menangkap ikan di zona ekonomi eksklusif Indonesia di perairan Natuna. Melihat KRI Oswald Siagian, kapal Gui Bei Yu 2708 langsung lari. Kapal patroli Indonesia itu berusaha menghentikan kapal berbendera China tersebut tetapi tembakan peringatan dan tembakan ke kiri dan kanan kapal tidak digubris. Bahkan kapal Gui Bei Yu 2708 menaikkan kecepatan dan melakukan gerakan zig zag. 

Kapal tersebut lumpuh setelah KRI Oswald Siahaan mengarahkan tembakan ke anjungan. Personil KRI Oswald kemudian memindahkan 8 ABK kapal Gui Bei Yu 2708 ke kapal patroli tersebut. Selama kejar-kejaran, ABK Coast Guard China, yang berada tidak jauh dari tempat kejadian perkara, hanya bisa menonton.

 

19 Maret 2016: Kapal Kway Key dan 8 crew ditahan

Sabtu, 19 Maret 2016. Kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan menahan 8 ABK Kway Key.

Pada saat pengejaran, kapal patroli Hiu sempat melepaskan tembakan peringatan ke udara. Pada saat kapal Kwak Key berhenti, tiga personil kapal patroli Hiu memindahkan 8 ABK kapal China ke kapal Indonesia dan menarik kapal Kway Key ke dermaga.  

Tetapi setelah 70-80 miles, kapal penjaga perbatasan pantai China tiba-tiba menabrak kapal Kway Fey yang sedang ditarik kapal Hiu. Kapal Hiu memutuskan untuk melepaskan kapal Kway Fey dan terus membawa delapan nelayan ke Natuna. – Rappler.com.

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!