Kata pria vs kata perempuan: Siapa yang tergantung pada mal?

Adelia Putri, Tasa Nugraza Barley

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kata pria vs kata perempuan: Siapa yang tergantung pada mal?
Katanya, perempuan cuma mau diajak ke mal. Memangnya iya?

Kolom ini membahas berbagai macam isu yang berkembang di masyarakat Jakarta dan Indonesia — baik yang serius dan yang nyeleneh — dari dua sudut pandang yang berbeda.Topik pekan ini adalah soal perempuan yang (katanya) tergantung sama mal dan tak mau kemana-mana lagi. Apa benar?

Tasa Nugraza Barley adalah seorang konsultan komunikasi di Jakarta. Ia suka membaca buku dan berpetualang, dan dapat disapa di @BarleyBanget.

 

Perempuan dan mal adalah dua kata yang tidak terpisahkan, bagaikan saudara kembar. Menjamurnya jumlah mal di ibu kota jelas tidak terlepas dari kebutuhan perempuan Indonesia akan mal. Tanpa mal, tampaknya, hidup mereka menjadi tidak berarti, tidak bermakna.  

Entah apa yang ada di pikiran perempuan — kami laki-laki sangat bingung soal ini — tapi mereka begitu mendewakan mal. Ketika mengajak mereka untuk ketemuan, pasti mereka maunya di mal. “Ah, enggak mau ketemuan kalau enggak di mal!” begitu kira-kira jawab perempuan. 

Entah apakah ini ada hubungannya dengan teori yang mengatakan kalau perempuan itu berasal dari Venus,  alias perempuan adalah individual yang mengedepankan emosi dibandingkan rasionalitas. Tapi yang pasti perempuan jelas layak disalahkan dengan begitu banyaknya mal di Jakarta dan kota-kota lain di seluruh nusantara, yang menyebabkan semakin berkurangnya lahan kosong untuk taman publik atau area bermain untuk anak-anak. 

Buat kami para pria, mal adalah pusat perbelanjaan, tidak lebih dan tidak kurang. Kita akan memutuskan untuk mengunjungi mal karena ada sesuatu yang harus dibeli atau dilakukan. Tidaklah harus, namun harus diakui berbelanja di mal itu efektif dan hemat waktu karena semuanya ada di situ. 

Beli baju atau celana paling enak di mal, semua merek ada di situ. Belum lagi kalau kita kelaparan tapi bingung harus makan apa. Tinggal belokkan mobil ke dalam mal dan pilih satu restoran yang kira-kira punya makanan menggiurkan.

Memang, kami juga terkadang suka nongkrong di mal karena mungkin ada kedai kopi yang nyaman dengan kualitas kopi yang tidak bisa disangkal. Tapi yah hanya itu, tidak perlu menghabiskan lebih dari 3 jam di dalam situ. Ya kan? 

Sementara tidak begitu dengan perempuan. Mereka sepertinya tidak bisa hidup tanpa mal. Karena apa? Tentu karena perempuan itu (tidak semua sih, harus diakui  itu bro!) sangat manja, tidak mau susah dan kebanyakan gaya. Jangan marah yah (Please banget! Ha-ha-ha). 

Udara panas sedikit, perempuan komplain. “Ya ampun panas banget sih ini, udah kayak di Gurun Sahara aja! (Padahal saya yakin mereka tidak tahu di mana itu Gurun Sahara!)

Mereka terlalu memikirkan tentang dandanan mereka yang meleleh di bawah teriknya sinar matahari. Perempuan maunya selalu ada di ruangan ber-AC supaya mereka bisa duduk-duduk nyaman sambil bertukar gosip dengan sesama. 

Semua pria pasti setuju kalau mayoritas perempuan kebanyakan gaya, alias ingin selalu eksis, biar dianggap keren, hebat dan gaul oleh teman-teman mereka. Perempuan tidak mau kalah hebat dari perempuan lainnya, menganggap dunia ini adalah sebuah panggung kompetisi besar.

“Gue sih senengnya nongkrong di mal ini, mal anu,” ujar perempuan ke perempuan lainnya (Biar dianggap keren dan gaul gitu sob!

Sementara dengan kenyataan bahwa semua mal di Indonesia itu punya konsep yang sama, pria, yang memang dilahirkan dengan kemampuan berpikir logis, sudah mulai meninggalkan mal. Kita sadar mal bukan pilihan terbaik untuk sekedar menghabiskan waktu atau bertemu teman-teman.  

Tapi tentu hal ini sulit dilakukan oleh para pria yang sudah punya pasangan. Sekali dua kali sih boleh kencan ke tempat selain mal. Tapi dijamin pada kesempatan ketiga perempuan akan protes: “Terus, kapan kita ke mallnya? Aku kan mau gaul!” 

Adelia Putri, 24 tahun, adalah multimedia reporter Rappler Indonesia. Follow Twitter-nya di @AdeliaPutri

 

 

Kalau laki-laki menuduh perempuan dan mal tidak bisa dipisahkan, mungkin mereka harus diberi kaca.

Di kota besar, bukan hanya perempuan yang tergantung pada mal, tapi laki-laki juga. Ini bukan masalah preferensi ataupun ketergantungan, tapi keadaan. Di Jakarta misalnya, ada lebih dari 170 pusat perbelanjaan dan hanya sedikit taman.

Di mal, semua tersedia, mulai dari kedai kopi tempat mengobrol, toko pakaian, hingga toko buku. Bukankan dengan pergi ke mal, kami memudahkan para pria yang mengantar? Kami jadi hanya perlu pergi ke satu tempat, bukannya ke beberapa lokasi yang membutuhkan uang bensin dan parkir lebih.

Lagipula, jangan kira pria tidak suka pergi ke mal. Ada yang pernah menemani pria-pria belanja celana jeans atau sepatu? Ingat berapa jam yang dibutuhkan untuk menentukan pilihan? Lama sekali.

Jumlah waktu yang mereka butuhkan untuk membeli satu jeans bisa sama dengan jumlah waktu yang diperlukan bagi wanita untuk belanja baju dari atas hingga bawah.

Ingat, hobi belanja bukan masalah gender. Ini panggilan hati saja.

Lalu, apa iya semua perempuan takut kepanasan sehingga cuma mau ke tempat yang nyaman? Ah tidak juga rasanya. Makin banyak perempuan yang hobi bermain di tempat outdoor, piknik di taman, atau main di pasar, terutama setelah Pasar Santa dan kawan-kawannya makin populer.

Argumentasi kalau perempuan terlalu khawatir kalau dandanannya luntur juga sebenarnya bisa dibantah. Pertama, tren dandanan saat ini mengarah ke dandanan minimalis, “no make up- make up” sebutannya. Kalau dandanannya minimalis, harusnya tak perlu khawatir bedak, eyeshadow, atau lipstik luber kemana-mana.

Kedua, rahasia yang tak diketahui pria: ada yang namanya riasan tahan air. Waterproof mascara, waterproof atau smudgeproof eyeliner, hingga sweatproof foundation itu nyata dan dipakai setiap hari. Jadi, alasan takut dandanan luntur itu harusnya sudah tidak ada sejak bertahun-tahun yang lalu.

Lagipula, sebenarnya, kalau kalian para pria tidak suka ke mal, kan tinggal bilang saja. Percayalah perempuan jaman sekarang banyak yang tidak manja dan mau mencoba hal baru selain berada di ruangan berpendingin selama berjam-jam.

 —Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!